Oleh : Rachmat K. dan Lathief P.A.
Setelah pembentukan Tim Pencari Fakta oleh Kepolisian beberapa bulan lalu terkait kasus teror kepada petugas penegak hukum KPK Novel Baswedan, beberapa temuan baru berhasil diungkap pihak Kepolisian. Sebelumnya, kasus ini belum menemukan penjelasan sejak penyidik senior KPK itu disiram air keras oleh orang tak dikenal pada 11 April 2017. Salah satu temuan yang disampaikan oleh TPF yakni probabilitas motif para pelaku melakukan tindakan teror atau penyiraman terhadap Novel yang disampaikan oleh TPF saat konferensi pers minggu lalu di Mabes polri.
Bagaimana reputasi polri pasca konferensi pers yang dilakukan oleh TPF bentukan kepolisian tersebut? Guna mengetahui itu, Drone emprit melihat sejauh manakah isu ini diperbincangkan oleh netizen di media sosial dan pemberitaan di media online. Analisa berangkat dari monitoring di kanal media sosial dan media online. Data diperoleh melalui kata kunci: Polri, Kepolisian, Polisi dan difilter (should contain) dengan kata kunci: Novel Baswedan. Periode penarikan data diambil 17 Juli hingga 18 Juli 2019 (16:00 – 16:00).
VOLUME DAN SENTIMEN DATA
Berdasarkan pencarian Drone Emprit, total mentionyang didapatkan yakni sebesar 3.659 mention. Mention tersebut terdiri dari 452 mention di media online dan 3.207 mention di media sosial. Dari segi sentimen, secara keseluruhan, volume sentimen negatif terlihat yang paling dominan yakni sebesar 2.934 mention (80%). Untuk sentimen positif hanya sebesar 613 mention (17%) dan netral 105 mention (3%).
Berdasarkan hasil sentimen di media online maupun media sosial, terlihat publik sangat tidak setuju dengan sikap yang telah dilakukan oleh pihak Kepolisian. Di media online pun, banyak isu-isu negatif yang didengungkan media menyikapi langkah yang telah diambil oleh pihak Kepolisian.
TREN MEDIA ONLINE
Pada awal tren pemberitaan di media online, isu positif cukup mendominasi terhadap kinerja Polri dalam menangani kasus Novel Baswedan. Isu yang dibahas soal berbagai upaya Polri dalam menangani kasus tersebut seperti dibentuknya Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF). Namun, pada titik lonjakan selanjutnya, isu negatif cukup dominan terkait dianggap gagalnya upaya Polri menangani kasus tersebut.
TREN MEDIA SOSIAL
Di awal tren perbincangan, isu positif mulai berkembang terkait dukungan netizen terhadap kinerja Polri dalam menangani kasus Novel Baswedan. Namun, pada tiga titik lonjakan lainnya, isu negatif mulai ramai didengungkan netizen terkait kinerja Polri dalam menangani kasus tersebut.
KOMPARASI MEDIA DAN SENTIMEN DI MEDIA ONLINE
Pada rentang pemantauan ini, jumlah artikel yang termonitor sejumlah 251 artikel dan 439 mentions. Berdasarkan komparasi antar-beberapa media online, situs berita viva.co.id, republika.co.id, harianaceh.co.id, dans tribunnews.com cukup dominan menyumbang sentimen negatif terhadap reputasi Polri dalam menangani kasus Novel.
TOPIK TERPOPULER MEDIA ONLINE
Topik pemberitaan di media online terkait kinerja Polri dalam menangani kasus Novel Baswedan didominasi oleh topik-topik negatif terhadap Polri. Isu yang mayoritas dibahas soal gagalnya Polri dalam menangani kasus tersebut.
ISU UTAMA DI MEDIA ONLINE
Dari topik-topik terpopuler, ada dua isu utama pemberitaan. Pertama, pemberitaan bernada negatif tentang kegagalan Polri dalam mengusut kasus Novel hingga berujung pada pembuatan TGPF Independen yang dibentuk langsung oleh presiden. Kedua, pembahasan tentang hasil TGPF Polri terkait motif pelaku penyerangan Novel Baswedan hingga dibentuknya Satuan Teknis yang dikomandoi langsung oleh Kabareskrim, Komjen Pol. Idham Azis.
TREN SENTIMEN DI MEDIA SOSIAL
Kenaikan tren perbincangan di media sosial terkait penanganan Polri dalam kasus Novel Baswedan mengalami dua kali lonjakan. Lonjakan pertama membicarakan keanehan dari pernyataan Polri dalam mengungkap motif pelaku tanpa adanya nama pelakunya. Lonjakan kedua membahas kinerja TGPF besutan Polri yang dianggap gagal menangani kasus Novel Baswedan.
TOPIK PERBINCANGAN DI MEDIA SOSIAL
Topik perbincangan terkait Polri dalam penanganan kasus Novel Baswedan disesaki oleh perbincangan negatif terhadap reputasi Polri. Perbincangan tersebut disumbang oleh akun @alindo45, @do_ra_dong, @EV220622, @putri_pejuang, dan @joked2019. Dari seluruh topik utama perbincangan, isu kegagalan Polri dan TGPF dalam menangani kasus Novel Baswedan menjadi sorotan utama netizen.
MOST RETWEET
Jika dilihat dari tabel data most retweet terlihat ada beberapa akun resmi masing klub yang turut menjadi perhatian netizen. Terlihat ada akun @alindo45, @do_ra_dong, @EV220622, @putri_pejuang dan @joked2019 yang menjadi salah satu cuitan yang paling sering disebarkan di media sosial. Sentimen terhadap Polri pun lebih didominasi oleh sentimen negatif.
@alindo45 (2,533 followers): “Aneh! Pelakunya belum ketangkap, tapi polisi sudah tahu motifnya. Berarti polisi tahu dong siapa pelakunya? Polri: Pelaku Penyiraman Air Keras Sakit Hati dan Dipermalukan Novel https://t.co/k6ZOJDMyDk”.
@do_ra_dong (88,376 followers) : “TGPF kasus Novel Baswedan akhirnya cuma muter2 doang krn hasil akhirnya ditake over oleh tim polri yg disebut tim teknis lapangan Memang siapa yang mau, internalnya diacak-acak oleh pihak luar Makanya dicari cara aman untuk menyenangkan banyak pihak serta meredam kabar yg ada”.
@EV220622 (13,316 followers) : “Kata Bpk polisi motifnya SIPELAKU menyengsarakan pak NOVEL krn sakit hati .. ASAM SULFAT YG DISIRAMKAN TDK PEKAT , bajunya pak NOVEL tdk bolong² " Kata polisi.. Lalu bagaimana dgn matanya beliau? telah membuat pak NOVEL menjadi cacat seumur hidup Matanya. https://t.co/ebWltWQ0pr”.
@putri_pejuang (22,599 followers) : “Kalian Setuju dengan Apa yang diutarakan Pak Novel Baswedan? "Masa Polisi Indonesia Kalah dengan Polisi Turki" SETUJU = RT TIDAK SETUJU=LIKE https://t.co/4Td0Etx8be #BisanyaNgutangAjaKokBangga #BisanyaNgutangAjaKokBangga”.
@joked2019 (23,097 followers):“Pernyataan TGPF bahwa penyiraman ke Novel Baswedan akibat excess du pavoir (penggunaan kekuasaan berlebihan). KPK yg salah lagi. Tersangkanya malah tak ketemu. Apa benar KPK melakukan excess du pavoir? Saya tak percaya. KPK itu clear dan clean. Polisi yg berlepotan dipimpin Tito”.
ENGAGEMENT TYPES
Dilihat dari pola engagement types, pola retweet terlihat cukup tinggi, menandakan netizen aktif dalam mengamplifikasi narasi yang disetujuinya. Namun demikian, pola mention yang mencapai lebih dari 10% juga menandakan netizen juga cukup aktif memproduksi cuitan baru.
Topic Hastag
Tiga tagar utama seperti #BisanyaNgutangAjaKokBangga, #Novel, dan #RakyatBersamaNovelBaswedan cukup dominan menyumbang sentimen negatif terhadap reputasi Polri. Namun, beberapa tagar positif seperti #PercayaPolri dan #polrihumanis cukup mendominasi perbincangan positif terhadap reputasi Polri.
SNA
Jika dilihat dari peta jejaring di media sosial, hanya ada satu cluster utama terkait penanganan kasus Novel Baswedan. Clustertersebut hampir seluruhnya terdiri dari pendukung Novel (dalam kasus ini terindikasi akun-akun oposan Pemerintah atau Jokowi) mendominasi perbincangan di media sosial. Percakapan positif terhadap reputasi Polri kurang mendapatkan simpati netizen di media sosial.
ANALISIS
Dilihat dari perbandingan volumenya, pembahasan isu Polri dalam menangani kasus Novel lebih banyak terjadi di ranah perbincangan dari pada di pemberitaan.
Di media online, isu gagalnya Polri dalam menangani kasus penyiraman air keras terhadap Novel Baswedan terlihat lebih dominan. Namun, di sisi lain, volume pemberitaan positif tentang upaya Polri dalam mengusut tuntas kasus Novel ini juga terbilang cukup signifikan.
Hal berbeda terjadi di ranah media sosial, narasi kegagalan Polri dalam menangani kasus Novel sangat mendominasi. Hal ini dibuktikan dengan sangat sedikitnya netizen yang mengapresiasi kinerja Polri dalam mengusut kasus ini.
Oleh karena itu, agenda setting di media online dan perbincangan masyarakat di media sosial agak sedikit berbeda.
Ada wacana mediasi di media online yang “menginginkan” peran Polri untuk lebih konkret dan solutif dalam menyelesaikan kasus ini dengan menemukan aktor-aktor pelaku penyiraman hingga dalang kasus Novel ini.
Namun, di ranah perbincangan online, netizen cenderung menghakimi Polri yang dinilai tidak mampu menyelesaikan kasus ini hingga tuntas. Hal ini juga dikarenakan faktor para akun influencer yang terindikasi oposan pemerintah atau Jokowi.