Oleh: Ismail Fahmi

Belum juga satu purnama sejak Deklarasi Kampanye Damai, salah satu calon, Sandiaga Uno, sudah mendapat serangan black campaign melalui situs web, yang disebar ke media sosial khususnya melalui Twitter. Situs dibuat sehari setelah undian nomor capres.

Kubu Prabowo-Sandi tentu langsung mengecam dan melaporkan situs tersebut ke polisi dan Kominfo. Polisi juga sudah bertindak cepat meminta Kominfo memblokir. Dan Kominfo sudah memblokir situs-situs yang dilaporkan terkait dengan black campaign ini.

Kubu Jokowi-Amin dengan cepat juga membantu kubu Prabowo-Sandi dengan meminta polisi segera mencari pembuat situs tersebut, seperti disampaikan oleh Raja Juli Antoni. Selain membantu, Raja Juli juga menduga situs tersebut bikinan kubu Prabowo-Sandi sendiri.

Sementara Seword mengklaim telah melakukan analisis berdasarkan data registrar DNS dan hostname dalam server Cloudflare. Si penulis mengklaim telah menemukan jejak pembuatnya seperti nomor hp, WA, dan lain-lain (meski tidak disebutkan di tulisan). Dan menurut Seword si pembuat adalah Pemuja Rizieq dan anti Islam Nusantara.

Jika semua pihak melaporkan ke polisi, lalu siapa yang membuat black campaign ini? Ini yang akan dijawab oleh Drone Emprit (DE) melalui analisis berdasarkan data yang didapat.

DATA

Begitu mendengar adanya black campaign yang isinya sangat vulgar ala-ala situs porno, DE langsung memonitor. Beberapa kata kunci yang digunakan: #SkandalSandiagaUno, skandal sandiaga, dan #SkandalSandiaga. Kanal yang dimonitor adalah Twitter, online news, Facebook, Instagram, dan YouTube.

METODE

Yang sudah dilakukan oleh Seword dan Kubu Prabowo-Sandi adalah analisis forensik terhadap data registrar dari domain situs yang digunakan. Juga melihat situs-situs lain yang di-hosting di server yang sama, untuk menemukan kemungkinan adanya kesamaan pembuat situs.

DE akan melihat dengan metode lain, yaitu dari peta pertempuran cyber. Melihat perilaku robot-robot yang digunakan dalam serangan cyber ini. Bagaimana robot saling berhubungan. Dan melihat apakah ada relasi robot-robot ini dengan robot lain yang ditugaskan untuk keperluan lain.

Di Twitter, sebuah akun bisa mem-follow atau di-follow. Cluster A bisa bebas mem-follow cluster B, tak peduli B ini kawan atau lawan. Demikian juga cluster B, bisa bebas mem-follow cluster A, tak peduli A ini kawan atau lawan. Adanya relasi follow ini mengindikasikan adanya hubungan kepentingan. Jika cluster A dan B saling follow, maka relasi kepentingannya lebih kuat.

Dan jika akun-akun ini adalah robot, yang baru dibuat dan masih fresh, belum punya follower dan tidak terkenal, maka ketika mereka saling follow, tentu mereka sudah saling tahu sebelumnya. Apalagi jika sebagian dari robot itu hidupnya hanya sebentar, yang akan dimatikan setelah bertugas beberapa hari.

Ok, mari kita lihat bagaimana data berbicara.

TREN

Dari data seminggu tampak bahwa isu ini hanya bertahan dua hari. Hari ini tren sudah turun. Meski hanya muncul sebentar, namun isu ini sudah cukup untuk membangun opini negatif terhadap sosok Sandi. Kita fokus pada tren awal munculnya isu ini.

Serangan pertama di media sosial terjadi pada kisaran pukul 01:00 tanggal 24 September. Selama seharian, mayoritas serangan berupa ‘mention’ atau status baru. Hampir tidak ada yang me-retweet. Jumlah akun yang turut dalam serangan ini tidak banyak. Dan total twit hanya 82 mention. Grafik exposure memperlihatkan, 91.46% dari twit ini dilakukan oleh user dengan followers antara 0-3 akun.

Akun-akun dalam serangan awal ini cirinya hampir sama semua: tidak punya follower, baru dibuat bulan September, nama-nama random, wajah perempuan-perempuan cantik. Statusnya memiliki kesamaan: berisi informasi fitnah, daftar akun-akun target dari kubu Sandi yang di-mention, ada hestek tertentu misalnya #SkandalSandiagaUno, dan lampiran gambar editan untuk menyerang Sandi.

Setelah diperiksa satu per satu, akun-akun ini banyak yang sudah tidak aktif alias dihapus untuk menghilangkan jejak. Namun, masih tersisa beberapa akun yang aktif, sehingga bisa dianalisis lebih jauh.

Pada hari kedua, 25 September, mulai muncul respons dari kubu Prabowo-Sandi. Total gabungan status baru dan retweet dari semua akun adalah 1,622 twit. Akun-akun top dari kubu ini bersuara, membongkar hasil investigasi terhadap data registrar domain, dan menuding salah satu kubu sebagai yang membuat fitnah. Berita dari media online juga mulai muncul.

Dan pada hari keempat, 27 September, trennya sudah mulai habis. Tampaknya isu ini tak terlalu berhasil diangkat. Selama 4 hari dan hampir habis trennya, hanya mendapat 3.1k mentions di sosial media. Namun ada cukup banyak di media online yaitu 585 mentions.

SNA DAN TOP TWIT

Dari peta SNA, kita hanya melihat satu cluster besar, yaitu cluster kubu Sandi. Beberapa key opinion leader mendapaat retweet yang tinggi.

@maspiyuuu: PANIK! Pasangan Prabowo-Sandi DIFITNAH Dengan Situs 'Skandal Sandiaga Uno' Pola spt situs fitnah atas HRS… https://t.co/hKDvDMbVTeADa

@TopeRendusara: Edan tenan... Niat banget sampai bikin web namanya "Skandal Sandiaga". Mau fitnah aja mereka serius. Segera lah dibekukan web fitnah itu @aduankonten @DivHumas_Polri @bawaslu_RI @kemkominfo apa masih nunggu viewernya jutaan ? Suram cc @Dahnilanzar https://t.co/CUCqRPB8GS

@keripikpedas_: Saking Paniknya, Pasangan Prabowo-Sandi DIFITNAH Dengan Situs 'Skandal Sandiaga Uno' https://t.co/FtsIRcFTKA

@republikaonline: Kubu Prabowo-Sandi Kecam Situs Skandal Sandiaga https://t.co/YyHz0KhVjR

Ada juga twit dari kubu Jokowi berikut:

@AntoniRaja: Polisi harus segera tuntaskan kasus situs skandal Sandiaga secepatnya. Bisa jadi, tanpa bermaksud menuduh, situs ini dibuat sendiri untuk raih simpati publik. Makanya kita desak polisi selesaikan kasus ini. Setuju?

Di SNA ini tak tampak adanya akun-akun yang menyebarkan black campaign. Ini karena status-status black campaign tidak mendapat retweeet. Biasanya ini terjadi kalau akun tersebut tidak punya follower atau follower sedikit sekali.

ANALISIS AKUN ROBOT

Dari data yang relatif tidak banyak ini, DE akan fokus pada akun-akun robot yang digunakan untuk menyerang pada hari pertama dan kedua. Informasi ini bisa digunakan untuk menelusuri siapa yang bermain di balik black campaign ini.Kita mulai dengan twit yang dibuat pada pukul 01:00 tanggal 24 September. Dari 4 twit terakhir pada jam tersebut, akun @Della23334599 dan @dina_minta ternyata sudah dihapus pada saat analisis ini dibuat. Namun akun @Njaluk1 dan @Syania47586788 masih aktif.

Lebih dalam kita lihat profil akun @Njaluk1. Ternyata memiliki hanya 4 twit, dibuat bulan September, dan hanya mem-follow 2 akun. Sementara @Syania47586788 tidak mem-follow siapa pun. Dari dua akun ini, kita dalami siapa yang di-follow @Njaluk1, untuk mengetahui relasinya ke mana.

Dari timeline @Njaluk1, tampak jelas bahwa keempat twit yang dibuat semua berisi black campaign kepada Sandi dengan hestek #RahasiaSandi. Ada teks dan gambar yang bisa membuat jantung pria berdetak cepat. Akun @Njaluk1 mem-follow dua akun yaitu @AnggrainiAurora dan @AnaPalastri. Kedua akun ini juga baru dibuat pada bulan September.

Akun @AnggrainiAurora baru mentwit 4 buah, di mana twit terakhir twit dibuat 2 jam sebelum twit terakhir @Njaluk1. Hampir semua status dari @AnggrainiAurora memiliki hestek seperti #2019PilihJokowiKyaiMaruf, #2019TetapJokowi, #2019JokowiAmin, #Salam2Periode, dll. yang mirip. Selain teks dan hestek, juga ada gambar infografis atau meme sebagai attachment.

Akun @AnaPalastri memiliki profil yang mengandung hestek #2019PilihJokowiKyaiMaruf. Dan dari 5 twit yang dia buat, semuanya mengandung hestek tersebut dan hestek lain yang mirip. Juga ada gambar infografis atau meme sebagai attachment. Namun banyak yang sudah dihapus pula.

Dari ketiga akun di atas bisa dilihat bahwa akun @Njaluk1 adalah sejenis robot, yang tugasnya untuk membuat black campaign kepada Sandi. Dan akun ini mem-follow dua akun lain, yang tidak ada hubungannya dengan black campaign, dan sebaliknya ditugaskan untuk keperluan lain.

Ok kita lanjutkan dengan analisis status berikutnya, masih pada jam yang sama. Beberapa twit sudah dihapus pada saat analisis ini dibuat, tapi masih ada yang aktif seperti @TaniaZulfa4. Akun ini dibuat pada September 2018, memiliki 4 twit, dan mem-follow 1 akun lain. Dari timeline-nya, akun ini jelas memiliki tugas melakukan black campaign kepada Sandi, dengan hestek #SkandalSandiagaUno, dan beberapa gambar attachment-nya bikin syur.

Satu akun yang di-follow adalah @Dena20759561. Akun ini memiliki profil dengan teks yang mengandung hestek #2019PilihKyaiMaruf. Dari timeline-nya, ada 5 twit yang mempromosikan hestek seperti #2019JokowiAmin dengan attachment infografis dan meme. Dari 3 follower, yang satu adalah akun black campaign @TaniaZulfa4 di atas, dan yang lainnya @AnggrainiAurora dan @dinata_novi. Ingat, akun @AnggrainiAurora yang dikupas sebelumnya, yang merupakan akun robot untuk promosi hestek terkait #2019PilihJokowiKyaiMaruf.

Masih pada jam yang sama, ada akun @IntanNingsih12 yang masih aktif saat dianalisis. Akun ini dibuat September juga, berisi 5 twit yang berisi black campaign. Tidak mem-follow siapa pun dan tidak punya follower. Yang menarik, profile picture dari akun ini ternyata sama persis dengan profile picture dari akun @AnaPalastri di atas. Kita ingat bahwa akun @AnaPalastri memiliki teks profil yang berisi hestek #2019PilihKyaiMaruf.

Mirip yang di atas, ada akun @Persib73211358 yang bertugas untuk black campaign, ternyata juga memiliki profile picture yang sama dengan akun lain @BellaLe99 yang profilnya berisi hestek #2019PilihJokowiMaruf, dan 5 twitnya memiliki hestek yang sejenis.

Ternyata kita bisa lihat, ada dua robot untuk tugas berbeda, memiliki profile picture yang sama. Kemungkinan kedua robot dibuat oleh progammer yang sama, atau menggunakan database profile picture yang sama.

Kita lanjutkan dengan contoh data pada pukul 19.00 pada tanggal 24 September. Sebagian akun sudah dihapus, dan dari yang masih ada kita lihat ada akun @Della23334599. Akun ini punya 5 twit yang tugasnya untuk black campaign terhadap Sandi. Tidak mem-follow siapa pun, tetapi punya 1 follower, yaitu @SyahriniNasyiah. Akun @SyahriniNasyiah ini punya 4 twit. Dan semuanya mempromosikan hestek terkait #2019PilihJokowiKyaiMaruf.

Jika pada contoh-contoh sebelumnya kita lihat adanya akun robot black campaign yang mem-follow akun robot untuk promosi hestek non-black campaign, ternyata kita temukan yang sebaliknya pada contoh di atas. Di mana, akun non-black campign yang mem-follow akun black campaign.

Relasi follow sepihak masih bisa dilihat adanya relasi yang lemah, karena siapa pun bisa mem-follow. Namun, jika relasi itu resiprokal antara dua cluster, dan khususnya yang mem-follow dan yang di-follow sama-sama baru dibuat, tidak dikenal sama sekali (follower dan following sama-sama 0), maka ketika mereka saling follow, artinya ada saling tahu sebelumnya di antara robot ini.

Serangan dari akun robot black campaign tersebut masih bisa kita temukan pada hari kedua serangan, tanggal 25 September. Polanya sama, oleh akun-akun robot yang sejenis juga.

KESIMPULAN

Dari data yang ditemukan di atas, kita bisa simpulkan beberapa hal berikut. (1) Situs black campaign yang ditujuan untuk menyerang Sandi dengan hestek #SkandalSandiagaUno, ternyata juga diviralkan melalui sosial media khususnya Twitter. Di kanal media sosial lain tak terlalu tampak. (2) Akun yang digunakan untuk menyebarkan black campaign ini adalah akun-akun robot, kebanyakan dengan follower 0 dan following 0. Ada sedikit yang memiliki follower atau mem-follow akun lain. (3) Ada beberapa “robot black campaign” yang mem-follow akun “robot non-black campaign”.(4) Dan sebaliknya, ternyata ada ditemukan satu akun “robot non-black campaign” yang mem-follow akun “robot black campaign”. (5) Juga ada beberapa akun “robot black campaign” yang memiliki profile picture yang sama dengan akun “robot non-black campaign”. (6) Dari temuan nomor 3, 4, 5 di atas dapat disimpulkan adanya probabilitas bahwa kedua jenis robot tersebut, robot “black campaign” dan “non-black campaign”, memiliki hubungan yang dekat. Kemungkinan dibuat menggunakan program dan database data robot yang sama. (7) Banyak robot yang sudah dihapus untuk menutup jejak. Namun dari robot yang masih aktif ternyata ditemukan jejak-jejak digital yang bisa menjadi petunjuk untuk mengetahui profil dari robot-robot tersebut.

Jadi, siapa yang berada di belakang black campaign #SkandalSandiagaUno? DE  dengan keterbatasan data, hanya bisa menganalisis pola percakapan di media sosial khususnya Twitter, yang kebetulan digunakan untuk menyebarkan isu. Dari data ini DE bisa melihat adanya robot-robot yang dipekerjakan. Dan DE melihat ada dua jenis robot untuk tugas yang berbeda, dan saling berhubungan.

Siapa yang berada di balik robot-robot ini, DE tidak tahu. Mungkin dari salah satu kubu, atau kedua kubu bersamaan, atau tidak dari keduanya alias ada kubu ketiga yang sengaja ingin bikin rusuh.

Kesimpulan lebih jauh diserahkan kepada pembaca.

CLOSING

Analisis ini semata-mata untuk edukasi publik, voter, dan juga edukasi bagi robot. Dari kubu mana kedua robot itu dipekerjakan? DE tidak bisa menjawab. Demikian clue dari DE. Yang terpenting buat publik, bisa melihat pertandingan menjelang Pilpres ini seperti pertandingan antara robot lawan robot, robot lawan human, dan human lawan human. Semua di media sosial. Jadi kalau ada pembunuhan terhadap para robot setelah melaksanakan tugas pun, tak akan ada darah yang mengalir.

Selamat melanjutkan pertandingan. Kalau bisa yang ceria dan menggembirakan. Ok Bro?