Analisis Kedekatan Media dengan Cluster Politik
Oleh: Ismail Fahmi
Drone Emprit (DE) sebelumnya menampilkan adanya "information arbitrage" atau juru penengah yang muncul di antara dua atau lebih klaster dalam peta SNA. Biasanya yang menjadi juru penengah ini adalah media.
Sekarang kita akan uji apakah peta SNA bisa memperlihatkan lebih khusus proximity sebuah media online yang memiliki akun di Twitter terhadap klaster kedua kubu politik selama masa pilpres. Kebetulan saya dimintai tolong oleh temen di Kompas untuk melihat posisi Kompas.com
METODE
DE membandingkan percakapan yang melibatkan dua tokoh yaitu Jokowi dan Prabowo. Masing-masing mewakili kubu 01 dan kubu 02. Di samping mereka, DE juga menambahkan percakapan yang me-mention akun @kompascom.
Akun media ini di-mention biasanya karena setiap ada artikel baru selalu di-posting ke Twitter, follower dari akun tersebut akan me-retweet sebagai tanda persetujuan mereka atas isi artikel tersebut. Jika follower tidak suka sebuah artikel, dia sangat mungkin tidak akan me-retweet. Sehingga, pola retweet ini akan menggambarkan persepsi warganet terhadap isi media ini.
SNA
Dalam peta SNA, kita gambarkan percakapan dari ketiga projek di atas: Jokowi, Prabowo, dan @kompascom.
Hasilnya tampak bahwa posisi @kompascom relatif tepat berada di antara kedua klaster. Tidak terlalu ke kubu 01 atau terlalu ke kubu 02. Kompascom tampaknya mendapat retweet yang relatif sama dari kedua kubu ini.
Hasil ini berbeda dengan posisi kompascom dalam analisis pra debat sebelumnya, dimana kompascom lebih dekat ke kubu 01. Ini terjadi karena untuk isu-isu tertentu atau dalam periode tertentu, artikel kompascom lebih disukai oleh kelompok tersebut, tetapi tidak oleh kelompok lainnya.
Selain kompascom, tampak juga di peta SNA posisi media lain. Ada yang berkumpul di tengah bersama kompascom, dan ada yang terlalu condong ke kubu 01 atau kubu 02.
CLOSING
Analisis tentang information arbitrage ini penting bagi semua pihak yang ingin membangun jembatan antara dua kubu yang terpolarisasi. Dan dalam polarisasi karena politik di Indonesia, media memegang peranan yang sangat penting. Media bisa menjadi jembatan yang menyatukan, atau sebaliknya menjadi "force" yang semakin menjauhkan.