Instruksi Presiden No. 1/2025 soal efisiensi anggaran memicu perdebatan di media sosial dan online. Gimana sentimen publik terkait kebijakan ini? Yuk, kita telaah reaksi dan opini yang beredar di ruang digital.

Instruksi Presiden No. 1/2025 soal pemangkasan anggaran Rp 306,69 triliun memicu reaksi publik di media sosial dan online. Kebijakan ini, yang bertujuan efisiensi fiskal, mendapat kritik, terutama di sektor pendidikan dan kesehatan.

Apa saja isu-isu yang muncul? Bagaimana trennya? Bagaimana sentimen publik terhadap efisiensi anggaran? Bagaimana peta percakapannya? Yuk, simak analisisnya!

Isu ini diberitakan dalam 14.5K artikel dan dibahas 71.5K kali di media sosial. Sentimen (1-18 Feb) menunjukkan media online 72% positif, 1% negatif, 26% netral, sementara media sosial 21% positif, 75% negatif, dan 4% netral. Kritik dominan di sektor pendidikan dan kesehatan.

Kebijakan ini memicu kritik tajam di medsos, dengan kekhawatiran atas dampak pada sektor vital seperti pendidikan, kesehatan, dan ASN. Media meliput protes masyarakat, pengurangan anggaran, serta risiko ekonomi, yang diprotes melalui tagar #IndonesiaGelap dan #PeringatanDarurat.

Publik menuntut anggaran bijak lewat tagar #AnggaranBijakUntukRakyat, bersamaan dengan #IndonesiaGelap dan #PeringatanDarurat. Kritik utama pada pemangkasan anggaran pendidikan dan kesehatan, sementara #EfisiensiUntukBangsa dan #EkonomiBangsaKuat membela kebijakan efisiensi.

Kebijakan ini memicu protes terkait sektor vital seperti pendidikan dan kesehatan. Tagar #IndonesiaGelap dan #PeringatanDarurat mencerminkan kritik, sementara pendukung memakai #EfisiensiUntukBangsa. Ketidakseimbangan pemangkasan anggaran memperburuk ketidakpercayaan.

Percakapan tentang efisiensi anggaran pada periode 1-18 Februari 2025 dibahas dalam lebih dari 94 ribu mentions dengan lebih dari 30 miliar interaksi.

Pembahasan media sosial memuncak pada 18 Februari (8.5K mention) terkait pemangkasan anggaran pendidikan dan kesehatan, memicu protes. Pemberitaan media online memuncak pada 13 Februari (3.8K mention), terkait pemangkasan anggaran kementerian yang mempengaruhi sektor vital.

Dari 1-18 Februari 2025, percakapan tentang efisiensi anggaran didominasi oleh klaster publik kritis dan aktivis, publik positif, dan media.

Publik positif dukung kebijakan efisiensi anggaran sementara publik kritis banyak kritik kebijakan tidak pro-rakyat, pertanyakan prioritas, dan kritik kabinet gemuk tidak terdampak. Sementara media infokan pernyataan pemerintah, pendapat ahli, dan potensi dampak kebijakan ini.

Sentimen di media online dominan positif dengan pemerintah pastikan alokasi dana optimal digunakan, berkomitmen, pastikan dana program prioritas memadai, dan efisiensi bantu kurangi pemborosan. Sementara sentimen negatif datang dari kritik beberapa tokoh dan aksi protes publik.

Sentimen media sosial dominan negatif, khawatir efisiensi turunkan kualitas pendidikan dan kesehatan, sebabkan PHK massal, serta kritik pemotongan anggaran sektor tertentu. Positifnya dapat tingkatkan pengelolaan anggaran, fokus program prioritas, dan kurangi pemborosan.

Efisiensi anggaran menimbulkan kesedihan karena pemangkasan sektor pendidikan dan PHK. Kemarahan muncul akibat ketidaktransparanan pemerintah dan pemotongan anggaran sektor penting. Namun, ada harapan efisiensi dapat kurangi pemborosan dan fokuskan pada program produktif.

Efisiensi anggaran jadi sorotan publik karena pemangkasan anggaran pendidikan dan kesehatan yang dinilai merugikan kualitas layanan. Program MBG juga dikritik, karena dianggap tidak sebanding dengan pengorbanan sektor penting. PHK massal di lembaga publik jadi perhatian besar.

Publik soroti kurangnya transparansi dan potensi penyalahgunaan dana Danantara. Kritik muncul soal prioritas anggaran tidak tepat, dengan sektor penting dipotong. Aksi protes mahasiswa terkait pemotongan anggaran pendidikan dan penggunaan dana untuk kegiatan tak mendesak disorot.

Kalau di IG, ini akun-akun yang paling berpengaruh: @kumparan, @BBC News Indonesia, @detikcom, @Kompas.com, @Partai Gerindra, @BBC News Indonesia, @Fathia Fairuza, @Bisnis.com, dan @Katadata Indonesia.

Sementara di FB, akun-akun ini yang paling berpengaruh: http://Kompas.com, Dekade 08, detikcom, Kementerian Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal, KATADATA Indonesia, TvOneNews, Liputan6, Naniek Sudaryati Deyang, Good News from Indonesia, dan Smart Driving School.

Kalau di Youtube, akun-akun ini yang paling berpengaruh: Suara Hati Rakyat, KOMPASTV, MerdekaDotCom, METRO TV, Rocky Gerung Official, CNN Indonesia, Tempodotco, Official iNews, IDN Times, dan Rhenald Kasali.

Di TikTok, ini akun-akun paling berpengaruh: @inilahcom, @kumparan, @metro_tv, @kompastv.indonesia, @polindo.id, @officialinews, @merdekacom, @liputan6.sctv, @cnnindonesia, dan @trenasiacom.

Di X, warganet paling ramai kritik pemangkasan anggaran yang berdampak pada ASN dan karyawan kelas bawah, sementara menteri dan DPR santai. Banyak yang kecewa dengan kebijakan efisiensi yang lebih menguntungkan korporat daripada rakyat.

Cuitan yang lagi heboh lainnya soal warganet gelorakan protes terkait efisiensi anggaran yang dinilai tidak efektif, dengan kritik terhadap kabinet gemuk dan pengalokasian dana yang dianggap lebih menguntungkan proyek-proyek tertentu daripada memenuhi kebutuhan dasar rakyat.

Cuitan yang lagi viral lain soal kebijakan ini yang justru menghapuskan anggaran riset, memecat tenaga honorer, dan mempertahankan kabinet gemuk tanpa prestasi. Mereka juga mengecam kebijakan yang dianggap lebih menguntungkan proyek korporat daripada pelayanan publik.

Cuitan yang lagi viral lain soal kebijakan ini yang justru menghapuskan anggaran riset, memecat tenaga honorer, dan mempertahankan kabinet gemuk tanpa prestasi. Mereka juga mengecam kebijakan yang dianggap lebih menguntungkan proyek korporat daripada pelayanan publik.

Cuitan yang lagi banyak dibahas juga soal efisiensi anggaran tuai kritik kebijakan pemangkasan anggaran untuk sektor publik namun tetap mempertahankan anggaran untuk sektor keamanan, serta kekhawatiran terkait potensi otoritarianisme yang muncul dengan Danantara.

Cuitan yang lagi viral terakhir bahas soal kritik efisiensi ini hanya menguntungkan sektor tertentu, sementara anggaran pendidikan, kesehatan, dan riset dipangkas, serta protes terhadap kebijakan yang dinilai tidak berbasis riset dan lebih utamakan proyek-proyek kontroversial.

Di Instagram, postingan yang lagi banyak disukai warganet soal infokan aksi #IndonesiaGelap di Jakarta, soroti kebijakan efisiensi anggaran yang dinilai tidak mencerminkan kepentingan rakyat, serta bahas program Makan Bergizi Gratis dan kabinet gemuk pemerintahan Prabowo-Gibran.

Di Facebook, postingan yang paling banyak disukai, yaitu soal penghematan besar-besaran APBN 2025, memangkas biaya perjalanan dinas luar negeri, serta infokan kebijakan efisiensi anggaran yang jadi sorotan, terutama terkait kemungkinan penghapusan gaji ke-13 dan THR untuk ASN.

Di YouTube, video yang paling banyak ditonton soal Prabowo teriak "Monyet-Ndablek" sambil mengkritik tindakan arogan, serta aksi pemotongan anggaran yang dipertanyakan banyak pihak terkait pelayanan publik dan kebijakan Prabowo dalam memprioritaskan efisiensi.

Di TikTok, video yang paling banyak ditonton soal pemutusan hubungan kerja (PHK) ratusan pegawai di RRI dan TVRI, dampak kebijakan efisiensi anggaran oleh Presiden Prabowo, serta curahan hati penyiar RRI Ternate, Aiinizzaa, mengenai kebijakan tersebut.

Gambar yang paling banyak dibagikan warganet adalah simbol efisiensi anggaran yang kontroversial, foto-foto pemangkasan anggaran di sektor pendidikan dan pelayanan publik, serta aksi protes mahasiswa di berbagai daerah.

Sementara video yang paling banyak dibagikan warganet adalah rekaman video protes terkait kebijakan efisiensi anggaran yang mempengaruhi sektor pendidikan, infrastruktur, dan pemecatan tenaga honorer serta video klarifikasi pihak pemerintah soal kebijakan tersebut.

Perbincangan tentang efisiensi anggaran kuat didorong oleh akun-akun organik sebesar 70,28%.

Kata-kata yang sering digunakan adalah "Efisiensi", "Danantara", "Gratis", "Triliun", "Makan", dan "Bergizi". Isu utamanya pengurangan dana untuk sektor vital, serta pengalihan dana ke proyek Danantara dinilai kurang transparan. MBG juga disorot karena dianggap tidak sebanding.

Tagar populer seperti #IndonesiaGelap, #PeringatanDarurat, #100hariprabowo, #AnggaranBijakUntukRakyat, dan #EfisiensiUntukBangsa angkat isu perlunya pengelolaan anggaran yang bijak dan transparan. Fokusnya pada alokasi tepat untuk sektor vital, serta dampak pemangkasan anggaran.

Topik utama yang diberitakan meliputi "Efisiensi", "Presiden Prabowo Subianto", "Anggaran", "PHK", dan "IKN". Isu utamanya dampak pemangkasan anggaran pada sektor penting yang bisa menurunkan kualitas layanan, serta efeknya pada proyek IKN dan PHK.

Sufmi Dasco (Ketua Harian DPP Partai Gerindra) pastikan efisiensi anggaran tidak kurangi hak masyarakat, terutama pelayanan publik. Satryo Soemantri Brodjonegoro (Mendiktisaintek) tegaskan anggaran pendidikan tinggi, beasiswa, dan KIP Kuliah tetap aman dari efisiensi anggaran.

Lili Romli (Peneliti Senior BRIN) kritik kabinet gemuk justru menambah anggaran tanpa mencerminkan efisiensi. Mochammad Thanthowy Syamsuddin (Dosen FEB Unair) menyoroti pemangkasan anggaran pendidikan yang hanya 16,77%, melanggar amanat konstitusi yang mewajibkan 20% dari APBN.

Link: https://x.com/DroneEmpritOffc/status/1892233594380120265