Isu dugaan pengoplosan Pertamax tengah jadi sorotan! Banyak yang merasa tertipu, bayar mahal tapi kualitasnya mirip Pertalite. Apa yang sebenarnya terjadi? Simak analisis lengkapnya di thread ini!

Polemik dugaan pengoplosan Pertamax mencuat setelah banyak pengguna mengeluh kualitas BBM yang tidak sesuai harga. Mereka merasa tertipu karena harga lebih tinggi, tapi kualitas mirip Pertalite. Warganet mendesak transparansi dan langkah hukum.

Apa saja isu-isu yang muncul? Bagaimana trennya? Bagaimana sentimen publik terkait Pertamina? Bagaimana peta percakapannya? Yuk, simak analisisnya!

Isu terkait Pertamina ramai dibicarakan, dengan lebih dari 4.9K artikel dan 18.5K mention, termasuk 16.4K mention di media sosial. Sentimen negatif mendominasi di media sosial, terkait dugaan korupsi dan kualitas Pertamax yang diragukan.

Polemik dugaan korupsi dan pengoplosan Pertamax memicu sentimen negatif di media sosial dan media online. Masyarakat kecewa dan menyerukan boikot, sementara pemberitaan lebih fokus pada proses hukum dan kualitas BBM. Apa yang sebenarnya terjadi?

Isu dugaan korupsi dan pengoplosan Pertamax menjadi perbincangan panas, dengan kerugian negara hingga Rp 193,7 triliun. Kekecewaan publik memuncak, seruan boikot menggema, dan tuntutan transparansi semakin kuat. Percakapan terbagi dalam klaster publik kritis, aktivis, dan media.

Sentimen negatif mendominasi publik terkait dugaan korupsi pengoplosan Pertamax, dengan kemarahan dan kekecewaan yang mengarah pada boikot dan hilangnya kepercayaan terhadap Pertamina. Meski ada klarifikasi, kritik tajam tetap mengemuka soal transparansi dan kualitas BBM.

Percakapan tentang efisiensi anggaran pada periode 24-27 Februari 2025 dibahas dalam lebih dari 35 ribu mentions dengan lebih dari 6 miliar interaksi.

Pembahasan di media sosial memuncak pada 26 Februari, dipicu oleh kerugian negara Rp 193 triliun, keluhan kualitas BBM, dan pengelolaan aset BUMN yang dipertanyakan. Di media online, pemberitaan melonjak pada 25 Februari dengan fokus pada dugaan korupsi dan pengoplosan Pertamax.

Dari 24-27 Februari 2025, percakapan tentang Pertamina didominasi oleh klaster publik kritis, aktivis, dan media.


Isu Pertamina terbagi dalam tiga kelompok: Publik Kritis mengkritik subsidi BBM yang tidak tepat sasaran dan serukan boikot; Aktivis menantang pemberantasan mafia migas; Media fokus pada perkembangan kasus korupsi dan tuntutan ganti rugi dari masyarakat.

Sentimen media online terbagi: 34% positif, dengan Pertamina menegaskan kualitas BBM sesuai standar KESDM dan distribusi tak terganggu. Namun, 52% negatif, dengan dugaan korupsi melibatkan pejabat tinggi Pertamina, menurunkan kepercayaan publik.

Sentimen media sosial didominasi sentimen negatif (98%), dengan publik marah dan kecewa terhadap dugaan korupsi Pertamina, meragukan kualitas BBM Pertamax, dan mengeluhkan harga yang tidak sebanding dengan kualitas. Seruan boikot dan kritik transparansi juga mencuat.

Publik marah merasa ditipu dengan BBM berkualitas rendah dan frustasi atas kebijakan pemerintah dalam menangani korupsi Pertamina. Mereka terkejut dengan keterlibatan pejabat tinggi, dan kini menantikan langkah perbaikan tata kelola dan hasil uji lab BBM.

Isu utama terkait Pertamina mencakup dugaan korupsi yang melibatkan pengoplosan BBM, merugikan negara Rp 193,7 triliun, dan memicu kemarahan publik serta seruan boikot. Kepercayaan publik terhadap kualitas Pertamax menurun, disertai tuntutan audit dan transparansi lebih baik.

Isu utama terkait Pertamina lainnya meliputi ketidaktransparanan dalam pengelolaan sumber daya, kualitas BBM yang diragukan, subsidi yang dianggap tidak tepat sasaran, serta tuntutan pengawasan lebih ketat dan audit independen untuk mencegah penyalahgunaan.

Di IG, akun-akun yang paling berpengaruh terkait isu Pertamina, yaitu Sobat sejarah, MERINDINK, folkative, http://Kompas.com, FACE OF INDONESIA, Cretivox, BERITA & INFO VIRAL, INDO TODAY, CloseTheDoor Insider, dan http://tempo.co by Tempo Media Group.

Kalau di FB, akun-akun ini yang paling berpengaruh, yaitu http://Kompas.com, Tere Liye, http://KONTAN.co.id, http://1CAK.com For Fun Only, Mak Lambe Turah, HIMPUTEK, Info IKN Nusantara, kumparan, KATADATA Indonesia, dan http://MERDEKA.com.

Sementara di Youtube, akun-akun ini yang paling berpengaruh, diantaranya MerdekaDotCom, http://Kompas.com, Official iNews, KOMPASTV, Bennix, KOMPASTV JATENG, Tribun Sumsel, Suara Hati Rakyat, IG channel, dan Liputan6.

Di TikTok, ini akun-akun paling berpengaruh, yaitu jaksapedia, nolahariadi, http://newsvalid.id, mas_andi111, heri_horeh, ahmadfannyr, warta_ekonomi, kribo_tiktokk, sobatmelekhukum, dan sipalingadvokat.

Di X, warganet paling ramai membahas kekecewaan terhadap praktik korupsi dan penyalahgunaan yang terjadi di Indonesia, seperti pembayaran pajak yang dikorupsi, pembelian Pertamax yang dioplos, dan ketidakkompetenan pejabat publik.

Cuitan yang lagi heboh lainnya soal kekecewaan warganet terhadap janji-janji pemerintah yang tak terealisasi, seperti subsidi yang dioplos, pajak yang dikorupsi, dan berbagai masalah ekonomi yang terus meningkat.

Cuitan yang lagi viral juga menyoroti dugaan konspirasi besar di balik kasus korupsi Pertamina, dengan fokus pada mafia migas yang mengatur harga BBM dan pertanyaan mengapa kasus ini baru terungkap sekarang.

Cuitan yang lagi banyak dibagikan lainnya soal protes terhadap Pertamina dan keputusan Kejagung menetapkan tujuh tersangka dalam kasus korupsi, termasuk modus pengoplosan Pertalite menjadi Pertamax.

Cuitan yang lagi viral lain bahas soal tuntutan ganti rugi bagi masyarakat akibat kasus korupsi Pertamina dan dampaknya terhadap konsumen yang membeli BBM oplosan.

Di Instagram, postingan yang banyak disukai warganet, yaitu soal skandal korupsi Pertamina yang mengoplos BBM RON 90 menjadi RON 92, menyebabkan kerugian negara Rp 193,7 triliun, dan melibatkan sejumlah pejabat perusahaan.

Di Facebook, postingan yang paling banyak disukai, yaitu tentang dugaan korupsi dalam penyaluran BBM Pertamax yang dicampur dengan RON 90, merugikan konsumen dan negara, serta mengecam kinerja direksi Pertamina dalam mengawasi anak perusahaannya.

Di YouTube, video yang paling banyak ditonton adalah soal kasus korupsi Pertamina dengan dugaan oplosan BBM yang merugikan negara Rp 193,7 triliun, serta reaksi Prabowo terkait skandal tersebut.

Di TikTok, video yang paling banyak ditonton soal skandal korupsi Pertamina yang mengoplos Pertalite jadi Pertamax, merugikan negara hingga Rp 193 triliun, serta reaksi warganet terhadap kasus ini.

Perbincangan tentang Pertamina kuat didorong oleh akun-akun organik sebesar 72,93%.

Kata yang paling banyak digunakan adalah “pakai,” “taat,” “dibalas,” “BBM,” dan “beli.” Isu utama yang diangkat adalah ketidakpuasan konsumen terhadap kualitas BBM Pertamina, di mana konsumen merasa tertipu, membeli Pertamax namun mendapatkan kualitas Pertalite.

Topik utama yang diberitakan adalah dugaan korupsi di Pertamina, klaim oplosan/blending Pertamax dan Pertalite, serta penyidikan oleh Kejaksaan Agung dan sidak Komisi XII DPR. Berita juga menyoroti pengawasan kualitas BBM dan dampaknya pada kendaraan, serta penjelasan Pertamina.

Di media online, contoh berita positif terhadap Pertamina seperti Bahlil (Menteri ESDM) yang menjelaskan bahwa blending BBM sah selama kualitas dan spesifikasinya sesuai. Selain itu, Fadjar Santoso (VP Pertamina) juga membantah tudingan oplosan, pastikan Pertamax sesuai standar.

Sementara contoh berita negatif terhadap Pertamina misalnya, Harli Siregar (Kejagung) ungkap kerugian negara lebih dari Rp193,7 triliun akibat praktik korupsi. Abdul Qohar (Kejagung) mengungkap dugaan korupsi dalam tata kelola minyak dan blending BBM Pertamina.

Link: https://x.com/DroneEmpritOffc/status/1895104213912559987