Oleh: Windo W

Bagaimana kondisi percakapa soal buku merah yang sempat ramai? Seberapa lama percakapan ini bertahan di media sosial? Bagaimana pola percakapannya? Adakah isu lain yang muncul yang cukup dominan?

Beberapa pertanyaan tersebut coba dijawab di dalam tulisan ini. Untuk menjawab pertanyaan tersebut, data dikumpulkan dengan menggunakan kata kunci buku merah. Pengumpulan data terbatas pada kanal media sosial Twitter dalam rentang waktu seminggu terakhir (14-21 Oktber 2019).

TREN DAN VOLUME

Dilihat dari volume percakapan, volume percakapan tentang buku merah sangat tinggi. Lebih dari 10ribu twit. Dari sisi tren, terlihat percakapan buku merah muncul pada tanggal 16. Sangat sedikit. Dan beberapa hari sebelunya belum muncul.  Percakapan sangat tinggi pada tanggal 17. Ini saat Tirto, Tempo dan beberapa media lainnya memberitakan tentang beredarnya video perusakan buku merah oleh dua penyidik KPK dari pihak kepolisian. Sehari setelah itu, percakapan terus tinggi, cenderung meningkat tajam. Namun, dua-tiga hari terakhir ini, percakapan sudah menurun. Sangat drastis.

INTEREKASI DAN PENYEBARAN PERCAKAPAN

Percakapan tentang buku merah bersifat natural. Tampak dari interaction rate yang sangat tinggi, sebesar 35. 23. Jangkauan percakapan juga luas. Terlihat dari potencial reach di mana potensi penyebaran percakapan tentang buku merah mencapai 32 juta pengguna akun.

POLA PERCAKAPAN

Bagaimana dengan pola percakapan? Kita bisa lihat dari jejaring percakapan terlebih dahulu.

Dilihat dari jejaring percakapan (SNA), percakapan ini tidak membentuk klaster yang terpolarisasi atau menyebar. Jaringan percakapan bersifat memusat, terkumpul dari satu klaster. Ada satu kesamaan narasi atau isu. Lalu kesamaan seperti apa? Kita lihat dari twit-twit yang muncul.

Dilihat dari twit-twit yang muncul, khususnya dari twit-twit yang paling banyak diritwit, sebagian besar merupakan twit-twit tentang pemberitaan perusakan buku merah oleh dua penyidik KPK dari pihak kepolsiaan, perampokan tas penyidik KPK, penyiraman KPK dan adanya dan munculnya nama  Kapolri.  Akun-akun utama yang paling banyak diritwit dan menjadi top infuencer merupakan akun-akun media. Akun-akun ini yang paling banyak di-share. Selain itu, juga ada akun aktivis, Dandy Laksono yang mengapresiasi investigasi kolaboratif dari IndonesiaLeaks, Tempo,Tirto dan sejumlah jurnalis dari berbagai media. Ada juga muncul twit-twit yang “menyindir kepolisian berdasarkan pemberitaan investigatif tentang perusakan buku merah oleh dua penyidik KPK yang juga membawa nama Kapolri.

@TirtoID: Temuan buku merah menyibak rentetan acara pada April 2017: penyidik ​​KPK yang tasnya dirampok, perusakan buku merah oleh dua penyidik ​​KPK dari kepolisian, dan penyiraman udara keras terhadap Novel Baswedan. Simak laporan Indonesialeaks soal Buku Merah. https://t.co/8GYQ8oXpY4. 17 / Okt / 2019 12:00 WIB
@tempodotco: [BENANG] Masih ingat dengan buku merah? Tito Karnavian dan kontribusi pejabat pemerintah. #IndonesiaLeaks #BukuMerah #RuangKolaborasiKPK #TGPF #TitoKarnavian #NovelBaswedan https://t.co/3bRkGHaCjO.  17 / Okt / 2019 15:48 WIB
@Dandhy_Laksono: Barang bukti dirusak. Novel Baswedan dicelekai. Pelaku dan dalangnya tak kunjung terungkap. Salut untuk Indonesileaks, Tirto, Tempo, Independen, dan para jurnalis dari berbagai media yang berkolaborasi dalam investigasi kasus "Buku Merah". Tetap bekerja dan tetap kewarasan. 17 / Okt / 2019 21:20 WIB
@do_ra_dong: Buaya + kodok vs cicak + kadal Cukup lihat KPK menjadi lapak yang harus direbutkan dengan buzzer yang dipukuli oleh jenderal rekening gendut massif untuk "terikat" terkait beredarnya video cctv robeknya buku merah https://t.co/EpKEq2nfh1.  17 / Okt / 2019 20:31 WIB
@liem_id: Contoh Keadilan di Depan Hukum versi negeri Kahyangan .. "Untuk di kepolisian tidak ada (sidang). Saya jamin solid. Kami melakukan penyelidikan keluar," ujar Setyo #BesokMatikanTVSeharian Buku Kasus Merah, Polri Tak Akan Usut Internal Kepolisian https: // t .co / n9f1tXdNIY. 19 / Okt / 2019 20:44 WIB

ANALISIS

Percakapan tentang buku merah menjadi perhatian netizen. Perhatian itu pada saat munculnya pemberitaan investigatif tentang perusakan buku merah yang beredar di sejumlah media. Perhatian itu tidak bertahan lama. Hanya dalam dua hari, percakapan menurun.

Walaupun interkasi percakapan natural, percakapan lebih didominasi oleh penyebaran informasi pemberitaan tentang perusakaan buku merah. Tidak terlalu banyak percakapan yang pro-kontra. Apakah tidak adanya pro-kontra ini juga mengindikasikan publik sepakat dengan berita investigatif tersebut sehingg tidkmemberi komentar? Tentu perlu riset lebih lanjut. Yang jelas, bedasarkan pantauan penyebaran di media sosial (Twitter, percakapan ini menyebar sangat luas, klaster yang terbentuk Cuma satu klaster yang mengindikasikan hanya ada satu narasi, dan  akun-akun media dan aktivis menjadi top influencer dari percakapan ini.

PENUTUP

Percakapan soal buku merah sebetulnya juga sempat muncul di beberapa waktu lalu sebelum ramai kembali beberap hari kemarin. Apakah percakapan tentang buku merah akan ramai kembali? Kita akan lihat.