Oleh Ismail Fahmi

Setelah saya lihat data, ada sesuatu yang menarik pada debat kedua kemarin, yakni cek fakta. Dari data yang ditampilkan nanti, terlihat  betapa besar peran cek fakta dan ini sangat bagus untuk terus dilakukan saat debat: jika itu tidak benar, bisa langsung dikoreksi dan ini memberi pengayaan informasi bagi mereka yang berada di media sosial.

Selain  ‘cek fakta’, tulisan ini juga meyajikan dan menganalisis hal-hal lain:  

·         Statisik selama debat

·         Membaca strategi perang di medsos dalam debat kedua

·         Cek fakta dan Information Arbitrage selama debat

·         Siapa yang paling diuntungkah oleh cek fakta dalam debat kedua?

·         Perang persepsi pasca debat?

·         Ke mana suara golput?

STATISTIK SELAMA DEBAT

Tren

Bagaimana positioning percakapan antara Jokowi dan Prabowo selama debat kemarin?

Kita lihat grafik selama perdebatan kemarin, dari jam 8 sampai jam 11 malam. Biasanya, sehari-hari, percakapan tentang Jokowi selalu tinggi dibandingkan Prabowo. Pada saa debat kemarin, percakapan tentang Jokowi tinggi, tapi ada pergeseran pada pukul 9. Dari pukul 9 sampai debat berakhir, percakapan tentang Prabowo lebih tinggi dari Jokowi.

Volume dan Sentimen

Selama debat, frekuensi percakapan antara Jokowi dan Prabowo hampir sama. Yang membedakan sentimennya. Percakapan soal Prabowo jauh lebih negatif dari jumlah percakapannya. Sebaliknya, percakapan Jokowi lebih banyak sentimen positif. Dari sisi tren selama debat, posisi ini tetap bertahan: tren percakapan negatif soal Prabowo lebih tinggi daripada Jokowi dan sebaliknya tren percakapan positif soal Jokowi selalu lebih tinggi daripada Prabowo.

MEMBACA STRATEGI PERANG DI MEDSOS

Bagaimana strategi yang dilakukan oleh kedua kubu dalam menghadapi perang di medsos saat debat?

Kita lihat dulu pada debat pertama.

Berdasarkan peta SNA pada saat debat pertama (17 Januari lalu), klaster 01 tersebar dalam beberapa klaster: dengan satu klaster besar dan beberapa klaster kecil/klaster pasukan). Klaster kubu 02 tersimpul dalam satu klaster.

Kita lihat sekarang kondisi saat menjelang debat kedua ( jam  00.00  hingga pukul 19:50). Klaster 02 lebih besar dan padat sedikit. Sedangkan kubu 01  menjelang debat ada satu klaster.  Tak ada ‘mobilisasi’ khusus seperti debat pertama.

Kita lihat beberapa waktu setelah debat. Dari peta SNA, tampak ada mobilisasi pasukan tambahan yang masif dari kubu 01 yang tak muncul sebelumnya.  

Kita lihat sepanjang debat. Kubu 02 hanya satu klaster. Ada akun aktivis @Dandy_laksaono dan @GreenpeaceID,  yang ‘nempel” di klaster kubu 02. Kedua akun ini bukan dari kubu 02. Mereka dekat karena twit mereka  disukai (diritwit) oleh kubu 02. Berbeda dengan kubu 02, pada kubu 01, ada dua klaster besar.

Dibandingkan debat pertama, strategi 01 menambahkan pasukan baru jauh lebih hebat. Kenapa? Karena pada debat pertama, klaster tambahan hanya klaster kecil-kecil, sementara pada debat kedua, ada satu tambahan klaster besar. Tampak lebih terorganisir dan efektif.

Di antara klaster kubu 01 dan 02, ada klaster tengah. Diisi oleh akun-akun media. Berfungsi sebagai information arbitrage. Menjadi referensi dan disukai oleh kedua kubu.

Bagaimana kondisi sehari setelah debat (18 Febuari)?

Dari SNA pasca debat, klaster tambahan pada kubu 01 saat selama debat kemarin (17 Februari) sudah sangat kecil.

Dua hari berikutnya (19-21 Febuari), klaster tambahan tersebut sudah tidak ada lagi. Peta klaster sudah seperti biasa. Jadi, klaster tambahan pada kubu 01 hanya ada pada hari H (Hari debat) dan sehari setelahnya. Habis itu selesai.

#DEBATSEBEL: SEBUAH STRATEGI PERANG

Ada yang menarik selama debat hingga hari berikutnya. Yaitu ada sebuah tagar. Namanya, #DEBATSEBEL. Tagar ini muncul beberapa jam sebelum depat. Mulai pukul 18, tagar ini terus meningkat. Lalu menurun setelah debat. Siapa yang memakai tagar ini? Kita lihat peta SNA.

Dari peta SNA, terlihat akun-akun seperti @mamkmummasjid, @andihidayat dll. Mereka menjadi top influencer dalam percakapan yang menggunakan tagar DEBATSEBAL. Akun-akun ini muncul selama debat di klaster tambahan (baru) pada kubu 01 (lihat SNA sebelumnya selama debat). Percakapan dengan menggunakan tagar ini dominan digunakan oleh klaster tambahan kubu 01 saat debat kedua.

Dari daftar top twit, obrolan mereka tampak santai mengomentari debat. Obrolan ringan seperti ngerumpiin debat. Walau tampak ringan dan santai, dari tone-nya tampak ada afiliasi atau sindirin terhadap kubu 02 (Prabowo). Berikut daftar twit terpopuler dengan menggunakan tagar #DEBATSEBEL.

TOPIK DEBAT  

DE sudah membuat sejumlah projek terkait topik debat tadi malam. Setiting data yang digunakan dengan menggunakan nama masing-masing paslon dengan berbagai variasinya yang kerap muncul di media sosial, difilter dengan kata-kata yang teraosiasi dengan topik debat.

Menjelang debat

Menjelang debat kemarin, topik percakapan yang paling banyak dibahas adalah infrastruktur, pangan dan energi. Sementara lingkungan hidup paling sdikit (hampir tak terdengar). Dari semua topik, JKW-MA lebih banyak dipercakapkan dibanding PS-SU.

SNA sebelum debat memerlihatkan klaster 02 lebih besar dan padat membicarakan topik.

Selama debat

Selama debat, topik infrastruktur paling tinggi. Yang menarik, dibandingkan dengan topik-topik lain, topik lingkungan hidup, JKW-MA sangat tinggi dibandingkan PS-SU.

Kita lihat SNA selama debat.  Semua topik digabung menjadi satu. Selama debat, kubu 02 lebih besar, dan beberapa akun akvitis nempel di klaster 02 seperti Greenpeace. Twit-twit dari akun ini  disukai oleh kubu 02. Kondisi peta SNA memperlihatkan selama debat ukuran klaster 12 lebih besar dari kubu 01. Ini menunjukkan kubu 02 lebih intens membahas topik saat debat. Pada kubu 01 sebaliknya, klasternnya tidak terlalu padat dan besar, tidak terlalu banyak membahas topik. Klaster tambahan dengan bahasa-bahasan ringan tampak muncul minim membahas topik.

SNA selama debat juga memperlihatkan sejumlah akun-akun media. Akun-akun ini berada di tengah. Ini menunjukan media sebagai information arbirtage.

CEK FAKTA DAN INFORMATION ARBITRAGE

Kita ambil topik percakapan paling tinggi, yakni topik infrastruktur. Dalam percakapan infrastruktur, percakapan paling banyak tentang Jokowi.

Awal-awal debat, kubu 01 banyak bicara soal infrastruktur. Kubu 02 sedikit bicara infrastruktur sebagaimana terlihat di peta SNA.

Berbeda dengan topik infrastruktur, pada topik energi dan pangan, percakapan paling banyak tentang PS-SU.

Sebagaimana terlihat dari SNA, kubu 02 memanfaat twit-tiwt dari akun-akun yang menyajikan data (cek fakta).

Dalam topik lingkungan, percakapan paling banyak tentang  JKW-MA.Yang menarik, walaupun percakapan JKW-MA yang paling banyak muncul dalam isu lingkungan, dari peta SNA terlihat kubu 02 ternyat yang banyak menyebunya. Jadi, volume percakapan JKW-MA soal lingungan lebih banyak dari kubu 02 dan itu sentimennya negatif. Kubu 02 memanfaatkan data dari twit-twit sejumlah dari sejumlah lembaga, aktvis. Soal topik lingkungan, yang paling yakni dari Greenpeace.  

SIAPA YANG PALING DIUNTUNGKAN DARI CEK FAKTA?

Pada debat kemarin, Badan Pusat Statistik menjadi sumber referensi cek fakta. Sejak tiga bulan terakhir,  percakapan BPS rata-rata kecil. Tidak banyak yang menyebut. Namun, begitu debat kemarin dan setelah debat, BPS banyak disebut.

Siapa yang paling banyak menyebut BPS? Kita lihat SNA. Dari akun-akunnya, merupakan dari kubu 02. Tidak terlihat secara signifikan dari kubu 01 menyebut BPS.

Kita juga dapat melihat, ketika menyebut BPS, hestek apa saja yang muncul? Paling banyak #PrabowoMenangDebat. Dan top influencer rata-rata dari kubu 02.

Memperhatikan top twit yang muncul, isu impor merupakan paling dominan dan mewarnai percakapan dengan menggunakan data BPS sebagai cek fakta.

Bila dimunculkan lagi seperti subjudul: Siapa yang diuntungkan dari  cek fakta? Jelas, kubu 02.

PERANG PERSEPSI PASCA DEBAT KEDUA

Kita lihat dulu percakapan masing-masing capres sebelum dan setelah debat. Rata-rata, Jokowi lebih tinggi daripada Prabowo.

Sekarang, kita lihat isu apa yang muncul setelah debat. Kita lihat trending topic yang muncul. Ternyata, adatagar JokowiBohongLagi dan Unicorn. Kedua tagar ini digunakan untuk membangun persepsi, alias terjadi perang persepsi pasca debat kemarin. Tagar JokowiBohongLagi dari kubu 02 untuk membangun persepsi bohong pada Jokowi, sedangkan tagar unicorn dari kubu 01 untuk membangun persepsi Prabowo jauh dari dunia millineal dan pengusaha. Tagar in sudah muncul pagi hari.

Kita lihat tren percakapan. Saat debat, unicorn lebih tinggi. Tapi, setelah debat, tagar JokowiBohongLagi sangat tinggi.

#Unicorn

Percakapan dengan menggunakan tagar ini memiliki interaksi bagus. Terlihat dari interaction rate4.15. Tagar ini untuk ‘menyerang” Prabowo, tapi dengan percakapan-percakapan yang ringan, santai dan kadang jenaka. Ini terlihat dari top twit sebagaimana ada di tabel berikut.

#Jokowibohongilagi

Kapan muncul? Jam 8 saat debat. Sehari setelah debat, tren percakapan menggunakan tagar ini tinggi. Tagar ini digunakan untuk menyerang 01.  Dominan dengan segala data yang tersebar. Dari kedua tagar yang tengah berperang persepsi tersebut, mana yang lebih kuat?

Kita lihat peta SNA. Peta SNA pada tanggal 17 hingga 18 pasca debat menunjukkan klaster kubu 02  besar dan solid. Kubu 01, selain ada klaster utama, juga ada klaster tambahan.

Kita lihat lagi peta SNA pada hari-hari berikutnya, 19 hingga 20 Februari. Tampak peta sudah berubah. Klaster 02 tampak masih besar dengan percakapan menggunakaan #JokowiBohongLagi, sedangkan klaster 01, selain klaster utama, klaster tambahan yang sebelumnya muncul tampak tidak tampak terlalu besar.

Jadi, mana yang lebih kuat dalam perang persepsi: soal unicorn atau soal bohong? Dilihat dari dari perang persepsi informasi/narasi berdasarkan perkembangan hari demi hari pasca debat kemarin, narasi melalui #jokowobohonglagi lebih kuat dibandingkan dengan narasi lewat #unicorn.

GOLPUT

DE sudah memantau tren percakapan golput sejak lama. Jika dilihat dari periode data dari awal Januari hingga hari ini, tren percakapan golput tinggi saat debat pertama. Debat kemarin, percakapan tentang golput tidak siginifikan.

Kita lihat khusus SNA sebelum dan setelah debat kedua kemarin (16-22) . Tampak, klaster tidak padat dan akun-akun yang muncul akun-akun yang influencial dalam beberapa isu.

Dari top twit juga tidak dominan percakapan untuk mengajak golput, melainkan justru mengkritik perkataan Menristekdikti. Berikut beberapa top twit.

KESIMPULAN

-          Pada debat kedua, strategi kubu 01 sudah semakin bagus daripada debat pertama.

-          Strategi 01 secara pasukan: dengan cara menambah klaster baru dengan percakapan yang ringan (milenal). Ini mempengaruhi frekuensi percakapan tentang JKW-MA dan prabowo dalam bentuk sindirian dengan bahasa-bahasa ringan.

-          Kubu 02 lebih banyak muncul mempercakapkan topik debat.

-          Dalam percakapan tentang topik-topik debat tersebut, kubu 02 mmanfaatkan data-data dari sejumlah akun-akun yang membantu cek fakta. Jadi, kubu 02 sangat diuntungkan oleh cek fakta yang muncul pada debat kemarin.

-          Pada percakapan soal topik debat, penambahan klaster tambahan tidak banyak membantu untuk tema-tema topik pangan dan energi (topik percakapan). Klaster tambahan untuk kbu 01 bersisfat bahasa yang ringan, bukan pembahasan tentang topik-topik debat.

-          Popularitas percakapan Jokowi tinggi pada beberapa isu, tapi justru tidak menguntungkan karena bersentimen negatif, seperti dalam isu lingkungan.

-          Kubu 02 lebih kuat dalam perang persepsi pasca debat. Tagar #JokowiBohongLagi terus digunakan dalam beberapa hari pasca debat dan mengalahkan percakapan #unicorn yang digunakan oleh kubu 01.

-          Pada debat kedua, percakapan golput  tidak setinggi saat debat pertama. Percakapan golput tidak signifikan.