Di tengah atmosfer politik yang memanas menjelang Pemilu 2024 di Indonesia, munculnya film dokumenter 'Dirty Vote' telah membawa gelombang baru dalam diskusi publik tentang integritas pemilihan umum. Bagaimana peta percakapan di Twitter, Tiktok, dan pemberitaan di media online tentang film "Dirty Vote" ini? ANALISIS DRONE EMPRIT TWITTER, TIKTOK, BERITA ONLINE 10-12 FEBRUARI 2024
METODOLOGI
• Sumber: Twitter, News, TikTok
• Periode tanggal: 10-12 Februari 2024
• Keyword: Dirty Vote, DirtyVote
TREN ”DIRTY VOTE” DI TWITTER
Volume percakapan sejak 10 Februari 2024 ketika film ini diumumkan akan dirilis di YouTube, kemudian saat diluncurkan pada 11 Febuari, hingga perdebatan di hari berikutnya, memperlihatkan tren yang terus meningkat.
SENTIMEN “DIRTY VOTE” DI TWITTER
Di Twitter, sentimen paling besar adalah negatif (50%) yang berisi kritikan kepada berbagai pihak yang disebut dalam film ini. Sentimen positif (43%) berisi dukungan pada film tersebut.
SENTIMEN POSITIF
Mengapresiasi Film “Dirty Vote”
SENTIMEN NEGATIF
Mengritik berbagai pihak yang disinggung dalam film “Dirty Vote”
SNA "DIRTY VOTE"
Peta SNA memperlihatkan hanya ada satu klaster besar yang mendukung film ini. Klaster yang kontra sangat kecil dan berada di pinggiran peta SNA. Ini memperlihatkan film ini memberi tekanan yang cukup besar sementara penolakan yang kurang signifikan di Twitter.
KLASTER PRO “DIRTY VOTE”
Dalam klaster besar pendukung film ini, berkumpul akun-akun yang selama ini dikenal sebagai pendukung Anies, pendukung Ganjar, juga yang netral.
KLASTER KONTRA “DIRTY VOTE”
Sedangkan klaster yang kontra tampak jauh lebih kecil. Mereka terpencar berada di pinggiran peta SNA. Akun-akun dalam klaster kontra ini selama ini dikenal sebagai pendukung Prabowo-Gibran.
TOP INFLUENCER “DIRTY VOTE” @kenapagituyakk@tempodotco@BosPurwa@meillasoux@Mdy_Asmara1701@txtdrktrn@dinamaintwit@WAPamungkas@CNNIndonesia@cinnamongirlc@_mardial_@islah_bahrawi@narkosun@anandabadudu@HabisNontonFilm@ekowboy2@legislatweet@FaktaGilaBola@VeronicaKoman@KuntoAjiW@salasikan@kumparan@tunggalp@faridgaban@tijabar@WAHYU_UNIFORM@ecosocrights@newsplatter@GreenpeaceID@YLBHI@chitattooes@data_retra@abu_waras@BangPino__@satyabumi@wahyujatim.
EMOTION ANALYSIS
Emosi paling dominan adalah "anger", "fear", dan "joy".
ANGER (MARAH)
*The Institute for Ecosoc Rights (@ecosocrights): Cuitan ini mengungkapkan kekhawatiran dan kemarahan tentang tuduhan fitnah terhadap pelanggaran HAM oleh Prabowo, konstitusi oleh Gibran, dan politisasi bansos.
*Maga laksana (@legislatweet): Ungkapan "anjir baru nyadar" menunjukkan kejutan dan kemungkinan marah atau khawatir tentang situasi politik yang terungkap dalam film, khususnya pemekaran Papua dan penggunaan dana bansos.
*Lambe Waras (@abu_waras): Cuitan ini menyatakan kemarahan dan frustrasi tentang "skenario kecurangan yang dilakukan rezim Jokowi" dan menyebut pendukung Anies menangis, yang mengindikasikan kekhawatiran dan emosi yang mendalam.
*Coach Axdwin (@axdwin): Cuitan ini menyiratkan kemarahan dan kekecewaan ("belum bisa move on") mengenai situasi politik saat itu, terutama terkait dengan pemilu.
*http://Tempo.co (@tempodotco): Menyebutkan "Politik Gentong Babi Jokowi" dan "Penguasa Culas dan Tidak Beretika" menunjukkan narasi yang mengandung kekhawatiran dan kemarahan tentang tindakan penguasa.
*Maga laksana (@legislatweet): Cuitan kedua dari akun ini mengekspresikan frustrasi ("tai, jangan cuma tiba-tiba") atas reaksi yang dianggap tidak substansial terhadap isi film, menunjukkan emosi marah dan khawatir.
FEAR (TAKUT)
*Mboh Lah (@FaktaGilaBola): Menyatakan kekhawatiran terhadap ketidaknetralan perangkat politik dan dinasti politik, menunjukkan rasa takut akan kehilangan integritas dalam sistem politik.
*Pesona Senja (@AleenaDi09): Ungkapan "merinding" menandakan rasa takut atau kekhawatiran terhadap pengungkapan kecurangan pemilu yang direncanakan sejak lama dalam film "Dirty Vote".
*Mr Desperate (@MrDesperate1): Menggunakan kata "Ngeri" yang menunjukkan rasa takut atau kekhawatiran terhadap kesaksian yang diberikan setelah film "Dirty Vote".
*Nol Gagal (@Zer0Failed): Menunjukkan rasa takut terhadap skenario pemilu satu putaran yang didorong oleh kekhawatiran kalah dalam pemilu.
*Jhon Sitorus (@Miduk17): Menyiratkan rasa takut dan kepanikan terkait dengan pengungkapan dalam film "Dirty Vote" tentang berbagai taktik yang digunakan dalam pemilu.
*gigi (@virless_): Menunjukkan rasa takut atau kekhawatiran ("Takut yahh?") tentang pengaruh dan dampak dari film "Dirty Vote".
*H Rohta (@rohta_julian): Ungkapan "Titik Nadir Yang Sangat Mengkhawatirkan" menunjukkan rasa takut dan kekhawatiran mendalam tentang situasi saat ini yang disorot dalam film.
JOY (SENANG)
*#99 (@PartaiSocmed): Menunjukkan kegembiraan atau optimisme tentang kemungkinan kemenangan Prabowo, yang dihubungkan dengan rilis film "Dirty Vote".
*Terpaksa (@disuruhmenyuruh): Menunjukkan kegembiraan atau kepuasan dengan meramalkan kalahnya Prabowo, serupa dengan apa yang terjadi pada tahun 2019 setelah rilis film "Sexy Killers".
*Korban Ceklist Satu (@AnKiiim_): Menunjukkan antusiasme dan semangat, terutama setelah menonton "Dirty Vote", untuk mendukung pasangan calon AMIN dalam pemilu.
*maspandam (@maspandam): Mengungkapkan rasa positif dan mendorong orang untuk menggunakan masa tenang pemilu untuk berkontemplasi dan memilih calon terbaik.
*AGEN PERUBAHAN 01 (@sidiq_abraham): Menunjukkan ketertarikan dan antusiasme terhadap informasi yang disampaikan dalam "Dirty Vote" dan implikasinya pada pemilu.
*PROF (@yusrilfahriza): Menunjukkan rasa gembira atau kepuasan dengan mengaitkan kemenangan tim sepak bola favorit dan fokus kembali pada "Dirty Vote" dan politik.
*immank.fsyah (@immankfsyah): Menyatakan kegembiraan atau kekaguman terhadap orasi Anies Baswedan, dengan menyebutnya memukau dan layak masuk dalam film "Dirty Vote".
*H Rohta (@rohta_julian): Mengungkapkan rasa positif dan semangat untuk masa tenang, sambil mengajak untuk tidak tenang jika ada yang merasa terganggu.
MOST RETWEETED "DIRTY VOTE"
WORDCLOUD “DIRTY VOTE”
Tema Sentral: Kata yang paling menonjol dalam word cloud adalah "Kecurangan", yang menunjukkan bahwa tema sentral dari diskusi seputar "Dirty Vote" berkaitan dengan tuduhan atau kekhawatiran tentang kecurangan atau penipuan.
Entitas Kunci: Nama-nama seperti "Prabowo-Gibran", "Anies", "Bawaslu", dan "Susanti" cukup terlihat, menunjukkan bahwa individu atau lembaga ini penting dalam konteks film dan percakapan yang terjadi.
Keterlibatan Publik: Kata-kata seperti "Film", "Nonton", "Rilis", "Ditonton", dan "YouTube" menunjukkan bahwa ada keterlibatan aktif dengan dokumenter, dan film ini memiliki kehadiran di media sosial dan platform streaming.
Respon Emosional: Kehadiran kata-kata seperti "Panik" dan "Fitnah" menunjukkan adanya respons emosional yang kuat terhadap film, dengan beberapa individu mungkin merasa panik atau menuduh film tersebut sebagai fitnah.
Konteks Politik: Istilah-istilah seperti "Pemilu", "Politik", dan "Demokrasi" menunjukkan bahwa film ini banyak dibahas dalam konteks politik, kemungkinan terkait dengan proses pemilihan umum dan integritas demokrasi.
MENTION MENURUT LOKASI PENGGUNA X
Sebaran pengguna Twitter yang terlibat dalam percakapan cukup luas, meliputi Jawa, Sumatra, Sulawesi, Kaimantan, dan Papua.
MENTION MENURUT LOKASI PENGGUNA X
Propinsi yang paling ramai pembahasan tentang film ini adalah: DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, DIY, Banten, Sumut, Sumsel, dan Bali.
NARASI POSITIF TERHADAP “DIRTY VOTE”
Film Dirty Vote mengungkap kebobrokan dalam sistem pemilu dan merusak tatanan demokrasi, memberikan kita pemahaman yang lebih dalam tentang tantangan yang dihadapi dalam proses demokrasi kita.
Melalui analisis hukum tata negara yang disampaikan oleh tiga ahli, film Dirty Vote memberikan sudut pandang yang kritis dan mendalam terhadap kecurangan yang terjadi dalam pemilu 2024.
Film Dirty Vote menjadi panggilan untuk memperhatikan dan mengatasi kecurangan dalam pemilu, serta mendorong transparansi dan integritas dalam proses demokrasi.
Dukungan dari berbagai pihak terhadap film Dirty Vote menunjukkan pentingnya pengungkapan kebobrokan dalam sistem pemilu dan keinginan untuk memperbaiki tatanan demokrasi kita.
Film Dirty Vote menjadi alat untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya partisipasi aktif dalam pemilu dan menjaga integritas demokrasi kita.
Melalui film Dirty Vote, kita dapat memahami betapa pentingnya menjunjung tinggi integritas dan mengatur diri sendiri dalam membuat aturan yang berlaku untuk semua.
Film Dirty Vote memberikan pelajaran bahwa bantuan sosial seharusnya digunakan untuk menjalankan kewajiban terhadap warga miskin, bukan sebagai alat politik atau kepentingan pejabat.
Dengan menonton film Dirty Vote, kita dapat menjadi lebih melek dan peka terhadap bobroknya rezim saat ini yang menggunakan segala cara demi memenangkan pemilu.
Film Dirty Vote mengajak kita untuk tidak golput dan menggunakan hak suara kita dengan bijak, sesuai dengan nurani dan keyakinan kita.
Dukungan terhadap film Dirty Vote menunjukkan bahwa masyarakat memiliki keinginan yang kuat untuk melihat perubahan dan memperbaiki sistem pemilu yang ada.
NARASI NEGATIF TERHADAP “DIRTY VOTE”
Film Dirty Vote hanya merupakan propaganda kotor yang bertujuan untuk menggulingkan pemerintahan yang sah dan menciptakan kekacauan dalam proses demokrasi.
Narasumber dalam film Dirty Vote dianggap tidak objektif dan memiliki kepentingan politik tertentu, sehingga informasi yang disampaikan dapat dianggap sebagai fitnah dan tidak dapat dipercaya.
Film Dirty Vote hanya menciptakan kegaduhan dan memperkeruh suasana politik, tanpa memberikan solusi konkret atau alternatif yang membangun.
Dukungan terhadap film Dirty Vote hanya berasal dari pihak-pihak yang memiliki kepentingan politik tertentu, sehingga tidak dapat dianggap sebagai representasi opini masyarakat secara keseluruhan.
Film Dirty Vote tidak memberikan sudut pandang yang seimbang dan adil terhadap proses pemilu, sehingga dapat mempengaruhi persepsi masyarakat secara negatif.
Film Dirty Vote hanya menciptakan kebencian dan polarisasi di antara masyarakat, tanpa memberikan ruang untuk dialog dan pemahaman yang lebih mendalam. Informasi yang disampaikan dalam film Dirty Vote tidak didukung oleh bukti yang kuat dan dapat dianggap sebagai manipulasi fakta untuk mencapai tujuan politik tertentu.
Film Dirty Vote hanya menciptakan ketidakpercayaan terhadap institusi dan proses demokrasi yang ada, tanpa memberikan alternatif yang lebih baik atau solusi yang konstruktif.
Dukungan terhadap film Dirty Vote dapat dianggap sebagai upaya untuk mengganggu stabilitas politik dan menciptakan ketidakharmonisan di dalam masyarakat.
Film Dirty Vote hanya menciptakan kebingungan dan kekacauan dalam pemilu, tanpa memberikan pemahaman yang jelas atau solusi yang dapat diimplementasikan.
ANALISIS NARASI DI TWITTER
1. Film Dirty Vote:
Film dokumenter yang dibintangi oleh tiga ahli hukum tata negara, yaitu Zainal Arifin Mochtar, Bivitri Susanti, dan Feri Amsari.
Film ini mengungkap berbagai instrumen kekuasaan yang digunakan untuk tujuan memenangkan pemilu dan merusak tatanan demokrasi.
Kecurangan dalam pemilu 2024 diuraikan dengan analisis hukum tata negara.
Film ini diunggah di platform YouTube dan dapat ditonton melalui link yang disediakan.
2. Reaksi dan Tanggapan:
Wakil Presiden Ma'ruf Amin menyarankan pemerintah untuk memperhatikan kritik yang disampaikan melalui film Dirty Vote mengenai kecurangan pemilu 2024.
TKN Prabowo-Gibran menyebut film Dirty Vote berisi fitnah.
Anies Baswedan memberikan tanggapan terkait film Dirty Vote, meminta untuk menghentikan kecurangan dan menginginkantransparansi.
Beberapa akun media sosial mendukung film Dirty Vote dan mengajak untuk menonton serta menyebarkan pesan dan trailer film ini.
3. Isu Kecurangan Pemilu:
Film Dirty Vote mengungkap desain kecurangan dalam pemilu 2024. Salah satu isu yang diungkap adalah persyaratan suara 50% + 1 tidak cukup untuk memenangkan pemilu sekali putaran, tetapi juga diperlukan kemenangan 20% di 20 provinsi.
Ada pernyataan yang menyebutkan bahwa pemerintah berencana memekarkan Papua dan mengikutsertakannya dalam pemilu untuk memperoleh basis suara yang besar.
4. Reaksi Masyarakat:
Beberapa akun media sosial dan individu menyambut film Dirty Vote dengan antusiasme dan menganggapnya sebagai pengungkapan kebobrokan rezim saat ini.
Ada juga yang skeptis terhadap dampak film Dirty Vote dalam mempengaruhi keputusan pemilih, menganggapnya sebagai dirty propaganda yang tidak akan mengubah keputusan rakyat.
KESIMPULAN DI TWITTER
Tren percakapan tentang film “Dirty Vote” di Twitter terus meningkat dalam 2 hari terakhir. Volume percakapan juga sangat tinggi (lebih dari 276 ribu mention di Twitter).
Sentimen positif 43% memberi dukungan pada film ini. Sedangkan sentiment negatif 50% mayoritas berisi kritikan pada tokoh dan institusi yang dibahas oleh film ini, dan ada juga kritikan pada film ini oleh pihak yang keberatan.
Peta SNA memperlihatkan hanya ada satu klaster besar yang mendukung film ini. Klaster yang kontra sangat kecil dan berada di pinggiran peta SNA.
Ini memperlihatkan film ini memberi tekanan yang cukup besar sementara penolakan yang kurang signifikan.
Emosi yang paling dominan adalah marah. Berisi kemarahan melihat fakta adanya skenario kecurangan pada pemilu 2024, menantang mereka yang bilang film ini fitnah, dan ajakan menyikapi film ini dengan bijak agar rakyat tidak marah.
Sebaran pengguna Twitter yang terlibat dalam percakapan cukup luas, meliputi Jawa, Sumatra, Sulawesi, Kaimantan, dan Papua.
TREN VIDEO FYP “DIRTY VOTE” DI TIKTOK
ENGAGEMENT DI TIKTOK
SENTIMEN INTERAKSI DI TIKTOK
VIDEO FYP PALING POPULAR
AKUN PALING POPULER
WORDCLOUD DI TIKTOK
KESIMPULAN DI TIKTOK
Data mention yang berhasil diambil oleh crawler hanya video yang sempat menjadi FYP untuk keyword “Dirty Vote” sebanyak . Jumlah keseluruhan video bisa jauh lebih banyak dari ini.
Sentimen negatif (52%) di TikTok terhadap film ini lebih besar daripada sentiment positif (41%).
Sentimen negatif sebagian besar dari pendukung Prabowo-Gibran yang menganggap film ini fitnah, black campaign yang segaja dikeluarkan pada hari tenang. Mereka mengajak sesama pendukung untuk tetap ”All in 02” dan tidak terpengaruh oleh film ini.
Sentimen positif sebagian besar interaksinya dari video yang dibuat oleh akun pendukung Ganjar, meski 03 juga disebut dalam film ini. Mereka membuat highlight dari video di YouTube ke dalam video-video pendek di TikTok.
Kalau dilihat dari komentar, sebagian besar pendukung 02 menyatakan film ini tidak berpengaruh pada pilihan mereka, dan tetap “All in 02”.
TREN ”DIRTY VOTE” DI BERITA ONLINE
SITUS BERITA PALING AKTIF
TOPIC MAP “DIRTY VOTE” DI BERITA ONLINE
HEADLINE BERITA ONLINE
HIGHLIGHT BERITA ONLINE
Kontroversi dan Tuduhan Fitnah: Wakil Ketua Tim Kampanye Nasional Prabowo-Gibran, Habiburokhman, menuduh bahwa film ini berisi fitnah dan narasi kebencian yang tidak berdasar.
Pandangan Pakar Hukum: Pakar Hukum dari Universitas Muhammadiyah Surabaya, Satria Unggul Wicaksana, menyoroti adanya 16 poin penting dalam film tersebut yang berkaitan dengan pesan yang ingin disampaikan oleh pembuat film.
Reaksi Gibran Rakabuming Raka: Gibran, yang belum menonton film tersebut, meminta agar kecurangan yang diungkapkan dalam film dibuktikan.
Kritik dari Nikita Mirzani: Nikita Mirzani, seorang artis, mengkritik film tersebut karena menurutnya tidak netral dalam mengungkap kecurangan pemilu.
Pendapat Jusuf Kalla: Mantan Wakil Presiden RI, Jusuf Kalla, menanggapi tuduhan bahwa film ini adalah fitnah. Menurutnya, film tersebut menyajikan data yang konkret dan mengatakan bahwa film ini hanya mengungkap 25% dari kecurangan yang sebenarnya terjadi.
Tanggapan dari Kaesang Pangarep: Kaesang Pangarep, Ketua Umum Partai Solidaritas Indonesia, mengaku belum menonton film tersebut.
Sorotan Pada Bivitri Susanti: Artikel dari Portal Purwokerto memberikan profil dan biodata Bivitri Susanti, salah satu sosok yang muncul dalam film tersebut.
Tanggapan Islah Bahrawi: Direktur Eksekutif Jaringan Moderat Indonesia berharap tidak ada yang bersikap resisten terhadap film ini, menganggapnya sebagai politik yang biasa dilakukan.
Pendapat Media Indonesia: Media Indonesia menilai film ini sebagai bentuk pendidikan politik kepada masyarakat.
Reaksi Airlangga Hartarto: Ketua Umum Partai Golkar, Airlangga Hartarto, menilai film ini sebagai bentuk kampanye hitam.
ENTITAS PALING SERING MUNCUL DI BERITA
KESIMPULAN BERITA ONLINE
1. Kontroversi Film: "Dirty Vote" mendapat tanggapan beragam, mulai dari tuduhan sebagai fitnah hingga dianggap sebagai penyampaian fakta penting tentang dugaan kecurangan dalam pemilu.
2. Tuduhan Fitnah: Beberapa tokoh, termasuk Wakil Ketua Tim Kampanye Nasional Prabowo-Gibran, menuduh film tersebut berisi fitnah dan narasi kebencian yang tidak berdasar.
3. Pandangan Pakar dan Tokoh Publik: Pakar hukum dan beberapa tokoh publik memberikan pandangan yang berbeda-beda. Sementara pakar hukum memberikan poin penting dalam film tersebut, beberapa tokoh seperti Jusuf Kalla memberikan tanggapan yang lebih netral, bahkan menganggap film itu hanya mengungkap sebagian kecil dari masalah yang lebih besar.
4. Reaksi Politisi dan Artis: Beberapa politisi dan artis, seperti Gibran Rakabuming Raka dan Nikita Mirzani, memberikan reaksi yang beragam, mulai dari permintaan bukti kecurangan hingga kritik terhadap timing dan isi film.
5. Pendidikan Politik: Media dan beberapa pihak lain menganggap film ini sebagai bentuk pendidikan politik bagi masyarakat, membuka diskusi tentang kecurangan dalam pemilu dan pentingnya integritas dalam proses demokrasi.
6. Polarisasi Opini: Film ini menciptakan polarisasi opini di kalangan masyarakat, dengan beberapa pihak mendukung isi film sementara yang lain mengecamnya. Secara umum, "Dirty Vote" telah menjadi titik fokus dalam debat publik tentang kejujuran dan integritas dalam pemilu, menggambarkan dinamika politik saat ini di Indonesia dan menyoroti pentingnya transparansi dan akuntabilitas dalam proses demokrasi.
Link: https://twitter.com/ismailfahmi/status/1757116328375423012