Oleh: Ismail Fahmi

Bagaimana gambaran aksi #GejayanMemanggil2 yang baru dijalankan kemarin? Kita akan bandingkan dengan aksi sebelumnya, dan melihat tantangan ke depan. What's next?

TREN DAN VOLUME

Kita lihat grafik tren seminggu terakhir. Pada hari H, volume #GejayanMemanggil2 hanya 40k, kalah dibanding #GejayanMemanggil 180k. Bahkan masih kalah dibanding #ReformasiDikorupsi 47k. Tagar #MahasiswaPelajarAnarkis berhasil membangun narasi negatif kepada aksi ini.

Total volume keempat tagar memperlihatkan dengan jelas, energi #GejayanMemanggil2 jauh berkurang. Sehingga akan sulit untuk kemudian membuat versi 3, 4, 5, dst.  Narasi kontra yang paling mudah dibangun adalah soal anarkisme. Ini hal yang tidak bisa dikontrol mahasiswa.

SNA

Peta SNA untuk 3 tagar yang masih aktif saat aksi kemarin, memperlihatkan hampir menyatunya tiga unsur: Oposisi, Pro Pemerintah, dan Mahasiswa (bersama aktivis). Polarisasi tak terlalu jelas, tapi masih bisa ditandai. Tampak, narasi mahasiswa dimasuki oleh dua cluster lainnya.

Lebih jelas, SNA khusus #GejayanMemanggil2 menampilkan satu cluster besar. Tagar ini menjadi "battle ground" dari semua kepentingan. Pro Pemerintah, Oposisi, bahkan yang bawa isu "G30sPKI" pun ikut memainkan tagar ini. Mahasiswa bisa kehilangan kendali atas narasi utama dari aksi mereka.

TOP INFLUENCER

Top influencer #GejayanMemanggil2 diisi oleh mereka dari ketiga elemen utama. Tidak lagi menjadi narasi murni milik mahasiswa. Ke depan, bukan tidak mungkin setiap tagar baru yang dibuat, akan langsung dimanfaatkan oleh semua elemen.

TAGAR

Dari peta tagar yg bersamaan dengan #GejayanMemanggil2 ini semakin jelas keriuhannya. Ada narasi mahasiswa: #ReformasiDikorupsi. Namun ada juga narasi Pro Pemerintah: #MauJatuhkanJokowi, #G30sISIS. Dan pro Oposisi: #tumbangkanBoneka, #G30sPKI, dll.

NARASI

Berbagai narasi utama yang muncul bersama #GejayanMemanggil2 ini bisa dilihat dalam tabel.  Tampak banyak pihak berusaha turut menyuarakan agendanya di media sosial dalam tagar ini.

TOP MEME

Meme yang paling banyak di-share di Twitter memperlihatkan tujuan awal dari #GejayanMemanggil. Tampak ada aksi simpatik warga yang berbagi minuman buat mahasiswa.

Di Instagram, mereka berbagi tips bagaimana menangkal gas air mata. Postingan seperti ini banyak dibagi dan diminati.

PETA SEBARAN

Peta sebaran asal postingan di Twitter memperlihatkan Jogjakarta yang paling tinggi. Hal ini menunjukkan memang gerakan #GejayanMemanggil2 dan sebelumnya, episentrumnya ada di Gejayan, Jogja. Lalu beresonansi ke tempat lain seperti Jakarta, Bandung, Surabaya, Bekasi, dll.

CLOSING

Melihat pola dan pattern di atas, setidaknya ada 2 hal yang kritikal.  

Pertama, pola aksi tidak bisa terus mengandalkan aksi demo, karena upaya aksi damai yang dilakukan mahasiwa, dengan mudah bisa dibuat chaos di malam hari. Itu di luar kontrol mereka.

Disamping itu, narasi "Anak STM" telah mendisrupsi aksi mahasiswa. Sejak awal, tren percakapan anak STM ini jauh mengalahkan #GejayanMemanggil. Bahkan hingga hari ini, juga masih lebih tinggi. Dan mereka mudah sekali disusupi, atau jadi proxy untuk membangun narasi anarkisme.

Kedua, perjuangan mereka adalah "marathon" bukan "sprint". Melihat kualitas DPR, DPRD dari hasil pemilu yang lalu yang diprediksi sangat rendah, maka kontrol publik dari mahasiswa sangat diperlukan. Bukan hanya saat ini, tapi juga seterusnya.

Aksi demo ini telah memperlihatkan munculnya cluster atau "kekuatan" baru dalam demokrasi bangsa Indonesia: mahasiswa dan pelajar, dari generasi Z dan Millenial. Mereka didukung oleh para aktivis yang sudah terjun duluan. Polarisasi tidak biner lagi. Dan ini modal yang positif.

Untuk itu, bagaimana kontrol publik ini akan dilakukan secara terus menerus?   Diplomasi, atau aksi lapangan?