Oleh: Windo W.
30 Oktober lalu, guru honorer di berbagai daerah berkumpul di depan Istana melakukan demonstrasi menyampaikan aspirasi mereka. Mereka bermalam di seberang Istana dan melanjutkan lagi aksi pada 31 Oktober.
Drone Emprit (DE) memonitor demo guru honorer yang berlangsung pada 30 dan 31 Oktober itu baik di media online maupun sosial. Pemantauan dilakukan dari tanggal 29 Oktober hingga 1 November 2018 untuk mengetahui bagaimana perkembangan isu demo guru honorer ini sebelum, saat dan setelah demo. Kata kunci yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah demo guru.
Bagaimanakah volume serta tren pemberitaan dan percakapannya? Media online apa saja yang memuat pemberitaan demo tersebut? Siapa yang muncul di balik pemberitaan dan percakapan? Tipe user apa yang terlibat dalam percakapan? Siapa saja yang menjadi top influencers? Apa topik menonjol di percakapan? Dari data yang diperoleh dari pertanyaan-pertanyaan itu, analisis seperti apa yang bisa kita kemukakan?
DATA
Volume dan Tren
Dari volume, data yang berhasil ditangkap DE kebanyakan dari media online dan media sosial khususnya Twitter. Untuk media sosial selain Twitter, seperti Facebook, Youtube, dan Instagram hanya beberapa (sampling). Volume media online yakni 496 mentions dan Twitter 33.296 mentions. Sedangkan Facebook 437 status, Youtube 39 video, dan Instagram 120 mentions.
Sekarang kita lihat bagaimana trennya. Khususnya, di media online dan media sosial Twitter.
Di media online, sehari sebelum aksi demo di Istana pada tanggal 30, yakni tanggal 29 Oktober, berita tentang rencana aksi tersebut sudah muncul. Artikel yang muncul pada hari itu sebanyak 25 artikel. Hari berikutnya, tanggal 30 Oktober, ada 34 artikel. Kemudian 54 artikel pada 31 Oktober dan 89 artikel pada 1 November.
Di media sosial Twitter, percakapan tentang rencana aksi demo guru honorer di Istana juga sudah muncul. Pada 29 Oktober terdapat 105 mentions. Pada 30 Oktober ada 99 mentions. Pada tanggal 31, percakapan melambung tajam, ada 10.104 mentions. Hari berikutnya, 1 November kemarin, naik dua kali lipat dari jumlah mentions pada hari sebelumnya, yaitu 24.348 mentions.
Dilihat dari intensitas pemberitaan (jumlah artikel) dan percakapan tersebut, baik media online maupun media sosial Twitter, pola trennya selama pemantauan hampir sama. Terus mengalami kenaikan.
Sites
Dilihat dari tipe media online, sejumlah media online baik yang merupakan media online mainstream/top (seperti kompas.com) ataupun yang non-mainstream/alternatif (seperti inilah.com, riaubarometer.com, koranperdjoeangan.com) sama-sama menaikkan berita tentang demo guru honorer. Jumlah artikel di tiap media bervariasi. Variasinya dari 3 hingga 12 artikel per media.
Exposure
Tipe user yang menonjol dalam percakapan (Twitter) adalah user dengan jumlah followers: 100-500 (44,33 %), 501-1000 (15,36%) dan 1000-10k (13,40 %). Akun-akun dengan tipe ini adalah real user. Berbeda dengan tipe user dengan follower 0-3. Tipe user dengan jumlah follower seperti ini, meski tak selalu, acap merupakan akun bot. Dalam percakapan ihwal demo guru honorer, akun tipe ini sangat sedikit terlibat (hanya 1.77%).
Most retweet
Dari most retweeted, lima top twit yang banyak diteruskan (di-share) berisi twit yang sama secara substansi. Yakni, kritikan terhadap Jokowi (yang tak menemui guru honorer yang berdemo di depan Istana). Akun-akun pemilik twit tersebut adalah @bukan_pemimpin9, @RanupsProSandi, @ustadtengkuzul, @panca66 dan @iskandarfauzi16. Jika diidentifikasi dari preferensi politik, akun-akun tersebut akun-akun yang kontra pemerintah atau pendukung kubu oposisi.
Kritikan terhadap Jokowi yang tak menemui guru honorer yang berdemo di Istana atau dianggap tidak 'responsif' terhadap tuntutan pendemo pun muncul pada twit-twit lain yang juga banyak di-retweet di luar lima top retweet tersebut. Sebagian besar merupakan akun-akun kontra Jokowi atau pendukung oposisi. Di antaranya @mpuanon, @ekowBoy, @CakKhum, @elfizal, @fadlizon, dan @HukumDan.
@mpuanon : Kami sangat bersimpati dan mendukung penuh perjuangan Guru Honorer K2 di seluruh Indonesia. Jokowi tidak menepati janji. Dia tidak layak dipilih lagi. 31/Oct/2018 22:40 WIB
@ekowBoy : Demo Honorer sampai nginep depan Istana, serentak dilakukan di berbagai kota.. Media bungkam & Jokowi ngumpet entah dimana! Siapapun kalian yang kritis pasti dianggap antek HTI, udah terima aja 2019 kita ganti yg lebih baik! 31/Oct/2018 16:23 WIB
@elfizal : Kasian ya!! Guru honorer berdemo di depan istana ▪Dicuekin ▪Malah jalan ke pasar ▪Media tak meliput ▪Tak ada yg ped… https://t.co/u8syVARcMH
1/Nov/2018 05:32 WIB
@fadlizon : Pemerintahan ini tak peduli honorer. Pdhl para honorer termasuk guru sdh mengabdi n berbakti bertahun2 dg honor tak masuk akal. https://t.co/JE3mMW5KdO
31/Oct/2018 21:59 WIB
@HukumDan : Rezim Apa ini Bos. Relawan Kucluk diterima.tukang Bohong diajak selfie.Pembakar mesjid diundang makan. Giliran Guru Honorer. mau dua periode pulak Pemerintah tdk menghargai apa yg sdh dilakukan guru honorer dlm mencerdaskan anak bangsa https://t.co/I5upGh2rxq
31/Oct/2018 20:01 WIB
@CakKhum : Guru Honorer: Jokowi Tak Butuh Suara Kami di Pilpres Jangan ganggu Presiden, beliau lagi sibuk blusukan, bagi² sepeda, bagi² sertifikat Kalau demo di depan istana tdk di temui bisa jadi tak butuh suaranya lagi #2019GantiPresiden #PrabowoSandi #AdilMakmur https://t.co/B0u6luITBn
1/Nov/2018 11:45 WIB
Dari daftar most retweeted, hampir tidak terlihat akun-akun pendukung pemerintah/petahana (Jokowi). Kecuali praktis hanya satu akun, yakni @P3nj3l4j4h.
@P3nj3l4j4h : Tuips, ini adalah "Solusi pemerintah utk Tenaga Honorer" Pemerintah segera menerbitkan peraturan yg mengatur tentang pengangkatan Tenaga Honorer lewat skema P3K (Pegawai Pemerintah dgn Perjanjian Kerja). Skema ini tdk hanya utk guru saja. Tapi juga utk jabatan lain. 1/Nov/2018 09:34 WIB
Namun, twit ini tidak memperoleh retweet yang banyak dibandingkan akun-akun kontra Jokowi atau pendukung oposisi lainnya. Sehingga, tak tampak signifikan (menonjol) sebagai second atau counter-opinion dalam gugusan percakapan tentang demo guru honorer, yang diisi oleh akun-akun kontra pemerintah atau kubu oposisi.
Top Influencers
Ada sejumlah akun-akun yang menjadi top influencers. Yang masuk dalam five top influencers: Teh_telor78, 1MenujuDamai, duta_kurniawan, cebongkoleps, dan chaidar_2000. Akun-akun ini merupakan akun pendukung oposisi.
Hashtags
Ada dua tagar yang paling menonjol muncul dalam percakapan. Yakni #2019GantiPresiden (1.944 twit) dan #2019PrabowoSandi (1.188 twit). Selain itu, ada juga tagar lain seperti #IndonesiaAdilMakmur (829), JokowiJkGagal (525 twit) dan #HoaxEsemka (500 twit).
Topics Map
Dari topics map, guru honorer (K2) menjadi subjek pemberitaan paling menonjol. Dua capres yang berkonstestasi di Piplres 2019, Prabowo dan Jokowi, juga muncul sebagai subjek pemberitaan. Dilihat dari atribusi pemberitaannya, Prabowo tampak tampil untuk “membela” keberadaan guru honorer, sedangkan Jokowi justru “diserang” atau tidak memberikan posisi tegas terhadap isu ini.
SNA
Peta SNA menunjukkan terdapat satu klaster. Pabila diperhatikan, mayoritas akun-akun yang ada dalam klaster tersebut adalah kontra petahana/pemerintah (oposisi). Ini menandakan isu demo guru honorer dibicarakan oleh oposisi saja, sementara pendukung petahana tak muncul. Warna merah yang muncul di peta SNA menunjukkan sentimen negatif. Walaupun yang terlibat dalam klaster adalah mayoritas kubu oposisi, sentimen negatif itu tertuju kepada petahana/pemerintah (dalam isu demo guru honorer).
ANALISIS
Isu demo guru honorer mendapat perhatian dari media online maupun sosial (Twitter). Dari sisi volume, memang tidak terlalu mencolok (apalagi dibandingkan dengan isu-isu lain yang pernah DE monitor). Namun, paling tidak perhatian itu tampak dari segi tren baik di pemberitaan (media online) maupun percakapan (Twitter).
Tren pemberitaan tentang isu demo guru honorer terus naik dari sebelum, saat dan setelah demo guru honorer. Begitu pula tren percakapan (Twitter). Hingga 1 November kemarin, terus alami kenaikan. Kenaikan volume percakapan dari 30 Oktober ke tanggal 31 dan dari 31 Oktober ke 1 November, bahkan alami lambungan atau lonjakan besar.
Perhatian media online dan sosial (Twitter) terhadap isu ini dapat dilihat lagi dari media online yang terlibat dalam pemberitaan dan tipe user yang terlibat dalam percakapan.
Media online yang terlibat beragam, dari yang mainstream (top) hingga yang non-mainstream (alternatif). Pada percakapan, tipe user yang terlibat didominasi oleh tipe real user, bukan akun bot (seperti terlihat dari Exposure). Selain perhatian, ini juga menandakan percakapan di media sosial Twitter dalam isu demo guru honorer tersebut lebih bersifat natural atau organik.
Dari data yang ditampilkan di atas, di samping terkait perhatian, kita juga dapat melihat satu hal lain lagi. Bahkan, ini yang sangat mencolok.
Di percakapan Twitter, yang dominan muncul ialah kubu oposisi. Dari daftar most retweeted, akun-akun yang nongol hampir dipenuhi oleh kubu oposisi. Walaupun berbeda redaksi, twit mereka memiliki kesatuan narasi. Yakni, tentang ketidakberpihakan petahana (Jokowi) pada aspirasi guru honorer.
Tidak sekadar dari most retweeted, top influencers juga berasal dari akun-akun kubu oposisi. Di peta SNA juga demikian. Tampak bahwa percakapan tentang demo guru honorer memunculkan satu klaster. Klaster itu adalah oposisi. Sentimen yang meruak dalam percakapan terhadap petahana (seperti tampak dari warna merah di peta SNA) adalah negatif.
Kubu petahana (pendukung pemerintah/Jokowi) hampir tidak terlihat dalam peta percakapan. Dengan tidak hadirnya akun-akun pro petahana dalam percakapan tentang demo guru honorer, kontra narasi atau second opinion untuk membentengi narasi dari oposisi tidak muncul. Dengan begini, oposisi seakan “mengurung” petahana (dalam isu demo guru honorer). Guru honorer berdemo, oposisi mengurung petahana, demikian kira-kira gambaran di balik isu demo guru honorer.
Kondisi peta percakapan seperti disampaikan barusan, tentu tidak “menguntungkan” petahana. Peta hestek melukiskan hal tersebut. Ada dua tipe hestek yang muncul dalam percakapan.
Pertama, hestek-hestek yang muncul untuk mendukung oposisi (#2019GantiPresiden dan #2019PrabowoSandi). Kedua, hestek-hestek yang “menyerang” petahana (JokowiJkGagal dan #HoaxEsemka). Dengan muncul dua tipe hestek ini, ini tentu menggambarkan bagaimana kondisi petahana dalam percakapan tersebut. Lagi-lagi, kubu petahana tak muncul untuk memunculkan "pikiran" lain untuk mengkonter "serangan" oposisi.
Petahana melalui pendukungnya tentu harus menyiapkan strategi untuk keluar dari kurungan dalam isu demo guru honorer tersebut. Mampukah itu dilakukan? Kita bisa tengok dalam beberapa hari ke depan, karena bila memperhatikan tren yang terus naik, ada kecenderungan untuk tetap bertahan dipercakapkan beberapa hari ini.
CLOSING
Dalam isu demo guru honorer ini, kubu oposisi tentu diuntungkan. Kubu oposisi seakan mendapat “stempel” untuk melancarkan kritikan dan serangan terhadap petahana melalui isu demo guru honorer kemarin. Namun, dalam pertarungan sesengit dan setajam apa pun, yang menang haruslah rakyat. Karena itu, yang harus menjadi pikiran bersama tentu: bagaimana menjawab tuntutan dan aspirasi dari guru honorer tersebut, yang merupakan rakyat (warga negara) Indonesia.