Hari Musik Nasional: Musik dan Politik

Oleh: Windo W

Pada 9 Maret diperingati sebagai Hari Musik Nasional. DE memantau percakapan terkait Hari Musik Nasional yang diperingati kemarin. Data ditarik selama satu hari,  9 Maret 2019, dari kanal media online dan kanal media sosial, khususnya Twitter. Kata kunci yang digunakan untuk menarik data yakni Hari Musik Nasional tanpa ada kata kunci filter.

Bagaimana volume pemberitaan dan percakapannya?  Narasi apa yang muncul? Siapa saja influencer-nya? Dan beberapa pertanyaan lainnya. Dari data tersebut, kesimpulan apa yang bisa ditarik?

VOLUME DAN TREN

Dari kata kunci yang digunakan dalam periode pemantauan, data yang berhasil ditarik sebanyak 4.361 mentions. Dengan perincian, 86 mentions di media online dan 4.275 mentions di media sosial Twitter.

Tren menunjukkan, pergerakan hampir sama di kanal pemberitaan dan percakapan. Di mana pada siang hari,  tren pemberitaan dan percakapan mulai naik dari jam-jam sebelumnya. Khusus di kanal percakapan (Twitter), percakapan tentang Hari Musik Nasional terus berlanjut hingga malam hari.

TINGKAT INTERAKSI PERCAKAPAN

Tingkat interaksi percakapan tidak terlalu tinggi, hanya sebesar 1.94 diukur selama satu hari kemarin berdasarkan rata-rata twit. Interaksi yang rendah lantaran percakapan diwarnai oleh pola mention yang cukup dominan.

Dari data yang tertangkap oleh DE, pola mention ini sebanyak 30.04% (1.455 twit) dari total keseluruhan percakapan. Twit tersebut kurang mendapat respons (seperti di-retweet atau di-reply).

Namun, bila dilihat tingkat interaksi dari jam per jam selama Hari Musik Nasional kemarin, tingkat interaksi menunjukan tren kenaikan dari siang hari hingga malam harinya. Dari data sebelumnya yang tertangkap oleh DE, ini sesuai dengan tren percakapan tentang Hari Musik Nasional. Di mana pada siang hari hingga malam hari, tren percakapan menunjukan percakapan yang cukup intensif.  

PETA PEMBERITAAN

Hari Musik Nasional diberitakan oleh sejumlah media online baik mainstream maupun non-mainstream.  Namun, tingkat jumlah artikel tidak terlalu tinggi.

Adapun dari sisi peta pemberitaan, dalam Hari Musik Nasional, ada dua topik pemberitaan yang dominan yakni tentang (1) WR Supratman (yang merupakan Bapak Musik Nasional di mana pada tanggal kelahirannya 9 Maret dijadikan sebagai Hari Musik Nasional) dan (2) topik tentang RUU permusikan (yang sempat ramai beberapa waktu lalu hingga mengundang pro-kontra di kalangan musisi Tanah Air).

PETA ISU (TOPIK) DI PERCAKAPAN

Sekarang kita lihat isu yang muncul dilihat dari Top Ten Tweet (yang paling banyak mendapat retweet).

Dari Top Ten Tweet tersebut, ada lima narasi utama yang muncul.

Pertama, ajakan untuk terus mendukung musik dan musisi Indonesia. Seperti yang tergambar dari twit @sheilaon7, akun dari grup musik Indonesia.

Kedua, sejarah penetapan Hari Musik Nasional. Ini tergambar dari @historia_id, akun media yang sering mengangkat tema sejarah. Dalam konteks ini, @historia_id juga memaparkan kontroversi terkait tanggal kelahiran WR Supratman 9 Maret yang dijadikan sebagai Hari Musik Nasional.

Ketiga, penolakan RUU Permusikan. Seperti terlihat dari twit @kntlruup.

Keempat, narasi positif tentang Jokowi sehubungan dengan musik dan kaum milineal. Seperti terlihat dari twit @iAmLogan95 da @amalie_sabrina. Munculnya twit mempromosikan dukungan terhadap petahana dalam percakapan Hari Musik Nasional tergambar juga dari peta hestek dan meme. Dari peta hestek dan meme yang tertangkap oleh DE, selain hestek dan meme Hari Musik Nasional, juga ada hestek dan meme berisi promosi dan dukungan terhadap capres tertentu (Jokowi).

Kelima, narasi negatif tentang Jokowi, yang berbeda sebaliknya dengan narasi keempat. Namun, ini cenderung tidak ada kaitannya dengan musik kecuali tanda tagar yang digunakan dalam twit seperti terlihat dari twit @geloraco.

Masing-masing tweet dari Top Ten Tweet berdasarkan retweet terbanyak tersebut dari masing-masing user seperti tersaji di tabel berikut.

Dari para user yang masuk dalam Top Ten Tweet, di antara mereka juga merupakan Top Five influencers dalam percakapan. Yakni @musiktulus dan kelompok band @sheilaon7 (akun musisi), @historia_id (akun media yang kerap mengangkat tema-tema sejarah) dan @iAmLogan95 serta @geloraco (yang dalam twit mereka lebih sering diwarnai narasi twit tentang dukungan atau serangan terhadap capres tertentu).

Jadi, dari peta influencer tersebut, kita dapat melihat bahwa percakapan Hari Musik Nasional tidak sekadar berisi pihak yang berhubungan dengan dunia musik, namun juga aktor/pihak yang juga kerap muncul dalam percakapan politik.

Lalu, bagaimana bentuk relasi para aktor (user) tersebut dalam percakapan?

Kita lihat di peta SNA (berdasarakan tipe retweet).

SNA

Berdasarkan peta SNA, tampak percakapan menyebar.

Masing-masing influencer tidak salin terhubung, melainkan terpisah. Sifatnya tidak ada sentralisasi, melainkan desentralisasi. Mereka menaikkan narasi yang berbeda-beda. Namun, yang menarik, klaster yang “bernuansa dukungan terhadap capres atau sebaliknya yang bersifat menyerang capres tertentu, berjarak cukup jauh (isolate) dari klaster yang murni berbicara mengenai musik (seperti dukungan terhadap musisi Indonesia, sejarah Hari Musik Nasional atau RUU Permusikan).

ANALISIS

Dari data yang disampaikan tersebut, ada sejumlah poin yang bisa ditarik.

Pertama, pemberitaan terkait Hari Musik Nasional tidak terlalu memiliki tingkat pemberitaan yang menonjol atau visibiliatasnya rendah (dilihat dari volume pemberitaan). Sedangkan di media sosial (Twitter), percakapan tentang Hari Musik Nasional cukup memiliki familiaritas di mata netizen (dilihat dari volume percakapan yang tidak terlalu rendah), namun dengan interaksi percakapan yang tidak terlalu tinggi.

Kedua, isu atau topik di pemberitaan paling dominan yakni ihwal WR Supratman dan RUU Permusikan. Dua topik atau isu ini juga muncul di percakapan media sosial. Namun di media sosial, ada topik lain yang juga muncul selain dua topik itu. Yakni, perihal ajakan dukungan terhadap musik dan musisi Tanah Air, sekaligus topik percakapan yang bernuansa dukungan (promosi) terhadap Jokowi dan narasi menyerang Jokowi. Dari peta narasi dalam kalan percakapan, kita bisa lihat, ada percakapan yang bersifat musik sekaligus politik.

Ketiga, percakapan bersifat menyebar dengan melibatkan karakter user yang berbeda. Artinya, dari sisi ini, tipe user dalam struktur jejaring percakapan terkait Hari Musik Nasional tidak bersifat satu mode, melainkan lebih dari satu mode. Relasi komunikasi di antara para aktor dalam peta jaringan tidak tersentral, melainkan bersifat terpisah. Masing-masing aktor membawa agenda percakapan sendiri.  

Klaster yang mempromosikan Jokowi atau menyerang Jokowi cenderung berada di posisi isolate dari percakapan yang murni terkait musik. Dengan kata lain, klaster yang membicarakan murni musik (sejarah hari musik, ajakan dukungan terhadap musisi atau RUU Permusikan) terpisah dari klaster yang cenderung berupa percakapan politik (dukung mendukung capres tertentu).

CLOSING

Kata Hans Christian Andersen, Where word fails, music speaks! Selamat Hari Musik Nasional!