Oleh: Windo W.
Drone Emprit (DE) membuat satu projek untuk memonitor pemberitaan dan percakapan tentang Hari Sumpah Pemuda. Monitoring—dengan menggunakan kata kunci: sumpah pemuda—dilakukan selama satu hari kemarin, 28 Oktober, pas saat peringatan Hari Sumpah Pemuda. Bagaimanakah volume dan tren pemberitaan dan percakapannya? Apa yang menonjol dari topik pemberitaan dan percakapan? Pesan (harapan) apa yang dominan dari netizen terkait Hari Sumpah Pemuda? Bagaimanakah peta SNA pada momen Hari Sumpah Pemuda? Lalu, kesan dan makna apa yang bisa kita tangkap dari sejumlah data yang diperoleh dari pertanyaan-pertanyaan tersebut?
Data
Volume dan Tren
Dari sisi volume, total volume pemberitaan dan percakapan terkait Hari Sumpah Pemuda sebanyak 94.336 mentions. Dengan perincian, di media online sebanyak 3.758 dan di media sosial (Twitter) sebesar 90.579.
Pemberitaan di media online sudah mulai sejak pagi, sekitar pukul 6. Tren pemberitaan perlahan terus naik. Sempat sedikit turun setelah peak pertama pada pukul 12 siang, tren pemberitaan lantas naik kembali dan mencapai titik tren tertinggi pada malam hari, pukul 8 malam.
Percakapan di media sosial Twitter juga muncul sejak dini hari. Terus, menanjak dan menyentuh titik puncak percakapan pada pukul 10 pagi. Meskipun tetap ada percakapan tentang Sumpah Pemuda dengan volume yang tidak sedikit, tren percakapan berangsur-angsur turun per jam-nya.
Sites
Sejumlah media online baik nasional maupun daerah sama-sama menaikkan berita tentang Hari Sumpah Pemuda. Di antaranya Detik.com, rri.co.id, antaranews.com, tribunews.com, liputan6.com dst. Masing-masing memuat artikel dalam jumlah beragam, mulai 18 hingga 62 artikel.
Eskposure
Tipe user yang menonjol terlibat dalam percakapan adalah user dengan follower: 100-500 (37.73%), 501-1000 (15.82%) dan 1000-10k (13,51%). User dengan follower 0-3, tidak banyak terlibat (4.48%). Akun dengan tipe ini, meski tidak selalu, sering merupakan akun bot yang bertujuan mengamplifikasi percakapan sehingga besar kemungkinan terindikasi sebagai robot (bukan real user).
Most Retweet
Dari most retweeted, akun-akun yang muncul berasal dari latar yang beraneka. Ada akun yang merupakan akun tokoh politik (@sandiuno, @prabowo @AgusYudhoyono@TsamaraDKI), pengusaha terkemuka yang kini juga menjadi Ketua Tim Kemenangan Nasional dari Capres-Cawapres Jokowi-Ma'aruf Amin (@erickthohir), organisasi masyarakat (@nu_online), penulis dan penyair (@FiersaBesari, @jokopinurbo, @dsuperboy), fotografer (@radenrauf ), jurnalis senior (@karniilyas), pakar hukum (@mohmahfudmd), ulama (@ustadtengkuzul), pejabat daerah (@ridwankamil), menteri (@imam_nahrawi), klub/organisasi olahraga (@ManUtd_ID @PSSI, @Persija_Jkt) dan sebagainya.
Pesan-pesan yang cukup menonjol dari beragam akun dari most retweeted adalah pesan persatuan kesatuan (tanah air) dan kesadaran untuk menghargai kembali bahasa persatuan (bahasa Indonesia). Ini relevan dengan Hari Sumpah Pemuda.
Hestek
Hestek yang muncul pada percakapan Hari Sumpah Pemuda bervariasi. Dari ragam hestek itu, top hestek adalah #HariSumpahPemuda dan #SumpahPemuda.
Topics map
Subjek pemberitaan yang muncul dalam momen Hari Sumpah Pemuda juga beragam. Namun, sumpah pemuda menjadi subjek pemberitaan yang paling menonjol di antara subjek pemberitaan yang lain.
SNA
SNA menunjukkan adanya lingkaran yang besar, tapi tidak membentuk chamber. Di dalam lingkaran besar itu terdapat beragam akun. Mereka tidak saling berpolarisasi (baik dalam skema bipolar maupun multipolar), tidak pula bersifat terpusat pada satu titik. Tapi, membentuk jaringan interaksi. Interaksi yang luas.
ANALISIS
Peringatan Hari Sumpah Pemuda kemarin betul-betul menjadi perhatian. Media online maupun sosial sama-sama mencurahkan atensi pada momen peringatan Hari Sumpah Pemuda.
Ini ditunjukkan dari tingginya volume baik pemberitaan (media online) maupun percakapan (media sosial Twitter). Juga, ditunjukkan dari beragamnya media online dan real users yang terlibat. Di pemberitaan, media online yang terlibat dalam pemberitaan Hari Sumpah Pemuda mulai media online nasional hingga daerah, dengan jumlah artikel yang beragam. Di media sosial Twitter, akun-akun yang terlibat dalam percakapan adalah akun-akun yang merupakan real user, bukan didominasi oleh akun bot, sehingga percakapan juga bersifat organik.
Perhatian baik di media online maupun media sosial juga dapat dilihat dari topik yang menonjol. Di pemberitaan, seperti terlihat dari peta pemberitaan (topic map), Sumpah Pemuda menjadi agenda berita paling menonjol dibandingkan dengan yang lain. Di media sosial, sebagaimana terlihat dari peta hestek, hestek yang dominan adalah #HariSumpahPemuda dan #SumpahPemuda, bukan yang lain.
Lalu, seperti apakah harapan (pesan) yang muncul pada momen Hari Sumpah Pemuda? Kita bisa lihat itu dari twit yang muncul.
Dari most retweet, ada beragam akun yang muncul. Mulai dari tokoh politik, pakar hukum, menteri, penulis dan penyair, ulama, jurnalis, dan sebagainya. Walau punya cara penyampaian yang berbeda, paling banyak isi twit yang muncul pada most retweet tersebut ialah pesan soal persatuan dan cinta bahasa Indonesia (bahasa persatuan). Pesan-pesan ini tentu relevan dengan semangat Hari Sumpah Pemuda.
Jika pesan yang paling menonjol dari twit-twit tersebut (salah satunya) adalah tentang persatuan, apakah kondisi itu juga tercermin dari pola percakapan? Mari kita lihat dari peta SNA.
Peta SNA memperlihatkan akun-akun yang terlibat dalam percakapan tentang Sumpah Pemuda masuk dalam satu lingkaran besar. Dalam lingkaran besar itu, tidak ada dua atau lebih titik yang terpusat, sehingga tidak membentuk klaster yang berbeda. Sebaliknya, akun-akun tersebut, meski berbeda dan beragam—bahkan tidak sedikit juga di sana ada akun-akun yang dalam konstelasi politik Pilpres 2019 merupakan pro petahana dan pro oposisi—alih-alih membentuk pola bipolar atau juga multipolar, justru tampak adanya interaksi meluas. Bercermin dari peta SNA tersebut, kita patut berbahagia. Interaksi yang meluas sekaligus tak membentuk polarisasi itu telah mencerminkan, bahwa pesan persatuan yang dibunyikan oleh netizen juga tercermin dalam peta percakapan mereka.
CLOSING
Hari tanpa polariasi yang muncul dalam percakapan publik seperti tercermin dari SNA pada momen Hari Sumpah Pemuda, sangat dibutuhkan oleh bangsa ini, tak semata untuk momen Hari Sumpah Pemuda, tapi juga untuk momen-momen yang lain. Karena itu, mudahan-mudahan pola interaksi yang tidak bersifat bipolar atau multipolar di momen Hari Sumpah Pemuda itu dapat menular pada percakapan publik untuk hari-hari selanjutnya.