Oleh: Ayu Puspita

Para petani beramai-ramai turun ke jalan pada peringatan Hari Tani Nasional 2018. Seperti diberitakan sejumlah media, tuntutan mereka hampir serupa: menentang perampasan lahan pertanian dan perusakan lingkungan oleh industri dan pembangunan infrastruktur. Bagaimanakah pola perbincangan di media sosial mengenai hal ini? Apakah isu pertanian yang bergulir di media sosial sama dengan tuntutan para petani dalam aksi demonstrasi mereka?

Setting Data

Drone Emprit (DE) memantau isu tersebut menggunakan kata kunci "hari tani", “Hari Tani Nasional”, “petani”, dan “agraria”. Rentang waktu pemantauan adalah sejak 18 - 25 September 2018 di kanal media sosial, khususnya Twitter.

Hasil Temuan

Perbincangan terkait petani cenderung tidak mengalami peningkatan signifikan pada rentang 18 - 23 September. Sempat terjadi peningkatan perbincangan pada 20 September, segera turun di hari berikutnya. Lonjakan perbincangan secara signifikan di media sosial terjadi pada 24 September, bertepatan dengan peringatan Hari Tani Nasional. Pada tanggal tersebut, lesatan jumlah perbincangan hampir empat kali lipat dari jumlah volume perbincangan pada 23 September.

Perbincangan di Twitter terkait petani dan Hari Tani Nasional sebagian besar berisi 'protes' terhadap kebijakan impor dari pemerintah yang dianggap mencekik petani. Ekonom Rizal Ramli dan purnawirawan TNI Gatot Nurmantyo menyampaikan protes terkait hal tersebut lewat akun Twitter mereka. Twit mereka menjadi beberapa twit yang banyak dibagikan oleh warganet.

“Mas @jokowi, Mendag sudah offside, rugikan petani padi, tebu, bawang & garam. Sekaligus grogoti elektibilitas Mas. Mas JKW dipihak mana ? Dipihak pemburu rente atau bela petani ? Jika tidak ada tindakan, artinya Mas memang dipihak sana 🙁🙏 https://t.co/tElRVVrkPE” - @RamliRizal, 19 September 2018, 13:53 WIB (2.644 retweet)
“Skrng saatnya panen kok impor ? Unt apa? Ka Bulog yg mengurusi stok pangan bilang tdk perlu impor karena cadangan beras cukup sampai Juni 2019. Indonesia negara agraris. Kita makan nasi dari petani-petani kita. Mereka tulang punggung pangan kita. Kok tetep mau impor ! Ada apa ??” - @Nurmantyo_Gatot, 24 September 2018, 22:55 WIB (2.395 retweet)
“Itu dalam wawancara di TV, RR tidak ada satu katapun sebut partai Nasdem @NasDem . Somasi kok salah alamat ! Juga tidak ada kata ‘SP Brengsek’, yg ada “Ini brengsek”. “ini” itu kebijakan impor yg rugikan petani !! Lawyer kok kelasnya kacangan, ndak ngerti bahasa Indonesia.🙏” - @RamliRizal, 20 September 2018, 10:12 WIB (1.717 retweet)

Ada juga beberapa twit bernada positif dan mendapatkan cukup banyak respons dan jumlah share. Seperti ucapan selamat Hari Tani Nasional dari Mahfud MD, Romahurmuziy, dan Presiden Joko Widodo.

“Hr ini, 58 thn lalu, 24-9-1960, lahir UU Pokok Agraria (UU No. 5/1960). UU ini amat berpihak kpd petani, sangat nasionalistik, dan revolusioner membongkar hukum agraria peninggalan Belanda (AW 1870) yg menghisap rakyat. Hr ini dikenal jg sbg Hari Petani dan Hari Agraria. Selamat.” - @mohmahfudmd, 24 September 2018, 13:59 WIB (851 retweet)
“Dari ladang Tembakau di Kabupaten Lombok Timur Provinsi NTB saya mengucapkan Selamat Hari Tani Nasional kepada seluruh petani Indonesia yang masih menjadi penyedia utama kebutuhan pokok Nasional. #HariTaniNasional https://t.co/gT6TAg2104” - @MRomahurmuziy, 24 September 2018, 16:08 WIB (338 retweet)
“Delegasi Senat dan pengusaha dari Republik Ceko, berkunjung ke Istana Merdeka, pagi ini. Mereka menjajaki kerja sama di berbagai bidang. Indonesia juga meminta dukungan Ceko atas produk kelapa sawit dari Indonesia di pasar Eropa. Ini menyangkut 17 juta petani Indonesia. https://t.co/ObCwuwE05w” - @jokowi, 19 September 2018, 15:00 WIB (325 retweet)

Selain dari akun-akun tokoh nasional, sebuah twit dari musisi dan budayawan Fiersa Besari juga mendapat banyak perhatian. Twitnya terkait Hari Tani Nasional pada 24 September dibagikan sebanyak 1.244 kali. Sama seperti sebagian besar twit yang mendominasi pada hari tersebut, twit Fiersa Besari juga memiliki nada prihatin atas nasib petani Indonesia.

“Tidak perlu mengucap selamat. Masih banyak petani yang kebutuhan sehari-harinya belum terselamatkan. Semoga para pejuang pangan tak lagi kelaparan . #HariTaniNasional.” - @FiersaBesari, 24 September 2018, 21:09 WIB (1.244 retweet)

Meski sebagian besar twit terkait petani dan Hari Tani membicarakan masalah kebijakan impor beras dan gula, ada satu akun yang membicarakan tentang perampasan lahan petani, yaitu akun Yayasan LBH Indonesia (YLBHI). Dalam twitnya, YLBHI menjelaskan bagaimana pada Hari Tani Nasional, beberapa petani justru dikriminalisasi karena berusaha menanyakan kejelasan status lahan pertanian warga desa mereka kepada Perhutani dan PT Semen Indonesia.

“Hari Tani Nasional 24 September 2018 seharusnya bisa dirayakan petani dengan sukacita. Namun tidak demikian yang dirasakan Kyai Nur Azis, Mbah Rusmin, dan 450 KK petani warga desa Surokonto Wetan. #BelaPetani #BelaKehidupan #KeadilanUntukSemua https://t.co/MSjAQzGTcc” - @YLBHI dengan menyertakan infografis mengenai kriminalisasi tetua Desa Sukoronto ketika mereka berusaha mempertanyakan status lahan pertanian warga desa, 23 Septeber 2018, 20:22 WIB (164 retweet)

Analisis

Para petani di Indonesia menuntut perbaikan pelaksanaan Reformasi Agraria. Mereka terus menentang perampasan lahan pertanian dan menolak perusakan lingkungan akibat industrialisasi serta pembangunan infrastruktur. Suara protes yang sama masih terus mereka layangkan pada pemerintah hingga Hari Tani Nasional pada 24 September kemarin.

Meski demikian, jika dilihat dari data yang telah dipaparkan di atas, tampaknya tokoh-tokoh pemimpin di Indonesia belum ada yang mengemukakan pernyataan yang sama dengan tuntutan dari para petani sendiri.

Tokoh-tokoh yang berada di pemerintahan lebih banyak memberikan ucapan selamat Hari Tani Nasional dan membicarakan capaian-capaian pemerintah. Mahfud MD melalui akun Twitter-nya (@mohmahfudmd) membahas sejarah Hari Tani Nasional, sementara Presiden Joko Widodo melalui Twitter (@jokowi) membahas usaha membuka blokade ekspor sawit di Eropa demi petani sawit Indonesia.

“Hr ini, 58 thn lalu, 24-9-1960, lahir UU Pokok Agraria (UU No. 5/1960). UU ini amat berpihak kpd petani, sangat nasionalistik, dan revolusioner membongkar hukum agraria peninggalan Belanda (AW 1870) yg menghisap rakyat. Hr ini dikenal jg sbg Hari Petani dan Hari Agraria. Selamat.” - @mohmahfudmd, 24 September 2018, 13:59 WIB (851 retweet)
“Delegasi Senat dan pengusaha dari Republik Ceko, berkunjung ke Istana Merdeka, pagi ini. Mereka menjajaki kerja sama di berbagai bidang. Indonesia juga meminta dukungan Ceko atas produk kelapa sawit dari Indonesia di pasar Eropa. Ini menyangkut 17 juta petani Indonesia. https://t.co/ObCwuwE05w” - @jokowi, 19 September 2018, 15:00 WIB (325 retweet)

Pun demikian dengan tokoh-tokoh yang memiliki sikap oposisi tidak tampak mengangkat isu terkait lahan, yang justru menjadi isu penting di Hari Tani Nasional. Isu yang lebih diangkat oleh kubu oposisi adalah masalah kebijakan impor beras dan gula yang merugikan petani. Ekonom Rizal Ramli dan purnawirawan TNI Gatot Nurmantyo menjadi dua tokoh yang paling banyak dibagikan twitnya oleh warga Twitter. Keduanya mempertanyakan alasan pemerintah terus melakukan impor beras meski hal tersebut hanya merugikan petani.

“Mas @jokowi, Mendag sudah offside, rugikan petani padi, tebu, bawang & garam. Sekaligus grogoti elektibilitas Mas. Mas JKW dipihak mana ? Dipihak pemburu rente atau bela petani ? Jika tidak ada tindakan, artinya Mas memang dipihak sana 🙁🙏 https://t.co/tElRVVrkPE” - @RamliRizal, 19 September 2018, 13:53 WIB (2.644 retweet)
“Skrng saatnya panen kok impor ? Unt apa? Ka Bulog yg mengurusi stok pangan bilang tdk perlu impor karena cadangan beras cukup sampai Juni 2019. Indonesia negara agraris. Kita makan nasi dari petani-petani kita. Mereka tulang punggung pangan kita. Kok tetep mau impor ! Ada apa ??” - @Nurmantyo_Gatot, 24 September 2018, 22:55 WIB (2.395 retweet)

Hanya ada satu akun yang membicarakan masalah penegakan Reformasi Agraria bagi petani, yaitu akun Yayasan LBH Indonesia (@YLBHI). Dalam twit-nya, YLBHI menceritakan kriminalisasi dua warga desa yang berniat menanyakan kejelasan status lahan warga desa kepada Perhutani dan PT Semen Indonesia. Twit tersebut berupa seruan untuk membela nasib petani yang berusaha mempertahankan lahannya seperti dua warga tersebut. Namun, twit tersebut hanya mendapatkan 164 retweet dari warganet. Masalah impor beras tampaknya lebih banyak menyedot perhatian pengguna Twitter.

Penutup

Para petani menjadi bintang pada peringatan Hari Tani Nasional 2018. Hampir semua pihak bersuara menyebut nama petani di Hari Tani. Namun, dari pernyataan-pernyataan sejumlah tokoh nasional hampir tidak ditemukan pernyataan yang senada dengan tuntuntan para petani di Hari Tani Nasional, yakni menentang perampasan lahan pertanian dan perusakan lingkungan oleh industri dan pembangunan infrastruktur. Yang muncul sejauh ini baru sebatas sanjungan ucapan selamat Hari Tani dan pernyataan prihatin atas penderitaan petani. Jadi, di Hari Tani Nasional, siapakah sebetulnya yang mendengar suara mereka?