Oleh: Ismail Fahmi
Tahun baru ini diramaikan oleh beredarnya hoax dan klarifikasi tentang surat suara yang sudah dicoblos, yang diselundupkan melalui 7 kontainer di Priok. Drone Emprit telah memonitor kanal News, Twitter, Facebook, dan Youtube. Berikut ini beberapa pertanyaan yang ingin kita jawab dari peristiwa hoax ini:
- Bagaimana awal munculnya berita hoax ini?
- Bagaimana respons publik dan aparat yang terkait?
- Setelah terbukti hoax, bagaimana response oposisi?
- Apa narasi yang paling mendapat engagement di masing-masing kanal media sosial?
Slide share data yang digunakan:
https://www.slideshare.net/IsmailFahmi3/hoax-7kontainer
DATA
Drone Emprit menggunakan kata kunci "kontainer", yang difilter dengan kata-kata berikut "7, hoax, suara, dicoblos, tercoblos." Dengan setting ini, didapat 7.1K mention di media online, dan 48.8K mention di media sosial sejak tanggal 1 Januari 2019.
Data dari media sosial, paling banyak yang bisa diambil oleh Drone Emprit adalah dari Twitter, sebanyak 47.5K mention, lalu Facebook 1.1K mention, dan YouTube 260 video.
TREND DAN AWAL KEMUNCULAN
Dari grafik tren yang tercatat oleh DE, tampak bahwa isu ini muncul pertama kali pada tanggal 2 Januari 2019. Di Twitter ada pukul 2 siang ada twit berbunyi:
@bagnatara1: "Ada info, katanya di tanjung priuk ditemukan 7 kontainer, berisi kertas suara, yg sdh tercoblos gbr salah satu paslon.. Sy tdk tahu, ini hoax atau tdk, mari kita cek sama2 ke Tanjung priok sekarang.. Cc @fadlizon , @AkunTofa , @AndiArief__ @Fahrihamzah"
Pada saat analisis ini dibuat, akun tersebut sudah dihapus atau diblokir, entah oleh pemiliknya sendiri atau penegak hukum.
Kemudian mulai pukul 20:00, trend percakapan ini mulai naik dengan pesat. Khususnya setelah twit dari akun @AndiArief__ yang meminta supaya berita ini diperiksa:
@AndiArief__: "Mohon dicek kabarnya ada 7 kontainer surat suara yang sudah dicoblos di tanjung priok. Supaya tidak fitnah harap dicek kebenarannya. karena ini kabar sudah beredar. 1"
Selanjutnya, dari hanya 647 mention pada tanggal 2 Januari, percakapan meledak dan terjadi puncak menjadi 21.9K mention pada 3 Januari. Pada hari-hari berikutnya, percakapan masih tinggi, tetapi trendnya terus turun.
SNA
Grafik SNA pola retweet di Twitter, dari awal kemunculan hingga hari ini (6 Januari), memperlihatkan adanya dua cluster besar. Yang terbesar adalah cluster yang cenderung pada calon 01, dan cluster kedua lebih kecil dan cenderung pada calon 02.
Munculnya desas-desus ini adalah dari cluster 02. Dan tampak dari SNA bahwa perlawanan terhadap hoax yang menyebar tersebut sangat kuat di cluster 01.
Top 5 influencer dikuasasi oleh cluster 01: yaitu @mohmahfudmd, @DivHumas_Polri, dan @vctrkmng; dan dari cluster 02 ada @albertpanjaitn dan @AkunTofa. Secara keseluruhan, dari tabel top influencer tampak bahwa cluster 01 lebih banyak memberi pengaruh.
Dari peta ini kita bisa lihat bahwa, percakapan tentang hoax 7 kontainer surat suara yang sudah tercoblos lebih menguntungkan cluster 01. Mereka bisa menjadikan isu ini untuk memberi label kepada cluster 02 sebagai pembuat hoax.
NARASI KEDUA KUBU
Narasi yang paling populer, diukur dari yang paling banyak mendapat retweet, memperlihatkan bagaimana 'dialog' antar kedua kubu terkait isu ini berlangsung. Dilihat dari kedekatan isi narasi dan influencer terhadap cluster, tampak dari tabel ini bahwa cluster 01 lebih menguasai percakapan dan narasi.
Twit awal yang menyebabkan hebohnya isu ini tidak muncul dalam tabel, karena sudah dihapus oleh pemiliknya. Yang muncul adalah respons para influencer terhadap twit awal itu.
Dari cluster 01, ada @mohmafudmd yang menjelaskan bahwa:
@mohmahfudmd: "Memang tak masuk akal kalau ada 7 kontainer surat suara yg sdh dicoblos utk Pemilu 2019. Lah, KPU kan blm mencetak surat suara, speciment jg blm diumumkan. Mungkin itu trick politik, mungkin jg gerakan utk mengacau. Apa pun, sdh benar @KPU_RI lapor ke Polisi dan Polisi hrs usut."
Lalu ada DivHumas_Polri dan KompasTV yang memberi klarifikasi bahwa beritu itu hoax.
Sedangkan dari cluster 02, mereka merespons melalui twit yang paling banyak di-retweet berikut:
@albertpanjaitn: "Tujuannya, ketika nanti sungguhan ada belasan atau puluhan kontainer berisi surat suara yg sdh dicoblos utk memenangkan calon tertentu, masyarakat tdk berani laporkan, takut publikasikan, khawatir dituduh hoax & dikriminalisasi. Ini modus gaya bajingan politik utk curangi pemilu"
@AkunTofa: "Kalau ada yang bisa nangkep pengisi suara rekaman "7 KONTAINER SURAT SUARA" yang viral itu, insya Allah akan saya kasih HP, lengkap dua buku. Kalau hanya laporin penyebar, bagi saya itu kerjaan pengangguran saja."
@Fahrihamzah: "Kalau hukum mau netral, maka pertanyaan kepada Ratna adalah siapa yg menyuruh dia berbohong. Itu yg harus dikejar kalau itu mau dijadikan skandal. Kalau Ratna jujur, dugaan saya ada yg sengaja memancing dengan pola yg sama dengan kasus 7 kontainer kartu suara."
Yang bisa kita tangkap, setelah ini terbukti hoax ada upaya untuk terus menumbuhkan keraguan agar publik tetap waspada akan kemungkinan isu surat suara yang sudah tercoblos ini benar-benar akan terjadi saat pemilu. Tofa juga menyalahkan rekaman yang menyebar dalam grup WA sebagai biang yang membuat mereka menduga adanya isu ini, dan meminta supaya suara itu diusut.
Di Facebook, percakapan tentang hoax 7 kontainer ini lebih banyak didominasi oleh narasi dan influencer yang mendukung cluster 01. Akun KataKita yang paling aktif membuat status tentang hoax ini. Di YouTube juga demikian, lebih banyak video yang narasinya menguntungkan cluster 01.
Sedangkan di berita online, pembahasan lebih luas. Dengan banyaknya media, mereka mencoba mengupas dari berbagai sudut pandang dan topik. Baik media yang pro 01, pro 02, maupun yang netral, secara keseluruhan menyajikan pembahasan yang bisa memberi gambaran lebih lengkap tentang isu ini.
KESIMPULAN
Dari runtutan percakapan serta narasi dari kedua kubu yang polarisasi pendukungnya tergambar dalam peta SNA, kita bisa lihat bahwa isu ini awalnya dari desas-desus yang menyebar dalam grup WA. Info itu ternyata belum terlalu diyakini pula kebenarannya oleh cluster 02. Namun karena melihat isu ini bisa digunakan untuk menyerang kubu 01, mereka lepaskan desas-desus ini ke media sosial.
Meskipun dengan cepat para influencer awal ini menghapus cuitannya, namun respons dari publik maupun lawan terjadi dengan cepat dan masif. Tampak dari peta SNA besarnya cluster 02, yang didukung narasi dari penegak hukum maupun media.
Jika benar bahwa rekaman suara dalam grup WA itu menjadi sumber dan motivasi bagi cluster 02 untuk "mempertanyakan" dan "meminta klarifikasi" dari KPU tanpa memikirkan skenario bahwa informasi itu bisa jadi salah dan bisa jadi dibuat-buat oleh seseorang yang tidak jelas, maka peristiwa ini menunjukkan akan mudahnya cluster 02 termakan oleh informasi tidak valid. Ke depannya akan mudah sekali mereka disusupi oleh informasi yang fabricated, yang kemudian akan diviralkan, dan akhirnya akan ditangkis lagi dengan mudah.
Cluster 02 perlu introspeksi. Stop termakan isu yang belum jelas. Periksa dulu sendiri kebenaran informasi itu. Jangan meminta orang lain memeriksa.
CLOSING
Kecurangan pasca pencoblosan, dari negosiasi suara antar caleg dan parpol, hingga hasil perhitungan suara sampai di KPU, lalu diumumkannya hasil akhir, memang rawan terjadi. Dan itu bukan rahasia lagi.
Oleh karena itu, dari pada menyebarkan hoax yang melemahkan kepercayaan kepada KPU, lebih baik mengajak rakyat untuk waspada dan membangun tim pengawas yang akan mengawal agar suara dari bilik benar-benar sampai ke KPU pusat dengan benar tanpa manipulasi.