Oleh: Abdi Munggaran
Di luar isu-isu yang ramai dalam satu dua bulan belakangan ini, seperti kasus Hoaks Ratna Sarumpaet, kenaikan BBM, pemanggilan Amien Rais oleh Polda Metro Jaya, Indonesialeaks, setahun Anies Baswedan, hingga yang terbaru soal pembakaran bendera berkalimat tauhid pada momen Hari Santri Nasional dan pernyataan Presiden Jokowi yang menuai pro-kontra tentang politisi sontoloyo, Drone Emprit (DE) juga memonitor isu-isu lain di luar itu.
Salah satunya industri sawit. Sempat menjadi perbincangan di media sosial di akhir bulan lalu, terutama didorong oleh pernyataan Partai Solidaritas Indonesia (PSI) yang mendukung industri sawit lantas mendapat respons terutama dari Greenpeace, akhir bulan ini perbincangan tentang industri sawit muncul lagi. Apa yang mendorong percakapan ini? Seperti apa peta percakapannya? Kesimpulan apa yang bisa diperoleh dari peta percakapan tersebut?
DE sudah membuat satu projek untuk memantau isu ini. Pemantauan dilakukan dalam rentang 30 hari (1 bulan) mulai 20 September hingga 20 Oktober 2018. Selain memantau percakapan di media sosial (khususnya Twitter), juga dipantau media online. Dari data yang diperoleh diharapkan bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan tadi.
DATA
Tren
Dalam rentang 30 hari pemantauan tersebut, kapan saja puncak pemberitaan dan percakapan terkait isu industri sawit ini? Kita lihat di info tren.
Dari info tren pemberitaan dan percakapan, peak dari mention di media online muncul pada tanggal 27 September. Peningkatan mention pada tanggal 27 September berkaitan dengan kejadian pada tanggal 25 September, yaitu insiden penerobosan fasilitas kilang minyak sawit Wilmar oleh Greenpeace.
Sementara peak dari mention di Twitter muncul dua peaks. Pada tanggal 25 September dan pada tanggal 20 Oktober. Pada peak pertama, didorong oleh polemik yang awalnya dipicu konten yang disebar oleh PSI beberapa hari sebelumnya. Konten yang semula diniatkan PSI untuk mendukung program pemerintah rupanya menjadi ‘santapan’ LSM lingkungan (Greenpeace). Pada peak kedua, peningkatan mention didorong oleh spike retweet atas twit @bpdp_sawit. Jumlah mention pada peak kedua hampir 4 kali lipat dari peak pertama.
Most Retweet
Yang menjadi top 5 most retweeted pada perbincangan sawit dalam sebulan terakhir dikuasai oleh akun-akun yang hostile terhadap industri sawit nasional. Yang paling banyak di-retweet adalah twit @bpdp_sawit.
Hashtag
Yang menjadi hestek teratas bukan hestek SawitBaik atau SawitKita. Jumlah hestek SawitBaik atau SawitKita hanya sedikit dan hanya dipakai oleh satu akun.
Bila ditelusuri akun-akun yang me-retweet twit dari @bpdp_sawit akan kita dapati bahwa keseluruhan akun-akun tersebut tidak memiliki follower atau hanya memiliki 1 sampai 2 followers. Sangat patut dicurigai, twit @bpdp_sawit di-retweet oleh akun bot.
SNA
Terlihat dari SNA @bpdp_sawit main sendirian di pojok. Konten @bpdp_sawit tidak mendapat perhatian netizen manapun.
ANALISIS
Dari data di atas, ada empat poin bisa disampaikan.
Pertama, dalam perang opini di media sosial (Twitter) industri sawit nasional kalah total. Opini yang berkembang di media sosial dan menjadi keyakinan publik media sosial (netizen), yakni sawit adalah perusakan hutan. Industri sawit di mata penilaian netizen adalah negatif.
Kedua, tidak tampak ada satu upaya terkoordinasi di Twitter untuk menghadirkan kontranarasi atas perkembangan diskursus yang cenderung negatif terkait industri/perkebunan sawit. Dari peta SNA misalnya terlihat SNA @bpdp_sawit main sendirian di pojok. Konten @bpdp_sawit tidak mendapat atensi netizen manapun.
Ketiga, manfaat ekonomi dari sawit lewat B20 rupanya tidak cukup mampu mengerek reputasi sawit di mata publik media sosial atau netizen. Netizen lebih percaya pada narasi yang dibangun Greenpeace. Kampanye yang dilancarkan oleh Greenpeace cukup mendapat perhatian publik.
Keempat, manfaat sosial dan lingkungan dari industri sawit nyaris tak pernah muncul baik di media online maupun di media sosial (Twitter).
CLOSING
Dalam beberapa kesempatan, industri sawit kerap dimunculkan sebagai salah satu industri yang penting karena mendatangkan benefit ekonomi. Tapi, mengacu ke perbincangan publik di media sosial, penilaian terhadap industri sawit dianggap negatif (perusakan hutan). Di kalangan publik media sosial (Twitter) nampaknya pertimbangan ekologi (lingkungan) lebih menonjol ketimbang pertimbangan lain seperti ekonomi. Tentu suara netizen atau publik di media sosial perlu diperhatikan. Mengingat, isu lingkungan dewasa ini menjadi isu penting, misalnya tampak dari dimensi lingkungan yang menjadi salah satu faktor penting dalam Sustainable Development Goals (SDGs).