Oleh: Windo W.
Kata tabok keluar dari bibir Presiden Jokowi saat menyampaikan kegeraman atas isu PKI yang acap menyerangnya. Momen itu terjadi saat Presiden Jokowi membagikan sertifikat tanah di Lampung Tengah, Lampung, Jumat kemarin (23/11).
Drone Emprit (DE) mengumpulkan data baik dari sisi pemberitaan (media online) maupun percakapan (media sosial khususnya Twitter) terkait ucapan Presiden Jokowi yang menggunakan diksi tabok tersebut. Untuk mengumpulkan data terkait, DE menggunakan kata kunci: Jokowi, Joko Widodo. Ditambah kata kunci filter: tabok. Setting waktu pemantauan dari 23 November hingga kemarin, 27 November 2018. Dari data yang diperoleh, DE akan coba menarik beberapa poin yang akan disajikan di bagian analisis di tulisan ini.
DATA
Volume dan Tren
Dalam kurun 23 hingga 27 November kemarin, total volume penyebutan (mention) terkait tabok muncul sebanyak 7.015. Dengan sebaran, 535 di media online dan 7.015 di media sosial (Twitter).
Pemberitaan di media online cukup tinggi pada tanggal 23. Sebanyak 93 artikel muncul. Puncak tren pemberitaan terjadi pada tanggal 24. Pada tanggal ini, terdapat 135 artikel. Setelah tanggal tersebut, tren pemberitaan menyusut (58 artikel pada tanggal 25; 51 artikel pada tanggal 26; dan 30 artikel pada tanggal 27).
Di media sosial (Twitter), pada hari Jokowi mengungkapkan ucapan kata tabok tersebut, tren percakapan langsung melonjak. Ada 1.717 mentions muncul. Meskipun jumlah mention pada dua hari berikutnya agak turun sedikit dari tanggal 23, intensitas percakapan masih tinggi. Pada tanggal 24 ada 1.696 mentions dan pada tanggal 25 ada 1.404 mentions. Puncak tren percakapan terjadi pada Senin, tanggal 26. Pada tanggal ini, muncul 1.853 mentions. Pada tanggal 27 kemarin, percakapan sudah turun drastis dari hari-hari sebelumnya.
Sites
Baik media mainstream (detik.com, kompas.com, kumparan.com dll) maupun non-mainstream (pojoksatu.id, poskotanews. com, telusur.co.id, jitunews.com dll) sama-sama menaikkan berita terkait pidato Jokowi yang memunculkan ucapan tabok. Jumlah artikel yang dinaikkan beragam, dengan subjek dan isu pemberitaan yang juga beragam.
Topics Map
Sebagai pihak yang mengeluarkan ucapan tabok, Jokowi menjadi subjek pemberitaan paling menonjol. Subjek pemberitaan lain yang menonjol adalah PKI, isu yang ditanggapi oleh Jokowi dalam pidatonya saat membagikan sertifikat tanah di Lampung, Jumat kemarin (23/11).
Walaupun tidak semenonjol dari dua subjek pemberitaan tadi, muncul juga subjek-subjek pemberitaan lain. Salah satunya Prabowo. Dalam subjek pemberitaan Prabowo, pemberitaan membandingkan antara persoalan-persoalan yang diangkat dari pidato Prabowo dan Jokowi.
Most Retweet
Jika melihat dari daftar most retweet, ada tiga tipe akun.
Pertama, akun-akun dari media.
Akun-akun ini umumnya men-share pemberitaan terkait pernyataan Jokowi yang menggunakan ucapan tabok dan juga pemberitaan tentang tanggapan dari beberapa kalangan atas pernyataan tersebut.
Akun-akun media tersebut seperti akun @detikcom, @KompasTV, @tvOneNews, @liputan6dotcom, @VIVAcoid .
@detikcom : "...Saya lihat di gambar kok ya persis saya. Ini yang kadang-kadang, haduh, mau saya tabok, orangnya di mana, saya cari betul," papar Jokowi. https://t.co/mDJzwPNDJk
23/Nov/2018 14:12 WIB
@KompasTV : Presiden Joko Widodo ingin tabok orang yang menuduh dirinya PKI di media sosial. Sampai-sampai, Jokowi ingin mencari orang yang menyebarkan isu fitnah tersebut. Berikut pernyataan @jokowi: https://t.co/X0Qx6ois0D
23/Nov/2018 16:36 WIB
@tvOneNews : PRESIDEN JOKOWI INGIN 'TABOK' PENYEBAR HOAKS Kekesalan presiden ini disampaikan saat membagikan sertifikan kepemilikan tanah untuk warga Lampung Tengah. #ONEMINUTETVONE https://t.co/VgAZuT2hfB
25/Nov/2018 11:54 WIB
@liputan6dotcom : Jokowi Kesal Dituduh Aktivis PKI: Mau Saya Cari dan Tabok Orangnya https://t.co/oiWb63zGzq
23/Nov/2018 17:02 WIB
@VIVAcoid : Tim Jokowi: Untung cuma Tabok, Kalau Zaman Soeharto Bisa Hilang https://t.co/Qft7H4kwnH
27/Nov/2018 11:05 WIB
Kedua, akun-akun dari pendukung petahana.
Twit dari akun-akun pendukung petahana, isinya beragam.
Ada yang men-share pernyataan Jokowi yang ingin tabok penyebar fitnah dan hoaks sembari menyertakan link portal berita online.
@MurtadhaOne : Detik-Detik Presiden Jokowi Ingin 'Tabok' Penyebar Fitnah & Hoaks #TabokFitnah https://t.co/oPmtp9z6AE
23/Nov/2018 18:17 WIB
@JajangRidwan19 : Sabar Pak Dhe .. Detik detik Jokowi Berkata Ingin Cari dan TABOK Penyebar Hoax #01JokowiLagi #01SalamAatuJempol https://t.co/56I5Ftk3DS
23/Nov/2018 19:23 WIB
@Kartikaribet : Detik-Detik Presiden Jokowi Ingin 'Tabok' Penyebar Fitnah & Hoaks #TabokFitnah https://t.co/nJWw3J7oS0
23/Nov/2018 22:00 WIB
@triwul82 : Jengkel Diserang Hoax, Jokowi: Mau Saya Tabok Rasanya https://t.co/9D730NdFZf Presiden Joko Widodo (Jokowi) merasa gerah diserang isu hoax, terutama soal tuduhan dirinya aktivis PKI. Apa kata Jokowi?
23/Nov/2018 14:12 WIB
Ada juga yang menanggapi diksi tabok yang disampaikan Jokowi adalah wajar (dengan mengutip komentar Ketua Tim Kampanye Jokowi-Ma’ruf, Erick Thohir).
@pujangga1123 : Soal Diksi 'Tabok', Erick: Jokowi Dizalimi, Wajar Melawan. Menurutnya, pernyataan Jokowi keluar karena sudah gerah dengan kondisi politik terkini. SETUJU @erickthohir !! #01JokowiLagi #01JokowiMenang https://t.co/X0Cd22zBRK https://t.co/xLSI6EmkZk
27/Nov/2018 20:23 WIB
Juga ada menggunakan diksi tabok tersebut untuk menanggapi isu korupsi Dana Kemah yang beberapa hari belakangan ini cukup ramai di pemberitaan dan percakapan dan memunculkan beberapa nama seperti Dahnil Anzar, yang menjadi bagian dari tim pemenangan Prabowo-Sandi.
@RizmaWidiono : Sepakat dengan mu Nill, pak Jokowi harus turun tangan 👉 utk menabok para koruptor yg sembunyi di balik ormas Islam.. Dan Kau lah yg pertama kena tabok, yakan.??? https://t.co/w8Zw5ubK2n
25/Nov/2018 23:44 WIB
Ada pula yang mendefinisikan/menegaskan maksud kata tabok yang diucapkan Jokowi bukan sebagai tindakan yang mengarah pada kekerasan, melainkan sebagai kelakar atau juga semacam bentuk “penegakan” yang dilakukan dengan jalur hukum. Dengan kata lain, dengan memunculkan sentimen positif atas pilihan kata tabok tersebut.
@P3nj3l4j4h: Jokowi merasa geram sampai saat ini masih saja banyak isu-isu Hoax yg menuduhnya adalah PKI padahal dia saja Belum lahir. Jokowi berkelakar pingin tabok orang2 yg menyebarkan isu tsb. https://t.co/38x7S2qtVo
23/Nov/2018 19:40 WIB
@yusuf_dumdum Saya cuma mau ingatkan, Presiden Jokowi sudah gerah dengan hoax PKI yg menyerang dirinya namun masih saja ada yang percaya. Jadi hati2 ya.. Buat yg lain, yg masih bangga dgn berita hoaxnya, antri yg rapi ya.. 😊 Tabok pakai hukum! https://t.co/uLA2ZUZGl7
23/Nov/2018 19:18 WIB
@RustamIbrahim : Ada perbedaan mendasar antara politik "gebuk" Soeharto dengan "tabok" Jokowi. Soeharto "menggebuk" para pengkritiknya dengan membungkam suara, menangkap dan memenjarakan tanpa proses peradilan, Jokowi "menabok" para penebar hoax memfitnah & menghina dirinya melalui proses hukum. 27/Nov/2018 08:37 WIB
Walaupun berbeda penekanan, ada titik kesamaan di antara tiap-tiap twit tersebut. Yaitu, Jokowi digambarkan sebagai korban hoaks (fitnah) karena itu "menabok" (dengan proses hukum) para penebar hoaks adalah wajar.
Ketiga, akun-akun dari pendukung oposisi.
Akun-akun dari pendukung oposisi, seperti halnya dari akun-akun pendukung petahana, memiliki twit yang juga beragam.
Ada twit yang mengkontraskan/mempertentangkan antara ucapaan tabok Jokowi dan ucapan Megawati soal kata tabok (menabok). Twit ini juga menyertakan link portal berita (khususnya tentang perkataan Megawati sewaktu menghadiri kampanye akbar pasangan nomor urut dua di Pilgub Sumatera Utara, Djarot Saiful Hidayat-Sihar Sitorus pada bulan Juni 2018).
@TPK_RIJokowi Mau “Tabok” Penyebar Hoax Dirinya PKI, Megawati: Jangan Pilih Pemimpin Tukang Tabok Rakyat - https://t.co/6nME8GQgFx
25/Nov/2018 23:37 WIB
@Ndon08Back Yah ketabok sendiri lagi Jokowi Mau 'Tabok' Penyebar Hoax, Megawati: Jangan Pilih Pemimpin Tukang Tabok Rakyat https://t.co/Y7cQm46von
25/Nov/2018 23:21 WIB
@AnonArmy777 Jokowi Mau ‘Tabok’ Penyebar Hoax, Megawati: Jangan Pilih Pemimpin Tukang Tabok Rakyat Muehehehe. 😂😂😂😂 https://t.co/aSRcb46PgV https://t.co/c0GLGX6gFd
25/Nov/2018 18:42 WIB
@liem_id Jokowi Mau 'Tabok' Penyebar Hoax, Megawati: Jangan Pilih Pemimpin Tukang Tabok Rakyat Kali ini ikhlas ikuti saran Megawati #2019gantipresiden https://t.co/v9sw7JXZiq
25/Nov/2018 21:22 WIB
Ada pula twit yang membandingkan kualitas pidato Jokowi dan Prabowo.
@aburasyid13: Pidato Prabowo Dipenuhi Orasi Tentang Masalah Bangsa Ke Depan dan Solusinya Pidato Jokowi Mempopulerkan Diksi Menyeramkan Sontoloyo, Genderuwo dan Tabok Faham kan Bedanya ? Indonesia Darurat Stunting, Prabowo Tawarkan Revolusi Susu #2019PrabowoSandi https://t.co/7OT991XZE9
24/Nov/2018 15:55 WIB
@TetapPatriot Menurut ekonom senior Dr. Rizal Ramli, saat ini isu ekonomi, pendidikan, kesehatan, pangan lebih penting. @prabowo harus hadir dgn solusi, bkn hanya kritik. "Bisa konyol bangsa kita kalau sibuk diskusi tabok-menabok (ala @jokowi), rakyat tidak makin cerdas," https://t.co/VSN7SRDkz7
24/Nov/2018 19:10 WIB
Juga ada twit yang mengasosiasikan diksi tabok yang dipilih Jokowi dengan ngeri.
@BangPino_ Diksi Jokowi Saat Bagi Sertifikat Tanah: Sontoloyo-Genderuwo-Tabok Duh, berkelas sekali bahasa pak Jokuwi ini.... TABOK... Ngeri juga ya... Moga bukan terinspirasi dari komik Sincan... #2019GantiPresiden #PrabowoSandi #AdilMakmur https://t.co/2v0jns2KtS
23/Nov/2018 15:59 WIB
@jokoedy6 Setelah Sontoloyo dan Genderuwo, Kini Tabok, Ucapan Presiden Jokowi Semakin Ngeri https://t.co/rFIX9bwVkL
26/Nov/2018 09:54 WIB
Selain itu, ada juga menyampaikan “sindiran”, dengan mentwit tentang soal Esemka.
@RajaPurwa Jengkel Diserang Hoax, Jokowi: Mau Saya Tabok Rasanya https://t.co/z7QxNT50aK 2 orang dlm video,mrk yg pertama bakal ditapok bolak balik Pak JKW, yang 1 Hoax EsEmKa yang satu lagi Hoax Raja Jawa, Eaaa...😂👏👏👏 Hati-hati Kuwalat, Kyai lho! :-) #2019GantiPresiden https://t.co/tTL51z0SGF
23/Nov/2018 17:11 WIB
Dari masing-masing twit tersebut, meskipun memiliki penekanan yang berbeda, ada titik kesamaan. Yakni, diksi tabok yang disampaikan Jokowi adalah negatif (tidak tepat/ngeri/negatif).
Hashtags
Beragam hestek muncul dalam percakapan. Di antaranya #TabokFitnah #2019GantiPresiden, #2019PrabowoSandi, #01JokowiLagi, #01JokowiMenang, #01IndonesiaMaju, #SelamanyaAntiPKI dan sebagainya. Di antara beragam hestek tersebut, yang paling menonjol adalah #TabokFitnah (649twit) dan #2019GantiPresiden (487twit).
SNA
Melihat peta SNA, berdasarkan pola mention dan retweet, ada tiga klaster yang muncul. Klaster yang berisi akun-akun media, pro oposisi dan pendukung petahana. Yang berisi akun media paling sedikit, tapi ia berada di tengah antara dua klaster, yakni klaster pro oposisi dan pendukung petahana. Dilihat dari besarannya, pro oposisi lebih banyak terlibat dalam percakapan.
ANALISIS
Dari data di atas, ada beberapa poin yang bisa disampaikan di tulisan ini.
Pertama, ucapan tabok Jokowi yang disampaikan di Lampung pada tanggal 23/11 kemarin mendapat perhatian. Perhatian tersebut muncul di dua kanal yakni baik di kanal pemberitaan (media online) dan di kanal percakapan (di media sosial/Twitter).
Perhatian di kanal pemberitaan dapat ditengok dari media yang meliput, yakni mainstream maupun non-mainstream. Dapat ditengok lagi dari tren. Tren pemberitaan langsung tinggi saat Jokowi mengeluarkan ucapan Tabok pada 23/11, untuk kemudian meningkat pada hari berikutnya (24/11).
Perhatian di kanal percakapan, selain dari jumlah mentionsyang cukup tinggi, dapat dilihat dari tren pula. Sejak tanggal 23/11 hingga 26/11, Dalam kurun lima hari tersebut, meskipun alami tren naik turun dengan puncak trennya pada 26/11, perbandingan antara jumlah mention yang muncul pada kurun lima hari tersebut tidak jauh. Dengan kata lain, dalam kurun lima hari, percakapan mengenai kata tabok tetap menjadi perhatian (perbincangan) di media sosial dengan tren yang cukup stabil.
Kedua, baik kubu pendukung petahana maupun pro oposisi sama-sama terlibat dalam perbincangan tentang diksi tabok yang diucapkan Jokowi. Narasi yang mereka bangun berbeda satu sama lain. Ini terlihat dari daftar most retweet.
Kubu petahana misalnya menggambarkan Jokowi sebagai korban hoaks (sementara penyebar hoaks diarahkan kepada kubu lawan). Kata tabok yang digunakan Jokowi digambarkan sebagai kiasan dan penegakkan yang ditempuh melalui jalur hukum (namun sembari juga mengkonstraskannya dengan sikap pihak kubu lawan).
Sedangkan itu, dari kubu pendukung oposisi, bahasa Jokowi dianggap kurang berkualitas, bahkan cenderung mengerikan karena kerap menghadirkan diksi-diksi seperti gendurowo, sontoloyo dan tabok. Diksi-diksi ini tidak menghadirkan gagasan atau mengangkat problema bangsa (dan ini dikontraskan dengan Prabowo yang dalam pidatonya mengangkat masalah-masalah seperti stunting dll).
Tampak, masing-masing kubu menghadirkan redaksi twit yang membela/mempromosikan jagonya sembari “menjatuhkan” atau mengungkapkan kelemahan jagoan dari pihak lain.
Ketiga, pertarungan hestek antara dua kubu juga terjadi dalam percakapan. Seperti terlihat di peta hestek, ada beragam hestek muncul. Seperti #TabokFitnah #2019GantiPresiden, #2019PrabowoSandi, #01JokowiLagi, #01JokowiMenang, #01IndonesiaMaju, #SelamanyaAntiPKI dan sebagainya. Masing-masing hestek tersebut untuk mempromosikan jagoan sekaligus juga untuk menjatuhkan lawan.
Keempat, kendati percakapan mengenai diksi tabok Jokowi melibatkan baik kubu petahana maupun kubu pro oposisi, dilihat dari keterlibatan, kubu pro oposisi lebih dominan terlibat. Ini terlihat dari peta SNA di mana kubu oposisi lebih besar ketimbang kubu petahana.
Kelima, seperti terlihat juga di peta SNA, di luar klaster kubu petahana dan kubu pro oposisi, juga ada klaster lain, yakni media. Klaster ini berada di tengah di antara dua kubu. Ini tentu positif. Karena dalam konteks ini, media memainkan peran sebagai information arbitrage.
CLOSING
Ada hal menarik dari peta percakapan, terutama yang terlihat dari SNA. Biasanya, dari pantauan DE, yang dominan muncul dua klaster. Klaster pro petahana dan pro oposisi. Kini ada satu klaster lain, dan itu adalah media. Kita berharap, media ke depan dapat memainkan peran sebagai information arbitrage karena itu sangat dibutuhkan untuk membangun, bukan hanya sirkulasi informasi yang berimbang, namun juga mendinginkan suhu politik yang saja kian memanas, yang dampak terbesarnya justru bukan kepada elite, melainkan kepada rakyat.