Oleh: Ayu Puspita Sari Ningsih

Setelah polemik Perda Syariah menurun, minggu ini PSI kembali mendapat sorotan. Kali ini karena pernyataan Grace Natalie yang meminta kader PSI untuk menolak poligami dan akan memperjuangkan revisi untuk undang-undang yang memperbolehkan poligami. Pernyataan ini menjadi viral dan banyak diperbincangkan terutama ketika Komnas Perempuan juga memberikan pernyataan serupa beberapa hari setelahnya.

Drone Emprit memantau perkembangan isu ini di media online dan media sosial Twitter selama seminggu, dari tanggal 10 Desember hingga 18 Desember 2018 untuk mengetahui bagaimana wacana yang dominan di media online dan media sosial terkait penyataan Ketum PSI ini. Kata kunci yang digunakan untuk memantau isu ini adalah “Grace Natalie” dan “PSI” dengan filter “poligami”. Berikut adalah laporan yang disusun dari hasil pemantauan tersebut.

DATA

Viralnya Masalah Poligami

Perbincangan terkait poligami pertama muncul pada tanggal 11 Desember, saat pernyataan tersebut pertama diunggah oleh akun Twitter resmi PSI. Hingga artikel ini ditulis, jumlah penyebutan di media sosial tentang pernyataan Ketum PSI terkait poligami telah mencapai lebih dari 31.000 penyebutan.

Media online juga cukup banyak memberitakan pernyataan Grace Natalie. Selama masa pemantauan, tercatat sekitar 1.200 artikel diterbitkan. Selain media-media mainstream seperti Detik dan MetroTV News, media-media non-mainstream seperti akurat.co, kricom.id, dan jpnn.com juga banyak memberi perhatian pada isu ini.

Poligami dalam Media Online

Jika dilihat dari topic map selama masa pemantauan, topik yang paling banyak dibahas oleh media adalah mengenai pendapat tokoh-tokoh Islam atau partai Islam tentang pernyataan Grace Natalie. Media-media mainstream seperti Antara, Liputan 6, dan Kumparan terlihat lebih fokus pada pernyataan MUI yang menyebut PSI dan Komnas Perempuan asal bicara. Beberapa partai seperti PPP dan PKS menyebut bahwa PSI memanfaatkan isu poligami untuk kepentingan politik PSI.

Ada juga beberapa berita yang mendukung pernyataan Grace, meski tidak terlalu banyak. Detik, misalnya, menulis mengenai dukungan Komnas Perempuan dan LBH Apik terhadap pernyataan Grace terkait poligami. Jawa Pos juga menerbitkan artikel yang menyatakan bahwa pernyataan Grace dinilai dapat mengambil simpati pemilih perempuan.

Namun jika dilihat dari data most shared URL, artikel yang paling banyak dibagikan oleh warganet berasal dari portal berita non-mainstream, yaitu artikel dari Portal-Islam.id. Sepanjang masa pemantauan, artikel tersebut telah dibagikan sebanyak lebih dari 400 kali, disusul oleh artikel dari media online mainstream, yaitu BeritaSatu dan Viva.com yang keduanya dibagikan sebanyak 133 kali.

Poligami di Media Sosial

Sama seperti pemberitaan di media online yang banyak terfokus pada pendapat-pendapat yang menentang pernyataan PSI dan Grace Natalie, di media sosial pun lebih banyak suara yang mengkritik pernyataan PSI tentang poligami. Jika melihat peta SNA perbincangan terkait pernyataan poligami Grace Natalie, dapat dilihat bahwa ada dua kluster yang terbentuk dalam percakapan tersebut. Satu kluster yang memiliki key opinion leader seperti @AkunTofa, @cholilnafis dan @anonLokal terbentuk jauh lebih besar dibanding kluster yang digawangi oleh @psi_id dan @GunRomli.

Dari data most retweeted pun terlihat hal yang sama. Twit-twit yang banyak dibagikan rata-rata bernada tidak setuju dengan pernyataan Grace Natalie. Hanya saja, berbeda dengan pendapat tokoh di media online yang menganggap PSI tidak memahami Islam atau PSI hanya menggunakan isu untuk kepentingan politik, wacana yang beredar di media sosial lebih beragam. Beberapa wacana yang tampil adalah:

1. Menyamakan sikap Grace dan PSI seperti sikap Gerwani dan PKI

Beberapa twit seperti dalam twit milik @AkunTofa dan @maspiyuuu memberikan paralel antara sikap anti-poligami Grace dan PSI kepada sikap anti-poligami yang dianut D.N. Aidit, Gerwani, dan PKI.

@AkunTofa: "Judul berita yang membuat bulu kuduk berdiri, ternyata Pidato Ketum @psi_id mbak @grace_nat tentang pandangannya yang Anti Poligami, juga senada dengan pidato Dedengkot PKI, Mas DN Aidit yang juga Anti Poligami." (17/Dec/2018 08:06 WIB, 1.410 retweets)
@maspiyuuu: "Gerwani Menentang Poligami tapi Diam Saat Sukarno Nikah Lagi  Halo PSI...  Hehe...  https://bit.ly/2SNlUqd " (13/Dec/2018 07:20 WIB, 486 retweets)
@do_ra_dong: "Sosialisme adalah teori sementara komunisme adalah praktek PSI itu partai Sosialis Sikap anti peraturan syariah dan poligami adalah bagian citra diri untuk dukungan internasional atas keberadaan paham sosialisme di Indonesia Terutama dukungan RRT (Republik Rakyat Tiongkok) https://t.co/Bty6mDXXdE" (14/Dec/2018 17:37 WIB, 396 retweets)
@Ibnasanmail: "Baru tau kalau Gerwani pernah menentang poligami... Makin ketahuan siapa sesungguhnya dibalik Parta gurem ini 👉🏿 @psi_id #2019GantiPresiden #2019PrabowoSandi https://t.co/eDUuFhjN0P" (12/Dec/2018 22:46 WIB, 333 retweets)

2. Menanggap PSI tidak memahami aturan Islam, sesat, dan melakukan penghinaan agama

Sama seperti pendapat yang banyak ditulis di media, beberapa akun juga terlihat menentang pernyataan PSI dengan menganggap bahwa PSI tidak memahami aturan Islam ketika membuat pernyataan. Ketua Komisi Dakwah MUI, Cholil Nafis adalah salah satu tokoh yang terpantau menyatakan tentang hal ini melalui akun Twitter-nya.

@tijabar: "Jleb Jawaban MUI...!!! Menyikapi progran anti Poligami PSI "Kalau ada orang yang menganggap POLIGAMI bukan ajaran Islam dia keliru dan bahkan sesat" demikian disampaikan Azizzah (Ketua Komisi Keluarga MUI) #2019GantiPresiden https://t.co/jR2lNmkS5d" (17/Dec/2018 16:21 WIB, 1.208 retweets)
@cholilnafis: "yg benar itu: PSI dan Komnas Perempuan yg tak mengerti islam. Bukan sebaliknya ya bahwa poligami bukan ajaran Islam. Soal tak senang poligami silahkan tapi mengatakan tak ada dlm ajaran Islam itu jahl murakkab (bodoh paralel).  Rabun iman dan tak baca hadits dan sejarah Islam." (16/Dec/2018 15:13, 1.148 retweets)
@Silvy_Riau: "Bilang Saja Lu Benci Islam sist Grace  Kok POLIGAMI yang Lu sasar ?? Tau apa lu dengan ISLAM ??  Benam kan @psi_id !!  #2019GantiPresiden" (12/Dec/2018 15:39 WIB, 1.040 retweets)

3. Menganggap anti-poligami karena pendukung seks bebas

Dalam beberapa twit dikatakan bahwa pernyataan PSI tentang anti-poligami dilakukan karena PSI lebih mendukung budaya seks bebas karena poligami dianggap sebagai salah satu alat untuk menekan zina. Pendapat ini diperkuat oleh munculnya isu salah satu politisi PSI disinyalir mempunyai video porno, seperti yang dibicarakan dalam twit akun @anonLokal.

@anonLokal: "Unggah Foto Ustadz Haikal, Politisi PSI Ini Ketahuan Simpan Video Mesum Orang sudah Poligami, Loe masih phonesex @HusinShihab 😂 Dasar otak mesum loe!!! #KaderPartaiPSICabul #CalegPSIhobiPhoneSex https://t.co/c3AbLpQZ41" (17/Dec/2018 15:06 WIB, 1.080 retweets)
@buyutsayama: "https://t.co/OJAxyflt2q Poligami di tolak ,di ributkan... Gw rasa orang" PKI ,,ehhh PSI Lebih suka Kumpul Kebo untuk Melepaskan Nafsu Birahi ny.. Perda syariah di tolak juga... Kalo diliat Gelagat nya Ini partai PSI akan lebih sangat berbahaya drpd pdipeh Saran gw tenggelamin ." (12/Dec/2018 07:51 WIB, 342 retweets)

Wacana-wacana tersebut juga tertampil dalam tagar yang digunakan untuk membahas pernyataan anti-poligami Grace Natalie. Tagar yang paling banyak dipakai adalah #2019GantiPresiden dan #KaderPartaiPSICabul. Kedua tagar ini digunakan oleh kelompok penentang PSI masing-masing dalam 2708 dan 1449 twit. Selain itu ada juga tagar #PSIPerempuan yang merupakan tagar bentukan dari PSI yang digunakan dalam 995 twit. Uniknya, tagar ini digunakan baik dalam twit yang bernuansa pro maupun kontra atas pernyataan Grace Natalie.

ANALISIS

Identitas Hitam-Putih

Dapat dilihat dari data yang telah disajikan bahwa pernyataan PSI dan Grace terkait poligami lebih banyak mendatangkan protes. Pernyataan anti-poligami PSI di Twitter dan pidato Grace terkait hal tersebut sesungguhnya hanya berlaku bagi anggota PSI sendiri. Pun dalam pernyataan Grace tentang usaha revisi undang-undang yang memperbolehkan poligami, tidak dijelaskan secara spesifik apakah mereka akan merevisi peraturannya atau secara langsung meminta praktik poligami untuk dilarang di Indonesia.  

Hal yang membuat masalah ini menjadi ramai adalah karena adanya penarikan asosiasi langsung dari kata poligami kepada Islam. Padahal sesungguhnya kata poligami sendiri tidak mengandung akar bahasa yang terhubung pada suatu agama tertentu, termasuk Islam. Penarikan asosiasi langsung ini membuat ucapan Grace dan sikap PSI seolah menyerang identitas pemeluk agama Islam. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya tokoh-tokoh Islam yang berbicara serta seringnya Islam disebut saat membicarakan masalah poligami.

Terserangnya identitas sebagai Muslim karena asosiasi langsung tadi mengakibatkan respons yang reaktif. Dapat dilihat bahwa dari twit-twit yang paling banyak dibagikan, rata-rata langsung melakukan kategorisasi kepada mereka yang menyatakan anti-poligami, dalam hal ini PSI dan Grace Natalie. Beberapa kategorisasi yang banyak ditampilkan adalah bahwa sikap anti-poligami menunjukkan bahwa si pendukung sepaham dengan PKI, penganut seks bebas, atau intoleran kepada Islam. Semuanya adalah identitas yang selama ini dipertentangkan dengan Islam dan ajarannya.

Terlihat ada pola berpikir yang terlalu hitam-putih di sini, seolah menentang poligami berarti serta-merta menentang keseluruhan Islam. Sikap absolutisme “jika tidak A, maka B,” semacam ini dapat dengan cepat mengamplifikasi prasangka dan menimbulkan sikap reaktif saat menerima pendapat yang berbeda dari pendapat umum kelompok identitasnya.

Pemberitaan media pun turut membantu munculnya asosiasi cepat ini. Tiga artikel yang paling banyak dibagikan di Twitter, misalnya, menggunakan judul sensasional, seperti "Kelahi! Kontroversi Poligami Merugikan....." atau "PSI bikin heboh lagi...." yang memberikan nuansa emosi negatif pada pembaca bahkan sebelum membuka artikelnya. Walau memang mereka sengaja menggunakan judul demikian untuk menarik pembaca, fakta bahwa artikel-artikel dengan judul sensasional menjadi yang paling banyak dibagikan di Twitter menandakan bahwa hal tersebut menjadi salah satu faktor yang berperan dalam timbulnya wacana kemarahan dalam isu kali ini.

CLOSING

Di tahun politik ini pasti akan ada banyak pihak yang berusaha mencari kata-kata kunci yang dapat langsung digunakan untuk menyerang identitas suatu golongan dan menyulut emosi mereka. Maka penting bagi kita, sebagai pengamat dan calon penentu nasib bangsa tahun depan untuk tidak dengan cepat terpancing oleh kata-kata kunci tersebut hingga tidak mudah larut dalam wacana yang dibangun para politisi yang berkepentingan.

Selain itu, bagi perempuan-perempuan yang menolak dimadu tentu sah mengungkapkan pandangan mereka sebagaimana pandangan sebaliknya.