Oleh: Ismail Fahmi
Dalam dua hari terakhir, muncul emosi "Kangen Pak Sutopo" di media sosial. Kenapa? Ini merupakan sinyal dari publik tentang persepsi mereka terhadap bagaimana pemerintah mengelola krisis dalam menghadapi #COVID19. Seperti apa gambarannya?
TREN penyebutan 'Sutopo' meningkat sejak 2 Maret 2020. Ini saat yang sama ketika Presiden @jokowi mengumumkan ada 2 orang penderita #COVID19 dari Depok.
Netizen meresponse dengan menyebut-nyebut pak Sutopo. Seperti @Muthia911, "Pak Sutopo, we miss you so much it hurts." Atau @anandabadudu, "Kita semua kangen alm Sutopo." yang meresponse atas cuitan @risyiana yang juga kangen Sutopo.
Yang disayangkan oleh publik adalah "crisis management speech" dari pak Menteri Terawan. Apa yang disampaikan oleh beliau benar, namun cara penyampaiannya yang kurang bisa meyakinkan publik. @risyiana dan @tahespedia: kita butuh jubir seperti pak Sutopo atau @febridiansyah.
Bagaimana dengan jubir untuk krisis #COVID19 yang diangkat oleh presiden, pak Achmad Yurianto? Trendnya meningkat pada tanggal 3 Maret. Awalnya percakapan tinggi di media online, baru kemudian Twitter.
Trend spt itu menunjukkan, publik baru tahu dari media. Dan karena belum/tidak ada akun media sosial dari pak Achmad Yurianto, akan ada delay komunikasi. Berbeda dengan Malaysia, dimana @DrDzul sebagai pejabat kementerian kesehatan, yg juga aktif di Twitter.
Bagaimana response netizen terhadap pak Achmad Yurianto? POSITIF sekali. Misal @zarazettirazr sangat pendukung penunjukan ini, karena dr Achmad bisa mengkomunikasikan dengan baik dan meyakinkan. Sense of crisisnya ada, dan jelas informasi yg disampaikan.
Peta SNA 'Depok' Publik mendapat informasi kebanyakan dari media online seperti @kumparan, @detikcom, @kompascom, atau akun profesional spt @GiaPratamaMD, atau dari buzzer dan netizen spt @permadiaktivis, @do_ra_dong dll. Akun representasi @KemenkesRI atau jubirnya blm hadir.
Dibandingkan dengan Malaysia, akun official yang paling berperan, seperti @KKMPutrajaya (seperti @KemenkesRI kita), @JPenerangan (spt @kemkominfo kita). Sehingga mereka mendapat informasi yang valid dari official.
Closing
Analisis singkat ini semoga bermanfaat sebagai masukan bagi @KemenkesRI dan jajaran kesehatan. Goal kita, agar publik mendapat informasi yang valid, akurat dari sumber yang terpercaya.