Kisruh Bulog vs Mendag: Publik Rindu Hadirnya Pemimpin dan Kebijakan Pangan yang Pro Rakyat
Oleh: Ismail Fahmi
Beberapa hari terakhir ini kita disuguhi drama kisruh antar-menteri pembantu presiden, khususnya antara Mendag dan Bulog. Pasalnya, Mendag terus mengimpor beras, sementara Buwas, Kabulog, bilang kalau gudang Bulog sudah penuh. Mendag menganggap gudang urusan bulog, ndak peduli gimana mencarinya. Lalu Buwas menjawab dengan sebuah kata yang sangat populer: "Dagadu!"
Drone Emprit (DE) ingin melihat dari sisi lain, yaitu melihat sinyal di balik data yang tertangkap. Tidak ingin masuk pada ranah siapa yang benar, apa motif di balik perseteruan ini, bagaimana peta kekuatan di balik para menteri. Tapi ingin melihat apa yang dipikirkan dan dirasakan oleh publik.
SETTING DATA
Dengan DE kita buat dua monitoring project. Project 'Bulog' dengan keywords: kabulog, bulog, budi waseso, buwas. Dan project 'Mendag' dengan keywords: mendag, enggar, menteri perdagangan. Tanpa filter khusus.
Lalu kita buat satu project lagi 'impor beras', dengan kata kunci 'impor', di-filter dengan kata 'beras'. Ini memastikan kita dapat percakapan meski kedua kata terpisah. Project ini kita gunakan untuk melihat asosiasi kedua project di atas dengan isu impor beras.
VOLUME DAN TREN
Dari data seminggu terakhir, kita lihat tren percakapan tentang kedua nama itu naik turun dengan volume hampir sama, meski untuk Bulog sedikit lebih tinggi. Namun mulai tanggal 19 September (kemarin), volume Bulog naik tajam dua kali lebih tinggi dibanding Mendag.
Total selama seminggu ini, Bulog mendapat 43.3k mentions, dan Mendag 22.1k mentions. Di semua kanal yang dimonitor DE (News, Twitter, Youtube, Facebook, dan Instagram), volume Bulog lebih tinggi dari pada Mendag.
Tingginya percakapan yang me-mention Bulog dalam kisruh ini memperlihatkan siapa yang paling kuat dalam pikiran publik. Dalam hal ini, publik jelas dua kali lebih dekat dengan bulog. Bulog menjadi top of mind dalam percakapan publik.
Kemudian dari grafik tren ketiga project yang memasukkan keyword impor beras, kita temukan adanya asosiasi yang kuat antara ketiganya. Naik turunnya percakapan tentang Bulog dan Mendag itu sesuai dengan naik turunnya isu impor beras.
SNA, PRO PETAHANA TAK MINAT
Kita lihat siapa yang dimaksud dengan publik di sini. Dari peta SNA, kita lihat jelas, ternyata untuk percakapan tentang kedua nama itu, hanya ada satu cluster besar di sana. Cluster ini yang sama-sama aktif membahas soal Bulog dan Mendag. Dan kalau dilihat users yang aktif di cluster ini, mereka adalah dari kubu pro oposisi.
Sekarang kita lihat SNA khusus untuk impor beras. Apakah gambarannya sama dengan di atas? Kita temukan ternyata dalam percakapan soal impor beras, juga hanya ada satu cluster besar. Cluster yang sama dengan di atas, yaitu cluster oposisi. Tak tampak pula cluster pro petahana di sini.
Masalah impor beras yang menjadi biang kekisruhan ini, ternyata tak diminati oleh kubu pro petahana. Tak tampak pembahasan soal kedua nama tersebut, baik yang mendukung ataupun menentang. Artinya, hingga analisis ini dibuat, hanya publik yang selama ini dikenal sebagai oposisi yang concern soal impor beras. Belum ada penjelasan resmi, komunikasi resmi dari pemerintah yang disampaikan ke publik melalui para key opinion leaders mereka.
KEY OPINION LEADERS
Siapa saja tokoh-tokoh atau key opinion leaders yang muncul dalam percakapan ini? Kita ambil 5 user yang paling tinggi engagement-nya (mendapat retweet dan reply).
Untuk percakapan tentang bulog, kita dapatkan users berikut: @RajaPurwa 3,091 engagement, @rmolco 2,520, @RamliRizal 1,950, @mohmahfudmd 1,784, dan @CakKhum 1,763.
Untuk mendag, kita dapatkan most engaged users berikut: @RamliRizal 4,080 engagement, @RajaPurwa 1,869, @rmolco 1,463, @TetapPatriot 999, dan @jokoedy6 851.
Dan untuk impor beras: @RajaPurwa 2,062 engagement, @fadlizon 1,784, @mohmahfudmd 1,750, @rmolco 1,512, dan @CNNIDdaily 1,298.
Biasanya untuk isu besar ada penjelasan dari akun terkait pemerintah, buzzernya, atau dari @jokowi sendiri. Namun, untuk isu ini belum nampak dalam data yang ditangkap DE.
TOPIK
Sekarang kita lihat apa sih yang menjadi topik atau isi percakapan mereka? Kita ambil beberapa twit yang paling besar mendapat retweet, yang menggambarkan narasi yang paling banyak disuka dan disebarkan.
Terkait percakapan tentang 'bulog', ini top statusnya:
@RamliRizal: Kok ada Mentri yg saenaknya kaya gini ? Mas @jokowi, where are you ?? : "Mendag Sebut Gudang Bulog Penuh Bukan Urusannya, Buwas: Matamu !" https://t.co/tElRVVrkPE.
@mohmahfudmd: Kata Kabulog Budi Waseso (Buwas), "Kita tak perlu impor beras, gudang Bulog msh penuh, tak mampu menampung beras impor". Dlm hal tertentu sy berbeda dgn Buwas, tapi dlm banyak hal saya sangat suka orang ini. Tegas, rasional, pro rakyat; termasuk soal impor beras ini. https://t.co/LspPH0zOZM
@RajaPurwa: Lelaki Sejateeee..... Sangar.... Cadas...Salute..! Budi Waseso: Kalau Menteri Perdagangan Mau Kantornya Dipakai .. https://t.co/g78mQmgScq
@CNNIDdaily: Direktur Utama @PerumBULOG Budi Waseso, menggelar konferensi pers terkait kebijakan impor beras. Stok beras di gudang Bulog telah mencapai 2,4 juta ton dan tidak perlu impor beras. #CNNIDAfter10https://t.co/vuY8GY2YeF
Sedangkan terkait 'mendag', ini top statusnya:
@RamliRizal: Mas @jokowi, Mendag sudah offside, rugikan petani padi, tebu, bawang & garam. Sekaligus grogoti elektibilitas Mas. Mas JKW dipihak mana ? Dipihak pemburu rente atau bela petani ? Jika tidak ada tindakan, artinya Mas memang dipihak sana https://t.co/tElRVVrkPE
@rmolco: Budi Waseso: Kalau Menteri Perdagangan Mau Kantornya Dipakai Jadi Gudang, Silakan Impor Beras... #KlikRMOL #wawancarahttps://t.co/zNGEhKx51K
@detektive88: pak buwas ini gue beri 1 juta jempol. jadi polisi, tegas jadi kepala BIN : Bandar narkoba di buat ketar-ketir. ohya partai apa yang kadernya jadi bandar narkoba? jadi kepal bulog, Mendag kenak tampol. semoga 2019 jadi ketua KPK. https://t.co/2i5pPWDQ0l
@RelawanProSandi: Habis Bento Keluarlah Enggar!! #KKNalaEnggar"Hanya pengusaha yg dekat dg menteri sj yg kebagian PI (persetujuan impor). Jika tidak PI Anda akan terkatung2 dan tidak jelas, sebagaimana dikeluhkn oleh sjumlah pengusaha," Muslim Arbi #2019GantiPresidenhttps://t.co/JdxXtvU3b4
ANALISIS
Tingginya volume percakapan yang menyebut 'bulog' daripada 'mendag' mengindikasikan level top of mind dari publik yang tinggi terhadap bulog. Bisa dikatakan, publik lebih dekat dan berada di sisi bulog dalam kisruh ini.
Narasi yang dibawa bulog, dalam hal ini Buwas, yang berani membela petani, rasional dalam impor (menolak impor ketika stok masih besar), dan terang-terangan berani berhadapan dengan Mendag yang cenderung longgar dalam impor, telah menarik hati publik.
Publik seolah rindu adanya pemimpin dan kebijakan yang benar-benar membela mereka. Selama ini, adanya impor yang sering dilakukan bahkan saat terjadi panen, membuat rakyat tak berdaya. Tak tampak di mata mereka, siapa yang sebenarnya berani dan berniat membela rakyat. Kini mereka menemukan dalam sosok Buwas.
Suara publik ini terwakili oleh status Mahfud MD: "Dlm hal tertentu sy berbeda dgn Buwas, tapi dlm banyak hal saya sangat suka orang ini. Tegas, rasional, pro rakyat; termasuk soal impor beras ini."
Tiadanya cluster pro petahana dalam SNA juga menjadi pertanyaan. Ke mana gerangan mereka? Apakah isu besar soal impor yang bahkan menyebabkan kekisruhan antar dua kementerian ini bukan sesuatu yang penting untuk diangkat? Berada dalam posisi dan mendukung siapakah mereka?
Ketidakhadiran petahana dalam percakapan ini rupayanya dirasakan juga oleh tokoh seperti Rizal Ramli. RR sampai memanggil Jokowi: "Mas @jokowi, where are you ??". Belum jelasnya posisi Jokowi antara kedua kementerian itu juga menjadi pertanyaan RR: "Mas JKW dipihak mana ? Dipihak pemburu rente atau bela petani?"
KESIMPULAN
Beberapa kesimpulan yang bisa diambil dari data DE atas adalah sebagai berikut.
(1) Masalah impor beras telah menimbulkan kekisruhan antara Mendag dan Kabulog. Data DE sebelumnya memperlihatkan kekisruhan serupa pernah terjadi antara Mendag dan Mentan.
(2) Posisi dan leadership Jokowi sebagai presiden, atasan para menteri itu, saat ini sedang dinanti. Apakah lebih pro rakyat, atau pro importir, atau pro keduanya secara bijak.
(3) Peta SNA memperlihatkan belum hadirnya cluster petahana dalam percakapan tentang isu penting ini.
(4) Publik memberi dukungan besar kepada bulog, dan senang dengan keberanian Buwas dalam menghadapi kekuatan yang menginginkan impor beras.
CLOSING (ALA NAJWA)
Ada Thanos di sekitar kita.
Tidak perlu jauh-jauh mencari ke Amerika.
Thanos dalam negeri,
yang memegang kekuatan besar dalam mengatur ekonomi.
Yang lebih memikirkan kepentingan pemilik modal,
bukan memikirkan kepentingan rakyat.
Thanos ini tak tampak di permukaan.
Para Avengers,
yang seharusnya membela kepentingan rakyat,
masih belum bersatu.
Mereka malah berjalan sendiri-sendiri,
seolah tanpa koordinasi.
Tampaknya mereka sedang menunggu,
hadirnya Captain Indonesia.
Yang dengan gagah berani,
menyatukan para Avengers,
melawan para Thanos dalam negeri ini.
Kita sebagai warga planet biru,
mari berdoa.
Semoga para Avengers ini segera bangkit.
Bersama Captain Indonesia,
yang pemberani, adil dan bijaksana.