Oleh: Ayu Puspita

Pro-kontra pemutaran film G30S/PKI mencuat kembali di akhir September ini. Bagaimanakah pemberitaan di media online dan percakapan di media sosial terkait pro-kontra pemutaran film G30S/PKI? Drone Emprit (DE) memonitor pemberitaan dan percakapan di media sosial (khususnya Twitter) terkait pro-kontra pemutaran film G30S/PKI, dalam rentang 25 September sampai 1 Oktober, dengan menggunakan kata kunci: PKI dengan filter “film”.

DATA

Pemberitaan tentang G30S dan PKI di media online sempat memuncak pada 28 September 2018. Pada tanggal tersebut, media banyak memberitakan polemik “nonton bareng” film G30S/PKI. Pemberitaan media kembali menurun pada 29 September, tetapi naik lagi pada 30 September dan 1 Oktober. Naiknya pemberitaan pada dua tanggal ini tidak terlepas karena pada dua hari tersebut menjadi tanggal peristiwa penting pemberontakan PKI.

Pola yang sama juga terlihat pada tren percakapan di Twitter meskipun peningkatan pembicaraan pada 28 September 2018 tidak setinggi pada 30 September dan 1 Oktober.

Twit yang paling banyak dibagikan di Twitter pada rentang waktu pemantauan adalah twit berisi informasi sejarah, yakni dari akun @potretlawas. Dalam twitnya, @potretlawas mengunggah sebuah foto terduga simpatisan PKI yang duduk berjejer di dalam lubang galian dan menjelaskan mengenai sejarah foto tersebut yang jarang dikisahkan.

“Kita pasti sering melihat potret 25 lelaki [diduga] simpatisan Partai Komunis Indonesia duduk melipat kaki dalam sebuah lubang di Boyolali akhir 1965 ini. Namun hampir pasti juga kita belum pernah mengetahui kisah asalnya. Ini cerita mereka yang dilupakan. https://t.co/QxGfRfQqsr” - @potretlawas, dengan menyertakan gambar foto dan utasan yang menceritakan mengenai kejadian dalam foto, 29 September 2018 (2.810 retweet)

Beberapa twit lainnya yang juga banyak dibagikan adalah twit dari @haikal_hassan, @jokoedy6, dan @CakKhum. Dua akun pertama membahas Jokowi dan PKI, sementara akun ketiga berisi penggalan informasi kesaksian putri A.H. Nasution pada kejadian G30S.

“Pak Jokowi itu muslim yg baik, sholat, artinya bukan PKI. Clear ya Pak Jokowi itu presiden yg sah, artinya harus dijaga & dihormati. Clear ya Kami cuma mau 17April yad #2019GantiPresiden yg kuat, gagah, berani, tegas, tepat janji, kerakyatan, tidak pro asing/aseng.” - @haikal_hassan, 26 September 2018 (2.287 retweet)
“Suratkabar Pesindo (Organ PKI) : Bekerdja, Bekerdja, Bekerdja Versi Now "Kerja, Kerja dan Kerja" https://t.co/ORXO3pMa02” - @jokoedy6, 1 Oktober 2018 (2.223 retweet)
“Kejadian Asli Malam G30S PKI Lebih Menakutkan Dari Film. (Yanti Nasution - Putri Sulung Jenderal Besar A. H. Nasution) #2019tetapAntiPKI #2019GantiPresiden sudah saatnya #PrabowoSandi” - @CakKhum, dengan menyertakan cuplikan video wawancara dengan Yanti Nasution, 30 September 2018 (1.919 retweet)

Selain akun-akun influencers, beberapa tokoh juga terlihat memberikan twit terkait peristiwa G30S/PKI seperti Gatot Nurmantyo, Ridwan Kamil, dan Fahri Hamzah. Melalui akun Twitternya, mereka membahas mengenai sejarah G30S.

“Korban yg banyak dari peristiwa itu adalah umat Islam dan para ulama. TNI dan PKI juga banyak. Tetapi umat islam dan TNI tidak dendam.” - @Nurmantyo_Gatot, dengan menyertakan cuplikan video wawancaranya dengan Rosiana Silalahi, 28 September 2018 (1.348 retweet)
“Jadi janganlah kalian melarang orang takut PKI sebab kalian menyuruh orang takut Orba yang ditakuti PKI...jangan mengutuk sejarah....jangan mengutuk waktu...segala sesuatu ada masanya Bung...” - @Fahrihamzah, membalas komentar Budiman Sudjatmiko, 28 September 2018 (1.073 retweet)
“1 OKTOBER HARI KESAKTIAN PANCASILA. 1965 Jenderal2 gugur dlm menjaga NKRI dari rongrongan PKI. Pakde sy, Wa Mumuh Muchtar alm, jg gugur dibunuh gerombolan PKI di Subang. Mari kita kirimkan doa kpd semua yg menjadi korban pemberontakan 1965 tsb. Jaga Pancasila kita. Jaga NKRI kita.” - @ridwankamil, 1 Oktober 2018 (894 retweet)

Dilihat dari hashtag, yang banyak digunakan untuk topik PKI, yang muncul secara menonjol yakni #2019TetapAntiPKI, #2019GantiPresiden, dan #2019PrabowoSandi. Hashtags yang kerap digunakan kubu prosisi. Hashtag yang sering digunakan pendukung Jokowi-Ma’ruf juga terlihat cukup sering digunakan meski tidak sebanyak hashtags pendukung oposisi.

Berbeda dengan di Twitter yang lebih banyak membahas mengenai sejarah PKI, di media online lebih banyak membahas “nonton bareng” film G30S PKI yang dilakukan oleh anggota Partai Berkarya. Topik ini nyaris tidak terlihat dibahas di Twitter.

Kesimpulan

Dari data tersebut, ada beberapa kesimpulan yang bisa ditarik.

(1) Pemberitaan di media online yang menonjol di samping tentang bahaya PKI, juga tentang acara nonton bareng film G30S/PKI, sementara percakapan di media sosial Twitter pembicaraan terkait PKI meluas kepada sejarah dari G30S/PKI.

(2) Dari segi hashtag, hashtags yang dipakai untuk membahas topik PKI di antaranya ada hashtag yang menggambarkan konstestasi Pilpres. Isu G30S/PKI masih menjadi salah satu isu politik yang akan dibawa untuk pemilu 2019 mendatang, terutama di jagad media sosial.

(3) Dari  percakapan di Twitter, PKI masih digambarkan sebagai momok bagi warga Indonesia. Narasi “luka” yang ditinggalkan oleh PKI pada Indonesia menjadi bagian cerita dari momok tersebut.

(4) Namun, ada satu hal yang menarik. Sharing percakapan dan informasi yang beredar tentang PKI tidak lagi dengan narasi tunggal. Muncul percakapan dan cerita lain seperti sejarah pemberantasan PKI yang jarang diungkapkan. Bahkan, hal ini cukup mendapat respons tinggi dari netizen seperti tampak dari akun @potretlawas yang mendapatkan 2.801 retweet dengan menceritakan kisah para terduga simpatisan PKI yang berada di dalam lubang galian di Boyolali pada tahun 1965. Akun tersebut menceritakan dengan ringkas apa yang terjadi pada orang-orang tersebut melalui seutas topik pembicaraan. Fakta bahwa akun dan twit tersebut paling banyak dibagikan menunjukkan setidaknya sebagian rakyat Indonesia yang diwakili oleh warganet mulai mencoba mendengarkan paparan sejarah yang tidak bersifat narasi tunggal (satu narasi).