Penangkapan Robertus Robet: Ancaman Bagi Demokrasi?
Oleh: Ismail Fahmi
Diberitakan oleh Tirto bahwa aktivis sekaligus dosen sosiologi di Universitas Negeri Jakarta (UNJ), Robertus Robet, ditangkap polisi, Kamis (7/3/2019) dini hari. Dia ditangkap karena dianggap melanggar UU ITE ketika bernyanyi dalam Aksi Kamisan di Monas, Jakarta, 28 Februari lalu. Berdasarkan Surat Perintah Penangkapan No: SPKap/25/III/2019/Dittipidsiber, Robet tak hanya disangkakan Pasal 45 A ayat (2) Jo 28 ayat (2) UU ITE, tapi juga Pasal 14 ayat (2) Jo Pasal 15 UU 1/1946 dan/atau Pasal 207 KUHP).
Nyanyian yang dipermasalahkan adalah gubahan dari lagu Mars ABRI (sekarang TNI) yang populer di kalangan aktivis reformasi 1998. Liriknya begini: Angkatan Bersenjata Republik Indonesia / tidak berguna / bubarkan saja / diganti Menwa (Resimen Mahasiswa) / kalau perlu diganti Pramuka.
Sebelum bernyanyi itu, Robet terlebih dulu bilang: “untuk hari ini saya mengajak semua teman-teman muda di sini untuk mengingat satu lagu tahun 1998, ketika reformasi digulirkan.” Videonya kemudian viral di dunia maya.
Kamisan pada pekan itu sendiri (pekan ke-576) mengangkat tema tolak dwifungsi TNI. Mereka menolak usulan menempatkan TNI di instansi-instansi sipil. Orasi/nyanyian Robet masih selaras dengan tema tersebut.
Bagaimana respons publik di media sosial terhadap penangkapan ini?
Penangkapan Robertus Robet menjadi perbincangan hangat di Twitter. Dari trending topic Twitter hari ini, nama Robertus Robet dan tagar #BebaskanRobet nangkring di sana. Selain itu, ada dua kata lain yang ikut populer: UU ITE dan ABRI.
Kita akan lihat bagimana top influencers menyikapi penangkapan Robet ini. Tampak ada kegamangan di sana.
DATA SETTING
Untuk menangkap percakapan itu, Drone Emprit menggunakan kata kunci ‘Robet, TNI, ABRI’ yang difilter dengan: robet, kamisan, abri, lagu, mars, song, ite. Percakapan yang tidak relevan dengan kasus ini dibuang dari data.
TREN DAN VOLUME
Kalau dilihat dari tren, percakapan ini mulai ramai sejak tanggal 6 Maret 2019. Situs Suaranasional membuat artikel berjudul “Ubah Lagu Mars ABRI, Lieus Sungkharisma: Robertus Robert Hina TNI & Harus Ditindak.” Artikel ini lalu dishare oleh J.S. Prabowo yang melaporkan dan mempertanyakan ke @Puspen_TNI, apakah bisa dikategorikan sebagai “ujaran kebencian.”
Lalu tren mulai naik tanggal 7 Maret 2019, sejak pagi, setelah ada berita dari Tirto bahwa Robertus Robet, ditangkap polisi, Kamis (7/3/2019) dini hari. Percakapan naik terus, puncaknya pukul 12 siang, dan hingga malam volume percakapan masih tinggi.
Total percakapan sebanyak 37 ribu di Twitter, dan 1300 di media online. Interaction rate dari percakapan di Twitter cukup tinggi, yaitu 5.26. Ini menandakan percakapan tentang Robet dilakukan secara otentik oleh akun-akun riil.
SNA
Dari peta SNA tampak hanya ada satu cluster besar yang didominasi oleh para aktivis LSM. Para top influencer dari kedua kubu 01 dan 02 berada di pinggirannya. Dan yang paling banyak bersuara adalah mereka dari kalangan aktivis seperti @Dandhy_Laksono, @amnestyindo, @rivanlee, @andreasharsono, @walhinasional. Influencer dari kubu 01 seperti @na_dirs, @sahal_AS, @takviri, dan @digembokASLI. Dan influencer dari kubu 02 seperti @Dahnilanzar, @eae18, @KingsViral. Akun media @TirtoID menjadi media yang paling banyak dirujuk terkait isu ini.
Menyatunya para influencer dan follower dari kedua kubu dengan para aktivis dan LSM berada di tengah di antara mereka, memperlihatkan bahwa para follower 01 dan 02 banyak yang sepakat dengan opini dari para aktivis tersebut. Sepakat ini ditandai dengan mereka meretweet cuitan para aktivis, selain meretweet cuitan dari influencer mereka masing-masing.
NARASI
Dari daftar cuitan yang paling banyak mendapat retweet, lima terbanyak berasal dari aktivis dan LSM seperti @Dandhy_Laksono, @na_dirs, dan @amnestyindo. @TirtoID sebagai akun media mendapatkan retweet yang terbanyak di banding media lain.
Narasi yang berkembang bisa dikelompokkan ke dalam tiga kategori, yaitu yang mengkritik penangkapan, mendukung, dan response TNI. Mayoritas narasi adalah mengkritik, bahkan menolak penangkapan dan menutut Robet segera dibebaskan.
MENOLAK PENANGKAPAN
Berikut ini beberapa narasi yang mengkritik dan terbanyak mendapat retweet, baik dari aktivis, LSM, maupun influencer kedua kubu 01 dan 02:
@Dandhy_Laksono: Ribuan orang menyanyikan lagu plesetan "Mars ABRI" ini saat Reformasi 1998. Satu orang menyanyikan ulang, 21 tahun kemudian dan ditangkap. 1. ABRI sudah ganti jadi TNI. 2. Jika TNI tersinggung, berarti mereka mengaku sama dengan ABRI (Orde Baru). -- 7/Mar/2019 06:44 WIB
@KontraS: Dari sini kita bisa paham, tuduhan kepada Robet dan pasal-pasal yang disangkakan padanya tidak tepat. #BebaskanRobet -- 7/Mar/2019 14:09 WIB
@amnestyindo: [BREAKING] Mari desak Polri untuk segera membebaskan Robet dengan me-retweet thread kami, mention @DivHumas_Polri, dan gunakan hashtag #BebaskanRobet. 7-- /Mar/2019 03:16 WIB
@na_dirs: Nyanyi mengkritik ABRI jaman orba ditangkap. Yang nyabu malah bebas. Mosok kesimpulannya mending nyabu daripada jadi aktivis? Kan gawat.... 😰 TNI/POLRI jangan baperan gini dong ah 🙏 -- 7/Mar/2019 08:48 WIB
@ulil: Baik yg mendukung Jokowi atau Prabowo, mari bersuara sama: Tolak penangkapan Robertus Robet. Ini sudah melampui urusan Pilpres. Ini urusan pelanggaran atas hak2 sipil yg dilindungi konstitusi. -- 7/Mar/2019
@elisa_jkt: Hanya beda beberapa jam, keduanya dijemput paksa polisi dgn alasan UU ITE. Yg pertama, nelayan, mengeluhkan soal dampak pembangunan jembatan PIK2 ke Pulau Palsu C. Yg kedua, dosen, kritik thd rencana revisi UU TNI. Bebaskan keduanya! -- 7/Mar/2019 10:51 WIB 9:41
@sahaL_AS: Saya protes keras atas tindakan Polri menangkap @Republik_Baru. Ini bahaya bagi demokrasi! Twit @marierteman yg mengkriminalkan Robet jg hrs ditolak keras. Plesetan mars tentara tsb dinyanyikan banyak orang di era reformasi. Bebaskan Robertus Robet skrg jg!! -- 7/Mar/2019 09:17 WIB
@Dahnilanzar: Setahu saya, apa yg disampaikan @Republik_Baru adl pesan untuk mengingatkan ada masa ketika lagu itu dikumandangkan untuk melawan dwifungsi ABRI saat itu, dan Robet mengakui bahwa salah satu reformasi yg paling sukses saat ini adl Reformasi TNI, jng tarik lagi TNI kemasa itu. -- 7/Mar/2019 10:04 WIB
MENDUKUNG PENANGKAPAN
Sedangkan narasi yang mendukung penangkapan Robet juga berasal dari kedua kubu 01 dan 02. Mereka sepertinya gamang, antara menolak hadirnya kembali Dwifungsi TNI, dengan perlunya menjaga marwah TNI.
@eae18 Era: pemerintahan Pak @jokowi, TNI sering dilecehkan terus. Saya sebagai warga sipil merasa tersinggung. Kok tersinggung? Ya karena muruah TNI direndahkan. TNI itu benteng akhir keamanan negara dan bangsa. @Puspen_TNI -- 7/Mar/2019 16:30 WIB
@reftyWF: Tangkap dan Adili MANUSIA yg tak berguna ini. Membuat profokasi dan mencoreng nama baik TNI. Mau jadi apa Indonesia kalau mreka terus mnginjak" hrga diri TNI Lagu kelanjutan nya terlalu sensitif.. Nah berarti lagu nya memang ada d buat dan panjang. #SemuaJadiSaksi -- 6/Mar/2019 14:26 WIB
@digembokASLI: Bentar... Sebelum lanjut #HTIBangsat Ada juga nih AKTIVIS TUA BANGKA YANG LEBIH BANGSAT Namanya Dr. Robertus Robet Temennya Rocky Gerung Lagu keren pas masih ada dwi fungsi TNI Lah sekarang kenapa dipake lagi? Mau Nantangin? Atau biar kelihatan keren aja -- 6/Mar/2019 21:12 WIB
@permadiaktivis: maaf yai @sahaL_AS , saya dukung @Puspen_TNI @DivHumas_Polri proses @Republik_Baru. apapun konteksnya, melecehkan mars TNI "TNI tidak berguna" itu terlalu. bisa dimaklumi @marierteman tidak terima. Kita juga tidak terima jika ada yg pelesetkan "Yalal wathon" buat hina NU kan? 😊 -- 7/Mar/2019 11:26 WIB
DARI LUAR NEGERI
Kritikan juga datang dari publik luar negeri, seperti di bawah ini:
@iwilson69: If singing a protest song about ABRI from the New Order era gets you arrested in 2019, what does that tell you about the role of the TNI in 2019? -- 7/Mar/2019 08:16 WIB
@_DaveMcRae_: Deeply concerned to hear of the arrest last night in Jakarta of my friend & research partner Dr Robertus Robet. I fully support calls by @amnestyindo & other Indonesian organisations for his immediate release. #BebaskanRobet -- 7/Mar/2019 07:26 WIB
@waltonkate: Shocked to wake up and hear that Robertus Robet has been arrested under UU ITE for allegedly slandering the armed forces. I have many thoughts about why UU ITE has been used and not another law, and how boundaries are being blurred between online and offline activities. -- 7/Mar/2019 08:54 WIB
@stepvaessen: University lecturer and activist Robertus Robet has been arrested in Indonesia after he sang a song thousands of students sang in 1998 during protests against president Soeharto and the military. Even then nobody was arrested for singing it! #bagaimanareformasinih -- 7/Mar/2019 11:18 WIB
RESPONS TNI
Bagaimana dengan TNI? Ternyata TNI secara resmi, serta mantan anggota TNI memberi response yang simpatik, tidak baper, dan menyatakan tidak tersinggung.
@EvanLaksmana: Kapuspen TNI: "orasi Pak Robet merupakan masukan berharga untuk membangun kapasitas TNI...orasi itu tidak membahas TNI saat ini, namun lebih kepada kritik terhadap ABRI pada masa Orde Baru...TNI tak akan mengambil sikap apa-apa terhadap Robet." -- 7/Mar/2019 13:25 WIB
@OssyDermawan: Saya mantan Prajurit TNI dan saya pribadi tidak melihat niat buruk bung Robertus Robet dalam menghina TNI. Tidak semua masalah bangsa dpt diselesaikan dgn main “tangkap”. Sisakan sedikit utk ruang diskusi dan dialog dgn rakyat. For the sake of democracy, #BebaskanRobet -- 7/Mar/2019 12:22 WIB
HASTAGS
Tagar #BebaskanRobet paling banyak digunakan dalam percakapan ini. Berikutnya adalah #TolakDwifungsiTNI, #AksiKamisan, #DaruratDemokrasi, #TNIKeren serta tagar dari salah satu kubu seperti #CapresPencitraanKelautAje, #2019PrabowoPersidenRI.
TOPIC MAP
Topik berita dari media online memiliki narasi berikut: "penangkapan berlebihan," "mengancam demokrasi," dan "menuntut pembebasan.” Secara umum, opini yang berkembang ini memberi tekanan besar agar tuntutan terhadap Robet dihentikan atau citra rezim sekarang seperti ORBA akan kuat.
Dalam satu hari, kita bisa lihat tren dan kronologi berita di media online tentang Robet. Mulai penangkapan, protes dari publik dan aktivis, permintaan maaf Robet, dan akhirnya Polisi melepas Robet. Meski sudah dilepas, namun proses hukum akan tetap dijalankan. Hal ini membuat para aktivis terus berjuang agar Robet benar-benar dibebaskan dari semua proses hukum, karena mereka menilai proses ini bisa mengancam demokrasi.
ANALISIS
Pandangan para influencer di kedua kubu, khsusunya kubu 02, tampaknya menghadapi kegamangan tersendiri. Di satu sisi mereka melihat Robet ini menyuarakan agenda yang sama dengan yang mereka angkat, yaitu anti lahirnya dwifungsi TNI kembali.
Namun, sebagian dari mereka melihat ada orang yang diduga tokoh PKI berada di balik demo ini. Hal ini disampaikan oleh cuitan berikut:
@BlackDe15181003: #TERCIDUK!!! Ternyata Yg lagi viral menyanyi lagu yg hina2 TNI di belakangnya tak lain si PKI tua laknat "Bedjo Untung" Pantesan bernyali sekali hina TNI
😤😤😤 -- 7/Mar/2019 01:29 WIB
@PanglimaHansip: Di balik viralnya video nyanyian seorang dosen yg menghina TNI, tahukah kalian di antara salah satu peserta aksi ada yg di lingkari merah, kalian tahu siapa dia?? Yaa, dia adalah Bejo untung tokoh PKI 65,APAKAH KALIAN MAU SATU KUBU DENGAN PKI? #CapresPencitraanKelautAje -- 7/Mar/2019 20:11 WIB
Jika para aktivis seperti Dahnil turut mengecam Robet, maka BPN akan dianggap turut mendukung lahirnya ABRI atau ORBA kembali. Kegamangan ini tampak dari pernyataan Dahnil yang relatif tidak frontal menuntut pembebasan Robet. Dia lebih menekankan pada pengertian bahwa Robet berniat baik, membantu TNI agar tidak kembali seperti jaman ORBA. Tampaknya kegamangan ini menimbulkan perbedaan pendapat di kalangan 02.
Selain di kubu 02, pendukung kubu 01 juga berbeda pendapat. Jika Sahal AS jelas-jelas menolak penangkapan dan menuntut agar Robet dilepas, ternyata tidak demikian halnya dengan Permadi. Dia tidak sepakat dengan Sahal, karena bagaimanapun menurutnya Robet telah melecehkan TNI dengan ungkapan “TNI tidak berguna.” Permadi bahkan sepakat dengan JS Prabowo dari kubu 02 yang juga tidak terima dengan pelecehan ini.
Pro dan kontra ini secara umum masih dimenangkan oleh opini para aktivis dan LSM, serta para influencer dari kedua kubu, yang melihat akan terjadinya “ancaman bagi demokrasi” jika Robet dilanjutkan prosesnya. Tekanan kepada penegak hukum sangat kuat, dan sentimen negatif juga disematkan kepada rezim Jokowi jika ini terjadi.
Jika melihat konteks secara lengkap dari orasi Robet, tidak ada yang salah. Bahkan Robet mendukung TNI agar tetap profesional. Solusi yang paling baik buat ”demokrasi” dan bagi rezim Jokowi adalah dengan membebaskan Robet.
Hal ini sebenarnya juga didukung oleh response TNI sendiri, yang tidak akan mempermasalahkan orasi Robet. Bahkan TNI menganggap orasi itu sebagai masukan berharga bagi TNI. TNI telah menunjukkan profesionalitas dan kestabilan “emosi” nya.
CLOSING
Kita dukung TNI tetap profesional, sebagai penjaga benteng pertahanan bangsa yang netral dan hanya berpihak kepada NKRI. Kita juga dukung agar demokrasi dan kebebasan berpendapat tetap mendapat mimbarnya di negeri ini.