Oleh: Ismail Fahmi

Tanggal 10 Oktober kemarin kita dikejutkan oleh peristiwa penyerangan oleh orang tak dikenal terhadap Menko Polhukam Wiranto. Bagaimana warganet menanggapi peristiwa ini?

TREN DAN VOLUME

Sebelum kejadian itu, sudah ada isu lain yang lagi ramai, yaitu soal sikap Arteria Dahlan kepada Prof Emil Salim dalam acara @MataNajwa. Dari grafik tren, tampak jelas percakapan tentang Arteria dan Emil Salim langsung turun drastis ketika percakapan 'Wiranto' naik tiba-tiba.

Dalam dua hari ini, meski 'Wiranto' muncul belakangan, namun total volume percakapannya sudah mengalahkan isu 'Arteria'. Perhatian media online juga lebih besar terhadap isu 'Wiranto' dibanding yang lain.

Khusus percakapan tentang 'Wiranto', data yang tertangkap paling besar adalah dari Twitter, lalu Online News, Facebook, Youtube, dan IG.

SNA

Peta SNA percakapan 'Wiranto' di Twitter memperlihatkan ada 4 kelompok besar akun. Keempatnya tampak saling berdekatan, tidak terlalu jelas polarisasinya.   Yaitu: Pro Pemerintah, Pro Oposisi, cenderung Non Blok, dan klaster Media sebagai 'penengah'.

Media tampak banyak mendapat retweet dari ketiga kluster lain, sehingga semua klaster tampak menyatu. Hal ini menandakan, publik sangat tergantung media untuk mendapatkan informasi terkait penyerangan kepada Pak Wiranto.

Dari top 5 influencer, media @detikcom nomor satu. Lalu ada akun dalam klaster pro pemerintah, oposisi, dan non blok dalam daftar ini. Ini memperlihatkan, percakapan tentang 'Wiranto' tidak didominasi oleh satu klaster saja. Semua relatif sama besar keterlibatannya.

Selengkapnya, top 50 influencer bisa dilihat di daftar ini. Mungkin ada nama Anda di sana? Kebanyakan diisi oleh para top influencer dari semua klaster.

Top narasi yang paling disukai di Twitter bisa dilihat di bawah ini. Narasi dari semua klaster bisa dilihat di sana.

HASHTAGS

Kalau melihat top hashtags di Twitter tentang 'Wiranto', narasi yang paling besar adalah #LawanTeroris. Menandakan adanya dugaan teroris #ISIS di balik serangan ini. Namun, warganet punya narasi lain: #NARUTO, #kunai, #Akatsuki. Mereka salah fokus setelah melihat senjatanya.

Tagar #SinetronBasi juga muncul, menandakan sebagian warganet tidak percaya bahwa penyerangan ini asli tanpa rekayasa. Namun sebaliknya jika ini asli, mereka menganggap #BINKebobolan.

Apakah percakapan warganet tentang 'Wiranto' ini natural? Drone Emprit punya fitur baru, bekerjasama dengan @Botometer untuk mengukur "bot score" dari akun-akun Twitter. Hasilnya, overall score 1.72, menandakan percakapan ini natural.

Dalam dua hari ini, foto yang banyak di-retweet adalah gambar penyerang yang sudah tertangkap, screenshot berita, foto Pak Wiranto yang terluka, dan juga senjata Kunai yang digunakan.

Video yang paling banyak di-share di Twitter adalah video saat penyerangan terjadi. Juga video respons Pak Jokowi atas peristiwa ini, baik yang 'joke' maupun asli.

Untuk berita dalam gambar, Instagram yang paling ramai. Gambar yang di-share di Twitter, dan screenshot berita media online, banyak disebar di IG, dan mendapat respons yang sangat besar. Yang paling populer adalah gambar Kunai.

Sedangkan di YouTube, cuplikan berita dari @KompasTV yang sementara ini mendapat view paling banyak. Video saat penusukan terjadi yang paling populer.

Bagaimana dengan media online?  Saat analisis ini dibuat (11 Okt Pagi), berita tentang 'Wiranto' menjadi agenda utama. Lalu ada juga 'Arteria Dahlan' di posisi keempat. Isu yang diangkat media tampak beragam.

Khusus tentang 'Wiranto', topik yang paling banyak muncul adalah Pandeglang, Jokowi, Medan, Polri, ISIS, JAD Bekasi, Kapolsek Menes, dan ada juga Krisdayanti. Contoh headline terakhir masing-masing topik bisa dilihat di topic map ini.

Topic map ini di-zoom ini ke 'JAD', kita lihat topik-topik yang relevan, seperti JAD Bekasi, JAD Kediri, Abu Rara, Bupati Pandeglang, dst.

CLOSING  

Apakah peristiwa penyerangan ini otentik atau direkayasa? Drone Emprit tidak tahu, dan tidak dalam fungsi untuk mendapatkan fakta. DE hanya menampilkan potret percakapan.  Buat netizen, sebaiknya fokus pada peristiwa, bukan membuat asumsi yang bisa merugikan diri sendiri.