Oleh: Windo W.

Pernyataan Presiden Jokowi tentang politikus sontoloyo—yang bermula pada 23 Oktober lalu saat pembagian 5.000 Sertifikat Hak atas Tanah untuk warga Jakarta Selatan—ternyata menuai kontroversi. Kendati Jokowi menjelaskan kembali di hari berikutnya bahwa ia kelepasan menyebut istilah tersebut lantaran jengkel dengan politik kebohongan yang muncul di publik, alih-alih mereda, pro kontra terkait pernyataan itu malah kian meninggi.

Dari pantaun Drone Emprit (DE), sejak Jokowi menyampaikan pernyataan politikus sontoloyo tersebut (23/8), pemberitaan di media online dan percakapan publik di media sosial terkait topik ini terus menanjak dalam dua hari terakhir (24-25 Oktober). Volume (berdasarkan mentions) baik di  media online maupun di sosial (khususnya Twitter) terhitung cukup tinggi. Di media online, sepanjang tanggal 23 hingga 25 Oktober terdapat 2.044 mentions, sedangkan di media sosial dalam kurun yang sama terdapat 79.909 mentions.

Selain memantau volume dan tren, DE juga memonitor pemberitaan dan percakapan yang berkembang terkait pernyataan Presiden Jokowi yang memantik pro-kontra itu. Monitoring tersebut dilakukan dengan menggunakan kata kunci: sontoloyo, dalam rentang waktu 23 hingga 25 Oktober 2018 di media online dan media sosial. Kali ini, monitoring dilakukan untuk mencari tahu seperti apa respons pihak kubu petahana dan juga kubu oposisi menanggapi pernyataan Presiden Jokowi yang menuai pro-kontra tersebut. Dari respons tersebut, asosiasi dan atribusi seperti apa yang muncul dari kubu petahana/pemerintah dan kubu oposisi untuk Jokowi pasca pernyataan politikus sontoloyo tersebut? Dari data yang ditemukan itu, seperti apa lalu kita 'membacanya'?

DATA

Kanal Media Online

Dari pantauan DE, ada beragam media online yang memberitakan pernyataan ‘politikus sontoloyo’ dari Jokowi yang menuai pro-kontra tersebut. Di antaranya detik.com, wartaekonomi.com, okezone.com, merdeka.com, nasional.kompas.com, viva.co.id, nasional.tempo.com, jitunews.com, jpnn.com,  dll.  Daftar media online berdasarkan jumlah artikel yang paling banyak dimuat terkait pernyataan Jokowi tentang politikus sontoloyo itu ditampilkan di bawah berikut.

Untuk mengetahui seperti apa pernyataan politikus sontoloyo diasosiasikan baik oleh kubu petahana maupun oposisi, DE melacak artikel-artikel yang dimuat di sejumlah media online tersebut dan apa asosiasi yang dibangun oleh kedua kubu sehubungan dengan pernyataan politikus sontoloyo yang diungkap oleh Presiden Jokowi beberapa hari lalu. Tentu, dari daftar media online yang ditampilkan di Sites di atas, ada yang memunculkan subjek dan berita yang serupa. Agar tidak terjadi pengulangan, sejumlah berita yang sama yang telah terdapat di artikel dari media online berbeda tidak dimunculkan lagi.

Hasil dari pencarian DE, dari kubu petahana/pemerintah, politikus sontoloyo diasosiasikan beragam. Ada yang mengasosiasikannya sebagai elite politik yang suka menyebar hoaks, yang memecah demi berkuasa, yang menghalangi pemerintah untuk menyejahterakan rakyat, hingga manipulatif. Asosiasi ini hampir sama dengan asosiasi yang dimunculkan oleh Jokowi saat menjelaskan maksud pernyataannya tentang politisi sontoloyo. Di bawah ditampilkan pernyataan dari kubu petahana/pemerintah terkait politikus sontoloyo, yang mengacu seperti apa asosiasi politikus sontoloyo yang dimaksud oleh kubu petahana (seperti sudah disampaikan barusan).

Dari kubu oposisi, politikus sontoloyo diasosiasikan dengan cara berbeda dari kubu petahana. Politikus sontoloyo diasosiasikan kubu oposisi sebagai yang suka bohong dan ingkar janji setelah jadi presiden, juru kampanye Jokowi yang ditangkap KPK, dan yang ngotot minta dana kelurahan. Asosiasi politikus sontoloyo ini tampak merujuk ke Jokowi. Pernyataan-peryataan dari kubu oposisi ditampilkan di bawah berikut yang menunjukkan seperti apa asosiasi politikus sontoloyo yang mereka bentuk.

Jika di atas adalah soal asosiasi politikus sontoloyo yang dibangun baik oleh kubu petahana maupun oposisi, kini bagaimana atribusi yang dilekatkan kepada Jokowi—baik oleh pendukung petahana maupun oleh kubu oposisi—setelah pernyataan politikus sontoloyo yang dilontarkan Jokowi itu? DE juga akan melihat berdasarkan pernyataan-pernyataan dari kubu masing-masing yang muncul di pemberitaan (media online).

Dari kubu petahana, beragam atribusi muncul untuk Jokowi pasca pernyataan politikus sontoloyo tersebut. Jokowi tidak salah, tegas, korban hoaks, dan penyabar adalah di antara atribusi yang muncul pada Jokowi. Secara implisit atau eksplisit, ini tercermin dari tanggapan kubu pro petahana seperti ditampilkan di bawah berikut.

Atribusi lain yang muncul untuk Jokowi pasca pernyataan politisi sontoloyo adalah Jokowi punya keprihatinan/kegusaran/kegeraman terhadap politisi-politisi yang tidak baik; alih-alih berkontribusi, justru mereka hanya mengkritik. Ini tercermin dari sejumlah pernyataan atau tanggapan dari kubu petahana seperti ditampilkan di bawah berikut.

Selain yang disebut di atas, ada juga atribusi lain untuk Jokowi dari kubu petahana. Di antaranya Jokowi dilekatkan dengan Soekarno (yang juga pernah menggunakan ungkapan sontoloyo), pribadi yang menjunjung keadaban/kesantunan, pihak yang tidak menuding pihak luar tapi justru sedang mengingatkan jajarannya. Secara implisit dan eksplisit, ini tampak dari sejumlah pernyataan kubu petahana seperti ditampilkan di bawah berikut.

Bila tadi adalah atribusi yang dimunculkan oleh pendukung petahana, sekarang dari kubu oposisi. Dari kubu oposisi, muncul atribusi-atribusi kepada Jokowi pasca pernyataan kontroversialnya tersebut. Pencitraan, pemicu gaduh, dan pribadi yang lemah adalah di antaranya. Ini seperti tercermin dari tanggapan kubu oposisi pasca pernyataan Jokowi tersebut seperti yang dimuat di pemberitaan yang ditampilkan di bawah berikut.

Selain itu, juga muncul atribusi lain seperti: tidak mendidik, kasar, dan bisa salah. Ini tercermin baik implisit maupun eksplisit dari pernyataan kubu oposisi seperti ditampilkan di bawah ini.

Atribusi lain muncul pula dari pihak kubu oposisi kepada Jokowi pasca pernyataan politisi sontoloyo tersebut. Artibusi itu yaitu anti kritik. Ini tercermin dari pernyataan kubu oposisi seperti yang ditampilkan di bawah berikut.

Kanal Media Sosial

Sekarang DE akan melihat bagaimana asosiasi yang muncul di media sosial (Twitter) dan seperti apa pula atribusi yang dilekatkan kepada Jokowi pasca pernyataan politikus sontoloyo tersebut baik dari pihak pendukung petahana maupun oposisi. Untuk melihat ini, DE mengacu ke most retweet statuses.

Most retweet statuses merupakan twit-twit dari sejumlah akun yang memperoleh retweet terbanyak dalam topik perbincangan yang sama—dalam hal ini adalah soal pernyataan Jokowi tentang politikus sontoloyo. Akun-akun yang memperoleh retweet terbanyak itu dapat dimaknai juga sebagai key opinion leaders (KOL). Twit dari KOL ini menjadi dasar untuk mencari tahu seperti apa asosiasi politikus sontoloyo yang muncul dan bagaimana atribusi yang dilekatkan kepada Jokowi baik dari pro petahana/pemerintah maupun dari pihak kontra atau oposisi.

Jika dikelompokkan, dari daftar most retweet statuses tersebut, ada tiga tipe akun (users) yang muncul.

Pertama, akun-akun yang mengkritik pernyataan Jokowi tentang politisi sontoloyo. Mereka umumnya merupakan pihak kontra Jokowi atau oposisi (di daftar most retweet statuses, DE menandai dengan kotak berwarna biru muda).

Kedua, akun-akun yang mendukung pernyataan Jokowi, yang merupakan akun-akun pro petahana/pemerintah (di daftar most retweet statuses, akun-akun ini ditandai dengan kotak berwarna merah).

Ketiga, akun-akun yang membuat polling mana yang lebih pantas disebut sebagai politikus sontoloyo: petahana atau oposisi (di daftar mostretweet, akun-akun ini ditandai dengan kotak berwarna kuning).

Diihat dari daftar most retweet, akun-akun yang mengkritik pernyataan Jokowi atau dari kubu oposisi lebih banyak muncul dan memiliki klaster yang lebih besar ketimbang kubu pro petahana/pemerintah. Sementara itu, akun-akun polling, walaupun jumlahnya tak seberapa, lebih dekat kepada oposisi. Ini bisa kita lihat di peta SNA.

Lalu, seperti apakah isi twit dari kubu oposisi ataupun kubu pro petahana/pemerintah itu?

Dari isi twit mereka, DE akan melihat seperti apa politikus sontoloyo itu diasosiasikan sekaligus seperti apa Jokowi diatribusikan oleh kedua kubu.

Dari kubu oposisi, ada beragam asosiasi yang dimunculkan. Karena asosiasi politikus sontoloyo itu sebagian besar disasar ke Jokowi, maka dapat dilihat juga dari sana atribusi yang dilekatkan kepada Jokowi pasca penyebutan politikus sontoloyo tersebut.

Pertama, asosiasi politikus sontoloyo itu diacu kepada pemimpin yang tidak adil. Atribusi yang muncul untuk Jokowi kemudian dari asosiasi ini adalah rezim kepemimpinannya merupakan rezim “tebang pilih”: menghantam pengkritik (oposisi). Contohnya seperti twit dari @maspiyuuu dan @aburasyid13.  

@maspiyuuu :
Ahmad Dhani ngomong "IDIOT" jadi Tersangka. Presiden @jokowi ngomong "SONTOLOYO" apakah bakal jadi tersangka? Menurut KBBI: IDIOT bukan kata makian SONTOLOYO kata makian "SONTOLOYO" ADALAH UJARAN KEBENCIAN YG LBH LAYAK TERSANGKA DIBANDING KATA "IDIOT" https://t.co/IQ5CDwHTfa https://t.co/DhMqHbX8DC 25/Oct/2018 05:41 WIB
@aburasyid13 :
Presidennya bilang SONTOLOYO, sekarang menterinya bilang GOBLOK. rezim senang umbar SUMPAH SERAPAH bila dikritik. Giliran bilang IDIOT jadi tersangka, ini serius ? #RezimSontoloyo #2019GantiPresiden #PrabowoSandi #AdilMakmur https://t.co/LpiF2sLClZ
25/Oct/2018 16:12 WIB

Kedua, asosiasi politikus sontoloyo diacu kepada politikus yang tidak menepati janji dan berbohong. Atribusi yang terbangun adalah Jokowi pemimpin yang gagal dan omong besar. Contohnya seperti twit dari @putrabanten80, @Surgabidadari3 dan @fadlizon (yang secara khusus membuat sebuah puisi berjudul sontoloyo).

@putrabanten80:
Sontoloyo itu Politikus yang berjanji kepada rakyat lalu setelah berkuasa dia tidak menepati janji nya.. ~@andre_rosiade~ Setujuuu bangett Bang Andre.. #2019GantiPresiden #PrabowoSandi #AdilMakmur 24/Oct/2018 20:42 WIB
@Surgabidadari3:
Sontoloyo ngibulin rakyat lagi, itu bukan solusi pak. . . #2019GantiPresiden #RezimSontoloyo https://t.co/OWFMP97XzW
24/Oct/2018 19:24 WIB
@fadlizon :
ini puisi terbaru sy berjudul "Sontoloyo" https://t.co/1nFNT50EGm
25/Oct/2018 13:44 WIB

Ketiga, asosiasi politikus sontoloyo diacu kepada politikus yang menuding dan melempar kesalahan kepada pihak lain (untuk menutupi kesalahan diri sendiri). Atribusi yang terbangun dari asosiasi ini adalah Jokowi pemimpin berkarakter “lempar batu sembunyi tangan”. Contohnya seperti twit dari @marierteman dan @Surgabidadari3.

@marierteman :
ini apa lagi ? mbakar bendera gak boleh dipolitisasi, RS bohong bhw dirinya dianiaya, eh koq malah dipolitisasi. sontoloyo ! @bawaslu_RI @PolhukamRI https://t.co/xoSIbuqCqH
25/Oct/2018 08:01 WIB
@marierteman :
sontoloyo ..... bisanya koq ya nyalahin orang lain aja sih pak @jokowi ini, jaman pak Harto jelas, diakui dunia kalau Indonesia mampu mandiri, alias gak import beras @PerumBULOG @kementan @Kemendag   25/Oct/2018 12:13 WIB
@Surgabidadari3 :
Jokowi Sebut Data Beras Berantakan Sejak Era Soeharto Kerja presiden : Ngelesss Berbohong PHP korban gempa.. Sontoloyo ini namanya, ngak berkah ini mang ujang....😊https://t.co/XGNTuHm8M8
25/Oct/2018 10:53 WIB

Keempat, asosiasi politikus sontoloyo diacu kepada pemimpin yang menerbitkan dana kelurahan di bulan-bulan pemilu. Atribusi yang muncul adalah program Jokowi tidak lepas dari politik kepentingan Pilpres. Ini seperti ditwit oleh @jokoedy6.

@jokoedy6 :
Menerbitkan dana lurah di bulan2 pemilu, itu namanya politik sontoloyo. Politik penyuapan terselubung pencitraan. Pakai UU APBN pula, alias tanpa lapak hukum. Dasar sontoloyo. 25/Oct/2018 08:40 WIB

Kelima, asosiasi politikus sontoloyo diacu kepada politikus yang melupakan kebaikan dan berbahasa kasar. Atribusi yang muncul dari asosiasi ini adalah Jokowi pribadi yang minim etik. Contohnya seperti twit dari  @anonLokal, @AzzamIzzulhaq, dan @wentira2.

@anonLokal :
Wiranto pernah dibantu oleh Prabowo Jokowi-Ahok dibantu Prabowo menjadi DKI 1/DKI 2 Rindwan kamil dibantu oleh Prabowo jadi Walkot Bandung Wiranto, Jokowi, Ahok, Ridwan Kamil bersatu mengalahkan Prabowo Lalu, mana yg disebut Politisi SONTOLOYO ? cc @jokowi by ADP 24/Oct/2018 14:17 WIB
@AzzamIzzulhaq :
Pernahkah Presiden Amerika Serikat dlm pernyataan dan atau pidato di depan pu lik dan atau media berkata sh*t, f*ck, *ss h*le, atau kata umpatan atau kasar atau sejenisnya? Ya, karena dia tahu bahwa kata-kata tsb TDK PANTAS diucapkan oleh pemimpin negara di publik. #Sontoloyo 25/Oct/2018 08:23 WIB
@wentira2 :
RAKYAT MULAI TAHU ... siapa pemimpinnya saat ini ,PANTASKAH BAHASA “ SONTOLOYO “ terpapar di ruang PUBLIK dan keluar dari MULUT SEORANG PRESIDEN ? #Sontoloyo dalam bahasa Jawa adalah UMPATAN !! Inilah #RepublikSontoloyo 24/Oct/2018 19:37 WIB

Keenam, asosiasi politikus sontoloyo diacu kepada karakter politikus yang anti kritik. Atribusi yang muncul dari asosiasi ini adalah Jokowi pemimpin yang totaliter (anti kritik). Contoh seperti dari twit @Ferdinand_Haean.

@Ferdinand_Haean :
Politisi sontoloyo? 😂😂😂 iki presiden anti kritik kah? Karakter otoriter? Atau sengaja mau mengadu domba rakyat dengan politisi? Duhhhh pak.. pak... Semoga tdk ada yg bilang hati2 dgn presiden sontoloyo. Sy tak setuju. https://t.co/Xq0cPSNvmw
23/Oct/2018 19:54 WIB

Sementara itu, dari pihak pendukung petahana/pemerintah, asosiasi politikus sontoloyo diacu kepada politikus yang menggunakan narasi tertentu untuk kepentingan politik (kekuasaan). Seperti terlihat dari twit @TheCebongers, @JajangRidwan19 dan @ruhutsitompul.

@TheCebongers :
Ingat...!! Wahai Kalian Politikus Sontoloyo. Republik ini sedang diurus dengan baik.! Republik ini sedang ditata dengan baik.! Janganlah kalian menggunakan politik dan narasi-narasi busuk untuk kepentingan politikmu.!! Sangat tidak bermoral 👊 https://t.co/O8cfXv1xlZ
24/Oct/2018 17:38 WIB

@JajangRidwan19 :
GERAM !! Jokowi Hati hati ada Politikus yg SONTOLOYO Presiden menumpahkan kekesalan nya kepada Politikus yg mengaitkan Program Pemerintah dengan Politik #2019TetapJokowi https://t.co/qGvsh28rdW
23/Oct/2018 22:00 WIB
@ruhutsitompul :
ak Joko Widodo berpesan hati2 dgn Politikus Sontoloyo, utk Rakyat jgn dihubung hubungkan dgn Politik, “Dana Kelurahan itu baik krn sangat Membantu Rakyat, eh ini pendukung Prabowo & Sandi pada Sewot, Ingat Rakyat sudah Sangat Cerdas” hilangkan Penyakit Bohong & Nyinyir MERDEKA.
24/Oct/2018 07:34 WIB

Asosiasi lain yang dimunculkan oleh pro petahana/pemerintah adalah politikus sontoloyo sebagai politikus yang menebar hoaks, politikus yang dipanggil polisi minta Kapolri dicopot, politikus yang menyebut nasi ayam di Indonesia lebih mahal dari Singapura, dan politikus yaang mau nyapres namun tidak punya gagasan kecuali menjelek-jelekin petahana. Ini tampak terang seperti yang disampaikan @permadiaktivis.

@permadiaktivis :
Politikus Sontoloyo itu adalah: 1. Politikus yg konfrensi pers nebar hoax 2. Politikus yg dipanggil polisi minta Kapolri dicopot 3. Politikus yg bilang nasi ayam disini lebih mahal dari Singapur 4. Politikus yg mau nyapres gak punya gagasan kecuali jelek2in petahana #Sontoloyo 😊 25/Oct/2018 08:08 WIB

ANALISIS

Dari data di atas, ada satu kecenderungan yang tampak menonjol. Yaitu, adanya politik biner di balik pro-kontra politikus sontoloyo.

Mari kita perhatikan dari data di media online misalnya. Di media online, seperti yang telah disampaikan sebelumnya, kubu petahana/pemerintah memunculkan asosiasi politikus sontoloyo, yakni elite politik yang suka menyebar hoaks, yang memecah demi berkuasa, dan yang menghalangi pemerintah untuk mensejahterakan rakyat. Hoaks, memecah demi berkuasa, dan menghalangi pemerintah untuk mensejahterakan rakyat menjadi kata kunci untuk mengasosiasikan siapa politikus sontoloyo.

Kata-kata ini jelas bernada negatif (buruk). Bila memperhatikan isu-isu yang mencuat belakangan ini—seperti kasus hoaks Ratna Sarumpaet atau kritik oposisi atas dana kelurahan—asosiasi itu jelas diarahkan untuk kubu oposisi. Asosiasi yang dibangun oleh kubu petahana terkait politikus sontoloyo terang mengarah kepada satu kubu (oposisi). Dengan kata lain, dengan asosiasi itu, citra/persepsi/penilaian yang hendak dibangun: kubu oposisi adalah buruk; sebaliknya, itu tidak terjadi pada petahana/pemerintah (yang justru mencanangkan dana kelurahan dan menjadi “sasaran”/korban dari isu penganiayaan Ratna Sarumpaet yang ternyata adalah hoaks).

Demikian pula politikus sontoloyo yang diasosiasikan oleh kubu oposisi. Asosiasi yang dibangun oposisi terkait politikus sontoloyo adalah suka bohong dan ingkar janji setelah jadi presiden, juru kampanye Jokowi yang ditangkap KPK, dan yang ngotot minta dana kelurahan.

Kata bohong, ingkar janji, ditangkap KPK, dan ngotot adalah kata-kata yang bernada negatif. Kata-kata bernada negatif itu disematkan kepada petahana (Jokowi/pemerintah). Penilaian/persepsi/citra yang hendak dimunculkan: petahana/pemerintah adalah buruk. Oposisi adalah sebaliknya (positif: mengawasi dan mengontrol petahana/pemerintah/kekuasaan).  

Begitu juga pabila kita memperhatikan atribusi yang disematkan kepada Jokowi menyangkut pro kontra pernyataan politikus sontoloyo. Di pihak kubu petahana, Jokowi diatribusikan: tegas, korban hoaks, penyabar, punya keprihatinan, menjunjung keadaban. Citra/penggambaran yang dibangun dari atribusi ini adalah nilai-nilai positif (yang disandingkan pada Jokowi). Sementara di pihak oposisi sebaliknya. Jokowi: pencitraan, tukang gaduh, tidak mendidik, kontrol diri lemah, kasar, bisa salah, anti kritik. Citra yang dibangun adalah nilai-nilai negatif.

Dari atribusi itu, ada pertarungan untuk melabel siapa/pihak yang positif (baik) dan negatif (buruk). Politik biner terjadi dari pertarungan itu: meletakan diri dalam kotak positif (baik), sedangkan kubu lain diletakan dalam kotak antonimnya: negatif (buruk).

Situasi yang sama dapat dijumpai di percakapan media sosial (Twitter). Kendati di percakapan media sosial didominasi oleh kubu oposisi (seperti tampak di peta SNA), politik biner itu juga bekerja di balik twit-twit dari kubu oposisi ataupun pendukung petahana.

Sejumlah twit kubu oposisi menggambarkan Jokowi misalnya—lewat pernyataan terkait politisi sontoloyo—sebagai politikus yang tidak menepati janji dan berbohong, politikus yang menuding dan melempar kesalahan kepada pihak lain (untuk menutupi kesalahan diri sendiri), politikus yang berbahasa kasar, politikus yang anti kritik, dan hal-hal negatif lainnya.

Sementara itu, dari pendukung petahana/pemerintah, Jokowi diasosiasikan sangat positif, sebaliknya kubu oposisi dilokalisir dalam nada negatif (buruk) seperti asosiasi politikus sontoloyo yang dibangun oleh kubu petahana, yakni politikus sontoloyo itu menggunakan narasi tertentu untuk kepentingan politik (kekuasaan), politikus yang menebar hoaks, politikus yang menyebut nasi ayam di Indonesia lebih mahal dari Singapura, dan politikus yang mau nyapres tapi tidak punya gagasan kecuali menjelek-jelekin petahana (menyerang Prabowo-Sandi).

Ada politik biner--positif (baik) disematkan kepada pihak sendiri sementara negatif (buruk) kepada pihak lawan)--yang bekerja di balik asosiasi dan atribusi yang dibangun oleh masing-masing kubu tersebut baik yang terungkap secara eksplisit maupun implisit.  

CLOSING

Politik biner ini—seperti yang disampaikan di atas—sebetulnya juga terjadi dalam pro-kontra terkait isu lain, hampir sepanjang masa kampanye ini.

Ada hal yang perlu diperhatikan bersama jika politik biner ini terus mewarnai perpolitikan kita. Yaitu, ia mematikan objektivitas dan daya kritis. Seakan yang baik/positif/ hanya ada di satu pihak, sedangkan pihak lain bersifat sebaliknya. Akibatnya, publik justru tidak disuguhkan atau mendapatkan informasi yang jernih dan objektif. Padahal, informasi yang jernih dan objektif amat dibutuhkan oleh publik agar partisipasi dan pilihan politik mereka lahir dan tergerak dari kejernihan, bukan manipulasi atau glorifikasi.

Oleh karena itu, kedua belah pihak, baik pendukung petahana/pemerintah maupun oposisi perlu membuka ruang pemikiran baru.

Bagi pendukung petahana/pemerintah jangan sampai menihilkan objektivitas dan daya kritis sehingga semua yang dilakukan oleh pemerintah saat ini seakan semua dinilai benar atau tepat 100 persen, padahal boleh jadi ada variabel yang tidak selaras dengan janji kampanye. Demikian juga, bagi oposisi, silakan mengkritik karena itu dibutuhkan dalam negeri yang sedang membangun demokrasi. Namun, kritikan tersebut jangan sampai membuat oposisi menutup mata atas pencapaian-pencapaian program yang sudah dilakukan oleh pemerintah. Berpikir adil, itu yang harus dilakukan oleh kedua kubu! Bila tidak, boleh jadi, kedua belah pihak adalah 'politikus sontoloyo'.