PUBLIK MERESPONS NEGATIF HASIL INVESTIGASI TPF

Oleh Windo W

Rabu kemarin, 17 Juli 2019, dalam konferensi pers di Mabes Polri, Tim Pencari Fakta (TPF) membacakan fakta-fakta kasus dugaan teror penyiraman air keras terhadap penyidik senior KPK, Novel Baswedan. Ada delapan poin yang disampaikan. Di antaranya merekomendasikan Polri untuk menyelidiki tiga orang tak dikenal yang diduga kuat terlibat serta membentuk tim teknis lapangan untuk penyelidikan lebih lanjut. Selain itu, juga ada keterangan dari TPF kasus Novel bahwa ada kemungkinan teror yang dialami Novel dilakukan sebagai serangan balik akibat penanganan kasus yang dilakukan Novel dengan penggunaan kewenangan berlebihan.

Bagaimana publik merespons hasil investigasi TPF atas kasus Novel tersebut?

Untuk mengetahui itu, DE memonitor percakapan publik di media sosial, khususnya yang ditangkap dari Twitter. Untuk mengumpulkan data percakapan, DE menggunakan keyword: ‘novel’, difilter dengan kata kunci: TPF, TGPF, tim pencari fakta, dan tim gabungan pencari fakta. Rentang waktu penarikan data seminggu terakhir, 12-19 Juli 2019.

VOLUME DAN TREN

Dari data percakapan yang dikumpulkan, volume percakapan yang berhasil ditarik sebannyak 8.230 twit. Bagaimana pola tren percakapannya?

Dari grafik tren, terlihat percakapan sangat minim sebelum konferensi pers. Sesudah konferensi terkait hasil investigasi yang dilakukan TPF, situasi percakapan berbeda terbalik. Percakapan langsung meningkat tajam, bahkan diikuti kenaikan pada hari berikutnya. Interaksi percakapan juga tinggi. Rata-rata per twit mendapat interaction rate 8.20. Menandakan, percakapan seputar hasil investigasi TPF dalam kasus Novel ini diperhatikan dan direspons publik.

BENTUK RESPONS PUBLIK

Lalu, bagaimana bentuk respons publik yang tertangkap di media sosial Twitter?

Dari pantauan DE, publik merespons negatif terkait hasil investigasi yang dilakukan TPF yang disampaikan Rabu lalu. Seperti terlihat di peta SNA, berdasarkan twit-twit yang paling banyak mendapat share (retweet) dari netizen, mayoritas didominasi warna merah, yang menandakan percakapan diisi oleh sentimen negatif atas hasil investigasi TPF.

Respons negatif tersebut tergambar dari sejumlah twit yang mengungkapkan kekecewaan atas hasil investigasi TPF. Dari 10 twit teratas yang mendapat retweet tertinggi dari netizen contohnya, semuanya mengungkapkan kekecewaan atas hasil investigasi.  TPF dianggap gagal melakukan tugas.

Kekecewaan tersebut terutama mengarah kepada belum terungkapnya dalang dan pelaku penyiraman air keras terhadap novel dan juga hasil investigasi tersebut dinilai publik justru terkesan memojokkan Novel (karena temuan dari TPF mengindikasikan adanya kemungkinan peristiwa penyiraman yang menimpa Novel merupakan serangan balik atau balas dendam akibat adanya dugaan penggunaan kewenangan secara berlebihan yang dilakukan Novel).  

Atas hasil investigasi tersebut, institusi kepolisian menerima sorotan negatif dari publik seperti tergambar dari twit-twit yang paling banyak di-share netizen.

Kondisi serupa juga terlihat dari hestek paling menonjol yakni #Turki. Hestek ini hadir dalam percakapan terkait TPF Novel dalam konteks membandingkan kinerja kepolisian Turki dengan kepolisian Indonesia. Di mana, kepolisian Indonesia dianggap semestinya dapat belajar dari langkah kepolisian Turki dalam mengusut kasus pembunuhan Kashoggi. Menariknya, sorotan negatif terhadap institusi kepolisian tersebut juga disertai dukungan publik terhadap Novel sebagaimana tercermin dari hestek #RakyatBersamaNovelBaswedan. Jadi, di sisi lain, ada kekecewaan terhadap kinerja TPF dan di sisi lain, ada dorongan untuk terus mendukung Novel, yang oleh sebagian publik dinilai tidak diuntungkan dengan hasil investigasi TPF.

ANALISIS

Hasil investigasi yang disampaikan TPF beberapa hari lalu mendapat atensi dari publik. Ini tak lepas, barangkali mengingat kasus penyiraman air keras yang dialami penyidik senior KPK Novel Baswedan telah terjadi dua tahun lalu dan publik terus menanti-nanti ujung dari kasus ini.

Hasil investigasi kemarin yang disampaikan oleh TPF yang telah bekerja selama 6 bulan ternyata kurang memuaskan dalam sorotan publik. Alih-alih mengapresiasi, publik justru mengekspresikan kekecewaan. TPF dianggap gagal membongkar apa yang terjadi di balik peristiwa penyiraman tersebut. Terutama yang disorot publik adalah terkait dalang dan pelakunya.

Penilaian publik terhadap kegagalan TPF juga berimbas kepada apresiasi publik terhadap kinerja polri. TPF bentukan polri dianggap kurang bekerja optimal dan memuaskan.

CLOSING

Proses penegakan hukum atas kasus yang menimpa Novel tentu belum selesai dari hasil investigasi yang telah disampaikan beberapa hari lalu. Ada sejumlah rekomendasi. Kita lihat bagaimana pula respons publik berikutnya, apakah tetap sama ataukah akan berubah pasca rekomendasi tersebut dilakukan?