Sentimen Publik terhadap Rencana Pemberian Gelar Pahlawan Nasional Soeharto

Sentimen Publik terhadap Rencana Pemberian Gelar Pahlawan Nasional Soeharto

Wacana gelar pahlawan Soeharto kembali memicu pro-kontra masif di ranah digital jelang Hari Pahlawan. 

Bagaimana peta perdebatan dan sentimen publik terkait isu ini? Simak utas analisis berikut. 👇

by DE (@ismailfahmi) 

Usulan gelar ini bukan hal baru, namun momentumnya menguat setelah masuk kajian resmi Kemensos Oktober 2025. Ketegangan antara narasi 'Bapak Pembangunan' vs 'Pelanggaran HAM' kembali memanas di ruang publik. 

Metode apa yang kami gunakan untuk membedah keriuhan ini? 

Kami memantau berbagai platform media sosial dan portal berita selama periode 20 Oktober - 7 November 2025. Analisis fokus pada tren, sentimen, peta percakapan, hingga emosi publik yang menyertainya. 

Seperti apa ringkasan temuan dari data tersebut?

Data menunjukkan dominasi sentimen negatif di media sosial, kontras dengan media online yang lebih positif. Isu HAM vs Pembangunan menjadi poros utama perdebatan, disertai ironi pengusulan bersama aktivis '98. 

Apa saja temuan kunci yang lebih mendalam?

Terjadi polarisasi tajam: media daring cenderung prosedural mendukung, sementara medsos menjadi basis perlawanan aktivis. Pertarungan memori antara jasa pembangunan melawan rekam jejak kelam Orde Baru sangat kentara. 

Bagaimana dengan peran aktivisme digital? 

Aktivisme digital mendominasi opini publik, mengalahkan narasi pendukung. Muncul kekhawatiran "revisi" amanat Reformasi, diperparah ironi moral karena Soeharto diusulkan bersama korban rezimnya. 

Lantas, bagaimana sikap para tokoh publik?

Elite terbelah. Fadli Zon, Gus Ipul, Dadang Kahmad (Muhammadiyah), dan Jokowi cenderung mendukung dengan alasan prosedural dan jasa. Namun, Gus Mus (NU) menolak keras mengingat sejarah represi Orde Baru terhadap kiai. 

Bagaimana sikap parpol? 

Mayoritas parpol (Golkar, Gerindra, PSI) mendukung penuh dengan dalih jasa pembangunan. Hanya PDIP yang bersikap kritis meminta kajian ulang rekam jejak. 

Bagaimana dengan pandangan keras dari para pakar hukum dan aktivis HAM?

Suara bulat penolakan datang dari masyarakat sipil. Romo Magnis, Bivitri, hingga aktivis (Amnesty, KontraS, ICW) tegas menolak karena alasan moral, korupsi, dan bahaya bagi demokrasi jika gelar diberikan. 

Apa kesimpulan utamanya?

Kesimpulannya: terjadi polarisasi tajam elit vs akar rumput, kontestasi legitimasi sejarah pembangunan vs HAM, serta kekhawatiran politis akan "pemutihan sejarah" Orde Baru yang mencederai rasa keadilan. 

Seberapa besar volume percakapan isu ini? 

Total volume mencapai lebih dari 27 ribu mentions dengan interaksi fantastis menembus 26 juta! Angka ini menunjukkan betapa tingginya atensi dan keterlibatan emosional publik terhadap isu ini. 

Kapan puncak pembicaraan terjadi?

Puncak percakapan terjadi pada 6 November, dipicu oleh intensnya penolakan terkait isu HAM dan dukungan ormas tertentu. Media online juga memuncak sebelumnya saat wacana pertama mencuat di akhir Oktober. 

Bagaimana peta narasi netizen di platform X?

Di platform X, narasi terbagi jelas: kelompok kontra dan aktivis yang vokal menolak dengan isu HAM/korupsi, melawan narasi pro yang fokus pada stabilitas ekonomi, serta media yang memberitakan keduanya. 

Bagaimana detail analisis narasinya?

Influencer pro fokus pada narasi kesejahteraan rakyat. Sebaliknya, kelompok kontra dan aktivis gencar mengungkit sejarah kelam seperti penyelundupan hingga penculikan aktivis sebagai argumen penolakan. 

Bagaimana perbandingan sentimen di berbagai media?

Media online didominasi sentimen positif (64%) karena pemberitaan prosedural pemerintah. Kontras dengan Twitter/X secara umum yang mayoritas negatif (63%) akibat resistensi publik organik. 

Bagaimana dengan Facebook dan Instagram? 

Menariknya, Facebook sangat positif (80%) mendukung Soeharto sebagai tokoh sentral. Instagram lebih terbelah meski masih dominan positif (56%), dengan catatan kritis soal moralitas. 

Bagaimana di platform berbasis video? 

YouTube (62%) dan TikTok (77%) didominasi sentimen positif, banyak mengangkat nostalgia stabilitas ekonomi dan sosok pemimpin kuat, meski konten penolakan juga tetap eksis. 

Bagaimana tren sentimen ini berubah dari waktu ke waktu?

Sentimen positif fluktuatif, memuncak di akhir periode karena dukungan formal institusi. Namun, sentimen negatif juga eskalatif, merespons kuat setiap dukungan tersebut dengan narasi perlawanan yang masif. 

Emosi apa yang paling dominan muncul? 

'Trust' muncul dari pendukung yang percaya jasa pembangunan. Namun 'Anger' sangat kuat dari mereka yang mengingat tragedi HAM. Ada juga 'Joy' yang ironis (sarkasme) menanggapi usulan ini. 

Kapan emosi marah paling memuncak? 

Awalnya 'Anger' mendominasi saat isu mencuat. Belakangan bergeser ke pertarungan 'Trust' (dari pendukung) melawan 'Distrust' (dari penolak) seiring masuknya wacana ke ranah formal dan dukungan pejabat. 

Apa isu spesifik yang paling disorot? 

Isu teratas adalah rekam jejak pelanggaran HAM berat yang terus diungkit publik kontra. Di sisi lain, pendukung gigih menarasikan jasa pembangunan dan swasembada pangan sebagai justifikasi utama. 

Isu krusial lainnya? 

Kekhawatiran akan "pemutihan sejarah" Orde Baru menjadi sorotan tajam. Publik juga menangkap ironi besar ketika nama Soeharto diusulkan bersamaan dengan Marsinah dan Gus Dur. 

Siapa saja penggerak utama percakapan di X?

Lanskap influencer di X didominasi oleh akun-akun aktivis dan gerakan warga seperti @salam4jari dan @barengwarga yang lantang menyuarakan penolakan dengan tagar perlawanan. 

Berikut daftar lengkap pemengaruh teratas di X. 

(Tabel Top Influencer X) Ini adalah deretan akun yang paling banyak memengaruhi percakapan di platform X, menunjukkan dominasi narasi kritis dari kalangan aktivis dan publik di platform tersebut. 

Bagaimana dengan pemengaruh di Facebook?

Di Facebook, akun-akun personal dan halaman komunitas sejarah/religi mendominasi. Narasi di sini cenderung lebih beragam dengan sentimen positif yang cukup kuat terhadap sosok Soeharto. 

Siapa yang paling berpengaruh di Instagram?

Akun arsip sejarah, media berita, dan NGO seperti KontraS berbagi pengaruh di Instagram. Terlihat adanya keseimbangan antara konten nostalgia pendukung dan aktivisme HAM yang menolak. 

Lalu, siapa top influencer di platform YouTube?

Kanal berita mainstream dan akun update selebriti mendominasi YouTube, seringkali mengangkat sisi personal, nostalgia, atau kontroversi politik dengan kemasan yang lebih ringan. 

Bagaimana dengan TikTok? 

Di TikTok, akun fans base dan konten kreator sejarah sangat dominan. Narasi nostalgia 'zaman enak' era Soeharto cukup laku di platform ini, bersanding dengan konten berita. 

Mari lihat unggahan paling viral di X. 

Unggahan viral di X banyak menyoroti sisi gelap sejarah militer Soeharto dan seruan aksi penolakan dari lembaga seperti YLBHI. Narasi kontra sangat kuat mendapatkan atensi. 

Lihat unggahan viral lainnya berikut ini.

Seruan aksi #TolakGelarPahlawanSoeharto dari akun gerakan warga mendapat respon masif. Kritik tajam terhadap kapitalisme kroni dan pelanggaran HAM juga banyak dibagikan ulang. 

Masih ada unggahan penting lainnya? 

Isu kebijakan rasisme terhadap Tionghoa di era Orde Baru turut diangkat kembali sebagai argumen penolakan. Penolakan datang dari berbagai perspektif korban kebijakan masa lalu. 

Simak lanjutan unggahan viral di X. 

Tagar perlawanan terus diamplifikasi. Sorotan juga tajam mengarah pada inkonsistensi sikap partai politik tertentu (PSI) terkait warisan Orde Baru yang kini justru mendukung. 

Berikut unggahan viral terakhir di X.

Publik mengingatkan kembali represi terhadap umat Islam (jilbab, Tanjung Priok) di era Soeharto. Istilah "hero-washing" mulai digunakan untuk mengkritik wacana ini. 

Bagaimana dengan status viral di Facebook?

Di Facebook, status yang viral justru banyak yang bernada dukungan atau nostalgia, menyebut Soeharto "pahlawan kami" terlepas dari gelar resmi, meski ada juga kontra dari YLBHI. 

Apa yang viral di Instagram?

Instagram menampilkan campuran nostalgia (foto lama keluarga Cendana) yang disukai banyak orang, bersanding dengan konten edukasi sejarah kelam dari sudut pandang korban 65. 

Video apa yang paling banyak ditonton di YouTube? 

Video YouTube yang populer banyak membahas "rahasia" stabilitas era Soeharto (seperti harga beras) dan dinamika politik keluarga, seringkali dibingkai dengan nada positif oleh kanal non-berita. 

Bagaimana dengan TikTok?

TikTok diramaikan interaksi antara Prabowo dan Titiek Soeharto yang memicu sentimen positif, namun konten berita yang memuat penolakan keras PDIP juga mendapatkan jutaan views. 

Kata apa yang paling sering muncul? 

Kata "Pahlawan" dan "Nasional" mendominasi, menunjukkan fokus pada kelayakan moral. Kata "gelar", "maka", dan "dinas" mengindikasikan perdebatan sengit soal aspek prosedural dan rekam jejak militernya.

Tagar apa yang paling populer? 

Tagar #SoehartoBukanPahlawan dan #TolakGelarPahlawanSoeharto merajai, menegaskan resistensi digital. Muncul juga tagar kritik terhadap DPR dan partai politik yang dianggap mendukung wacana ini. 

Media mana yang paling aktif memberitakan? 

Media mainstream seperti Kompas, Antara, dan Tempo menjadi yang terdepan dalam memberitakan isu ini, menyediakan ruang bagi kedua sisi perdebatan untuk tampil ke publik.

Apa saja media yang paling positif dan negatif?

Situs berita paling positif dipegang oleh CNN Indonesia, Kompas, Rmol, Antara, dan Tempo.

Sementara situs berita paling positif diantaranya Tempo, Kompas, Gesuri, Rmol, dan Media Indonesia.

Topik apa saja yang mereka angkat?

Pemberitaan fokus pada pro-kontra usulan, momentum Hari Pahlawan, dan peran Fadli Zon sebagai Ketua Dewan Gelar. Reaksi keras masyarakat sipil dan korban HAM juga mendapat porsi pemberitaan yang signifikan. 

Apa contoh berita positifnya?

Media online menyoroti dukungan formal. Fadli Zon tegaskan Soeharto penuhi syarat prosedural dari aspirasi masyarakat. Dadang Kahmad (Muhammadiyah) juga mendukung, menekankan jasa besarnya sejak revolusi hingga pembangunan. 

Bagaimana dengan pemberitaan negatifnya? 

Di sisi lain, media juga memberitakan suara kritis dari tokoh seperti Romo Magnis dan ICW yang menekankan aspek moral dan rekam jejak korupsi sebagai alasan kuat penolakan.

Link: https://x.com/DroneEmpritOffc/status/1986768054836220039