Oleh: Ahmad Rafli A.

Pasca penetapan Jokowi-Ma’ruf Amin menjadi Presiden dan Wakil Presiden terpilih. Dinamika politik nasional terus bergejolak. Isu menjadi koalisi maupun oposisi pemerintah kian mencuat.

Menariknya di kala angin menjadi koalisi pemerintah berembus kencang di kalangan partai-partai pendukung Prabowo-Sandi, terkecuali PKS. Sandiaga Uno secara personal mengisyaratkan dirinya memilih beroposisi.

Melalui akun Instagramnya @sandiuno pada 30 Juni 2019 menuliskan; “Perjuangan memajukan bangsa dan negara, tidak harus selalu dilakukan dari dalam struktur pemerintahan.”  

Bagaimana Respon Publik?

Berdasarkan pengamatan dalam sepekan terakhir ini, 26 Juni – 3 Juli 2019, jumlah penyebutan Sandiaga Uno di media online dan media sosial mencapai 442.197 mention.

Dilihat dari trend penyebutan Sandiaga pada periode yang sama. Puncak penyebutan tertinggi justru terjadi pada tanggal 28 Juni 2019. Momen dimana Sandiaga berulang-tahun.

Akan Jadi Apa Sandiaga?

Melihat fenomena diatas, dimana publik lebih menaruh atensi pada sisi human interest seperti ulang tahun Sandiaga daripada isu politik terkait sikap oposisinya. Hal ini dapat menjadi bahan evaluasi dalam menjaga reputasi Sandiaga saat ini hingga ke depan nanti.

Karena bagaimanapun juga, pengalaman mengikuti kontestasi dalam skala nasional yaitu pada Pilpres 2019 lalu. Telah menjadi modal popularitas Sandiaga yang lebih dibandingkan tokoh muda lainnya.

Namun kembali pertanyaannya adalah akan dikemas seperti apa Sandiaga pasca Pilpres 2019 ini? Apakah menjadi tokoh muda inspiratif dengan kesuksesannya sebagai pengusaha dan pecinta keluarga? Atau menjadi tokoh partai politik muda calon pemimpin masa depan?  

Sementara momen pernyataan Sandiaga soal beroposisi ternyata ditanggapi biasa oleh publik. Padahal sebagai mantan Cawapres pada Pilpres 2019 lalu, atribut politik Sandiaga harusnya melekat. Namun mengapa publik menyikapi biasa pernyataan politik Sandiaga tersebut?