Oleh: Ismail Fahmi

Dalam sebuah pidatonya di Boyolali, Prabowo membuat lelucon. Sayang, leluconnya menyerempet bahaya, yang menjadikan tampang orang Boyolali sebagai bahannya. Dalam kontestasi politik seperti saat ini, lelucon seperti ini akan dengan sangat mudah dibelokkan dari maksud awalnya. Apalagi yang melucu adalah capres. Dengan mudah lawan akan mengamplifikasi interpretasi lain yang bisa digunakan untuk menyerang balik.

Tugas timses terutama ada dua. Setidaknya itu yang bisa kita amati selama ini. Pertama, mempromosikan kelebihan jagonya. Kedua, mengamplifikasi kelemahan lawannya. Dalam setiap event yang diadakan jagonya, maka timses akan menyiapkan kampanye digital agar event lokal bisa menjadi nasional. Dan dalam setiap event yang diadakan lawannya, maka timses akan meneropong setiap kemungkinan kesalahan, meskipun  kecil, untuk diamplifikasi, sehingga pesan penting lawan jadi tertutupi oleh kesalahan apa pun yang entah sengaja ataupun tidak sengaja diperbuat oleh capres lawannya.

Analisis Drone Emprit (DE) kali ini akan memperlihatkan bagaimana lelucon di Boyolali itu dengan cepat menjadi viral. Dengan sangat mudah menjangkau publik yang luas. Kita akan lihat bagaimana efektifnya Twitter untuk menggerakkan percakapan di kanal  lain. Dan bagaimana efisiennya timses petahana dalam membangun isu nasional, meski ukuran cluster mereka di media sosial khususnya Twitter tak sebesar oposisi. Ini pelajaran yang harus diperhatikan oleh oposisi.

DATA

Drone Emprit memonitor dua kata kunci, yaitu “Boyolali” dan #SaveMukaBoyolali. Kata kunci pertama untuk mengetahui percakapan yang muncul terkait kejadian di Boyolali. Dan kata kunci kedua yang berubah hestek itu untuk mengetahui adanya kampanye khusus dari timses petahana untuk mengamplifikasi kelemahan lawan.

Dari tren tanggal 31  Oktober s.d. 4 November, tampak bahwa awalnya percakapan tentang kejadian di Boyolali itu masih sangat rendah, dan hestek #SaveMukaBoyolali juga belum muncul. Begitu masuk hari berikutnya, 2 November,  #SaveMukaBoyolali naik pesat hingga mencapai 33.8k mentions sehari. Sedangkan untuk “Boyolali” hanya 17,8k mentions.

Tanggal 3  November, kondisi sebaliknya terjadi. Hestek #SaveMukaBoyolali turun volumenya menjadi 21k mentions, dan hari berikutnya jadi 10k mentions;  sedangkan tentang “Boyolali” menjadi 28k mentions, dan hari berikutnya jadi 24k mentions.

Data ini memperlihatkan bahwa, tugas hestek  #SaveMukaBoyolali untuk mengakselerasi percakapan publik tentang Boyolali telah berhasil. Publik yang tadinya tidak terlalu ramai membahas, dengan dorongan dari hestek ini pada akhirnya turut naik dengan cepat. Dan meskipun hestek sudah turun volumenya, publik masih ramai membahas.

CROSS PLATFORM RESONANCE

Apa yang terjadi di kanal Twitter, sesungguhnya tidak terisolasi secara ekslusif hanya di antara pengguna Twitter saja. Percakapan di Twitter ternyata mampu membangun resonansi di kanal-kanal media sosial lain. Kita akan lihat hal ini dari data DE berikut.

Dari grafik tren perbandingan kedua kata kunci di Twitter, Instagram, dan Facebook, kita lihat bahwa paling tinggi percakapan tentang hestek #SaveMukaBoyolali ini dilakukan di Twitter saja. Di kedua kanal lain tampak sepi. Artinya kampanye hestek ini secara khusus digerakkan di kanal Twitter. Sedangkan di dua kanal lainnya, yang tampak tinggi hanya tren percakapan tentang “Boyolali”, dan ini seiring dengan tren di Twitter. Hal ini memperlihatkan bahwa  publik yang mulai banyak membicarakan soal Boyolali di Twitter, juga melakukan hal yang sama di Instagram dan Facebook.

Tak semua isu  bisa dengan cepat mengalami resonansi seperti ini. Namun untuk isu Boyolali, tampaknya hal ini begitu mudah viral. Ada sentimen daerah di  sana, yang mudah dibakar dan menjalar.

INISIASI DAN AKSELERASI KAMPANYE

Bagaimana kampanye #SaveMukaBoyolali dimulai dan diakselerasi, sehingga dengan cepat membuat publik membicarakan soal Boyolali secara viral? DE akan memperlihatkan betapa efektifnya operasi siber kubu petahana yang perlu dicermati oleh oposisi.

Kita lihat pada tanggal 2  November, tepatnya setelah pukul 13:00, di mana hestek ini baru mulai diluncurkan. Dari grafik tren kedua kata kunci pada tanggal ini, tampak bahwa percakapan tentang “Boyolali” masih sangat rendah, meski kejadian pidato sudah sehari sebelumnya. Mulai pukul 13:00, hestek diluncurkan, dan langsung membuat 1,3k percakapan. Pada saat yang sama, grafik “Boyolali” juga turut naik.

Grafik Exposure memperlihatkan bahwa kebanyakan status dibuat oleh user dengan follower rendah (0-25 followers), yang mencapai lebih dari 43% percakapan. Dan tipe engagement  atau status yang dibuat kebanyakan adalah status baru. Peta SNA pada  saat itu memperlihatkan ada sebuah akun @HEI_RIAN yang mendapat retweet paling tinggi.

Pada jam berikutnya, hestek makin viral dengan volume percakapan yang masih lebih tinggi daripada tentang “Boyolali”  saja. Ini terjadi hingga akhir hari. Grafik Exposure memperlihatkan bahwa total percapakan oleh user dengan follower rendah makin kecil  proporsinya, tinggal 23% saja. Dan semakin banyak percakapan oleh user dengan follower tinggi, yang menandakan mereka adalah real user.

Peta SNA juga mengkonfirmasi hal tersebut. Pada akhir hari, telah terbangun sebuah cluster besar yang berisi real user dari kubu pro petahana. Mereka sangat aktif membicarakan hestek #SaveMukaBoyolali. Dan yang menarik, ternyata user @HEI_RIAN yang menjadi inisiator hestek terlempar ke luar cluster. Ini biasanya karena follower yang me-retweet user ini, tidak berinteraksi sama sekali dengan real user dalam cluster utama. Dan tampak juga, selain user tersebut, ada user lain @andryandianda33 yang juga berada di luar cluster, meski mendapat retweet yang sangat besar. Penyebabnya juga sama, follower yang me-retweet tidak berinteraksi dengan real user di cluster utama.

Selanjutnya, pada hari-hari berikutnya hingga tanggal 4 November, kita dapati peta SNA yang tak jauh beda. Ada satu cluster besar pro petahana, dan dua akun inisiator yang berada di luar cluster. Bedanya, di sini ada cluster kecil dari kubu pro oposisi.

Apa yang bisa kita simpulkan dari pola ini adalah, bahwa untuk menginisiasi sebuah kampanye melalui sebuah hestek, kubu pro petahana cukup memulai dengan beberapa inisator yang didukung oleh user-user dengan follower rendah yang mudah diprogram, dan mengutamakan status baru daripada retweet. Tujuannya agar terjadi trending topic di Twitter. Selanjutnya, top influencer ikut turun, yang kemudian akan membuat hestek tersebut menjadi viral.

Cara ini sangat efektif dan efisien. Bisa dilakukan dengan cepat, dan  tidak perlu ukuran cluster yang sebesar punya oposisi seperti sekarang.  Metode ini cukup membuat percakapan menjadi permbicaraan viral dan  nasional. Dan tergantung topiknya, akan mudah beresonansi ke kanal lain.

FOTO DAN VIDEO POPULER

Selama isu Boyolali ini ramai, foto yang paling banyak di-share adalah foto saat demo warga Boyolali pada hari Minggu, 4 November. Ribuan orang dilaporkan menolak Prabowo di Boyolali, dan Bupati mengajak warganya untuk tidak memilih Prabowo.

Sedangkan video yang paling banyak di-share adalah potongan pidato Prabowo saat dia membuat lelucon yang menyebut tampang Boyolali akan diusir dari hotel terkenal di Jakarta.

Pilihan foto dan video oleh kubu petahana ini tentunya yang sesuai dengan salah satu tugas di atas, yaitu untuk mengamplifikasi kelemahan lawan. Yang seharusnya dilakukan oleh kubu oposisi adalah membuat dan mengamplifikasi hestek, foto, dan video yang paling tepat menggambarkan pesan penting dari pidato atau kunjungan Prabowo ke Boyolali tersebut. Di sini akan terjadi perang narasi. Narasi yang pro dan kontra. Narasi yang berisi pesan positif, atau narasi yang menjatuhkan. Namun, tampaknya pro oposisi kurang melakukan hal ini, sehingga narasi penting dari kunjungan Prabowo kalah dibanding noise yang dibuat oleh kubu petahana.

WASPADA DENGAN NARASI KETIGA

Apakah isu tampang Boyolali ini bisa digunakan terus-menerus oleh kubu petahana untuk menyerang oposisi? Nah, di sini kubu petahana harus hati-hati. Kenapa? Karena mulai muncul narasi ketiga, dari pihak yang  tidak pro maupun kontra dengan kedua capres. Suara ini muncul dengan hestek #SaveKotaBoyolali.

Seorang user dengan akun @Gath0lotj0, menggambarkan dirinya sebagai warga Boyolali yang tidak pro kedua capres, ingin memanfaatkan momentum lagi ramainya Boyolali, untuk mengungkap keadaan bagaimana tata kelola pemerintahan yang “berbasis keluarga” ini terjadi. Dia membuat retweet tentang praktek tersebut, dimulai dengan twit ini:

@Gath0lotj0 Saya akan kultwit sodara-sodari, jika fakta yg saya sampaikan ini benar, maka mohon retwitlah 😀. #SaveKotaBoyolali 4/Nov/2018 12:06 WIB; 151 follower; Retweeted: 22 Favourited: 17.
@Gath0lotj0 Dan permainan dimulai. Banyak proyek yg sebenarnya sudah jd  hak di Boyolali akhirnya terlaksana di jaman Seno family ini.  pembangunan besar2an, dr mulai buat kabupaten, ada jalan tol dan  buanyaaak lagi sampai detik ini. Teman2 kepercayan di kumpulkan big  seno. #SaveKotaBoyolali 4/Nov/2018 12:40 WIB; 153 follower, Retweeted:  17 Favourited: 12.
@Gath0lotj0 Demikian saya kira sedikit  mewakili beberapa unek2 dr anak2 muda Boyolali yg berusaha hidup disini  tanpa bantuan pemerintahnya. Sedikit, kalo trll banyak bs mati saya. 😬.  Kami tdk mewakili capres2an manapun. Peduli setan. Mumpung viral. Dan  semua biar terbuka. #SaveKotaBoyolali 4/Nov/2018 13:37 WIB; 153  follower; Retweeted: 16 Favourited: 15.

Dan seterusnya,  kultwitnya dibuat. Namun tak banyak fakta yang dibuka di sana, karena  dia takut keselamatannya sendiri. Dan kultwit ini mulai terdengar oleh user lain:

@nanababon @putrabanten80 Coba simak siapa "Seno  Family" bupati Boyolali ini lewat cuitan @Gath0lotj0 ... Mumpung lg rame  kubu sebelah goreng tampang Boyolali, kita sorot juga preman nya kota  ini... #SaveKotaBoyolali #SaveKotaBoyolali #PrabowoSandiNewHope https://t.co/Y8AkUUsvs0 4/Nov/2018 21:48 WIB; 374 follower; Retweeted: 17 Favourited: 14.

Jika “penggorengan” isu Boyolali ini dilakukan terus-menerus dan semakin kuat, bukan tidak mungkin akan terjadi serangan balik. Salah satunya dengan mulai mengupas lebih dalam dan mengamplifikasi isu yang  diangkat oleh user @Gath0lotj0 di atas.

KESIMPULAN

Dari  data DE di atas, dapat disimpulkan beberapa hal. Pertama, dalam isu lelucon Prabowo soal tampang Boyolali, kubu petahana telah menjalankan tugasnya dengan sangat efektif dan efisien. Mereka berhasil menjadikan lelucon tersebut sebagai bahan untuk menyerang oposisi, dengan metode inisiasi isu dan amplifikasi yang sangat efektif.

Kedua, dari  kubu oposisi, tak tampak adanya kampanye melalui hestek, meme, atau video yang mereka siapkan dari kunjungan dan pidato Prabowo ke Boyolali  ini. Apa pesan penting dari pidato Prabowo yang perlu diviralkan secara nasional tidak terdengar. Padahal, kalau itu dilakukan, setidaknya akan ada dua narasi yang berkembang: narasi dari kubu petahana yang  mengamplifikasi joke menjadi nada penghinaan kepada warga Boyolali, dan narasi dari oposisi yang bisa menarik hati warga Boyolali atau publik  secara umum. Sayang ini kurang dimanfaatkan, akibatnya foto dan video yang beredar kebanyakan versi kubu petahana.

Ketiga,  kubu petahana harus hati-hati kalau ingin memanfaatkan tampang Boyolali ini sebagai isu untuk menyerang oposisi. Sudah mulai muncul narasi ketiga yang membuat isu ini bisa berkembang kemana-mana yang mungkin malah merugikan petahana.

CLOSING

Ada yang bilang kalau politik dalam masa kampanye ini adalah “politik kebohongan.” Kalau saya bilang, kontestasi politik saat pilpres ini adalah “politik noise.” Kedua kubu berusaha menampilkan dan mengamplifikasi “noise” yang timbul dari lawan mereka. Akibatnya, publik kurang mendapat gagasan penting dari masing-masing kubu. Jadi, siapa yang bisa mengamplifikasi gagasan mereka  agar publik bisa menilai?