Sentimen Publik terhadap Ledakan di SMAN 72 Jakarta
Tragedi ledakan di SMAN 72 Jakarta bukan sekadar berita kriminal, tapi alarm bagi dunia pendidikan kita. Data percakapan 7–13 Nov 2025 mengungkap pergeseran isu dari simpati hingga kemarahan.
Apa yang sebenarnya memicu reaksi masif ini?

Jumat kelabu di SMAN 72 (7/11). Bom rakitan meledak saat persiapan shalat Jumat, melukai puluhan siswa. Pelakunya? Diduga siswa sendiri yang memendam dendam. Insiden di kompleks militer ini memantik sorotan nasional.
Bagaimana metode kami membedah jutaan interaksi ini?

Menggunakan big data dari X, FB, IG, TikTok, YouTube, & Media Online (7-13 Nov), kami melacak kata krusial seperti "ledakan", "bom", hingga "terrorgram" dengan kata kunci utama SMA dan SMAN. Analisis ini menjawab tren, sentimen, hingga peta aktor.
Apa hasil ringkasan data yang kami temukan?

Dengan 31k+ mentions, sentimen negatif di medsos (47%) jauh lebih tinggi dari media online (27%). Publik marah soal keamanan sekolah, trauma korban, hingga dugaan ideologi ekstrem. Tak ada sentimen positif sama sekali.
Apa temuan utama terkait profil pelakunya?

Pola teror bergeser: remaja 17 tahun merakit bom via dark web & terinspirasi ekstremis global. Ini dinilai "Terrorgram", bukan sekadar kenakalan. Motifnya diduga irisan antara dendam bullying dan kegagalan deteksi dini sekolah.
Bagaimana respons publik terhadap solusi pemerintah?

Publik menolak narasi pemerintah yang menyalahkan game online. Isu utamanya adalah literasi digital & keamanan. Lolosnya bom di kawasan militer memicu spekulasi, diperparah temuan simbol Neo-Nazi pada senjata pelaku.
Apa kata para tokoh tentang ini?

Prabowo (disampaikan melalui Mensesneg) ingin batasi game online, namun Ketua Komisi X DPR menilai itu salah sasaran. Kapolri fokus pada bukti fisik, sedangkan Gubernur Jakarta klaim "tak ada bullying", kontras dengan narasi publik.
Apa pandangan pakar lain soal fenomena ini?

KPAI tekan literasi digital, P2G kritik aturan yang mandul. Pengamat terorisme melihat ini sebagai balas dendam pribadi, sementara psikolog soroti dualitas pelaku yang juga korban. Kasus ini adalah fenomena gunung es.
Apa kesimpulan besar dari analisis ini?

Terjadi pergeseran ke "Lone Wolf" remaja via radikalisasi digital. Ada jurang lebar antara solusi pemerintah (blokir game) dengan tuntutan publik (sistem anti-bullying). Krisis kepercayaan meluas seiring tingginya fatalitas.
Berapa besar volume percakapannya?

Total 31.094 mentions menghasilkan interaksi hingga 164 Juta lebih! Angka ini membuktikan betapa tingginya atensi dan keresahan publik nasional terhadap teror di sekolah ini.
Kapan puncak pembicaraan terjadi?

Media online memuncak di hari kejadian (7/11), namun medsos meledak sehari setelahnya (8/11). Pemicunya: fakta pelaku 17 tahun, kondisi 50+ korban, hingga teori konspirasi pengalihan isu.
Bagaimana peta narasi netizen di platform X?

Terbagi 4 klaster: Publik Kritis fokus pada ideologi Neo-Nazi & tolak pengalihan isu. Aktivis bahas akar kekerasan. Akun Base sebar visual & rasa kaget. Media fokus pada fakta medis & hukum.
Siapa saja akun kunci yang menggerakkan narasi ini?

Publik kritis menyoroti bahaya ideologi 'Terrorgram', sementara aktivis menyuarakan akar kekerasan. Akun komunitas jadi pusat diskusi warga, diimbangi media mainstream yang menyuplai fakta resmi. Tiap kelompok punya agenda berbeda.
Bagaimana peta sentimen yang terbentuk?

Media cenderung netral (73%) melaporkan fakta. Medsos jauh lebih emosional dengan sentimen negatif mencapai 47%, didorong spekulasi motif, ketakutan, & kritik pemerintah. Nihil sentimen positif di semua kanal.
Emosi apa yang paling dominan?

Surprise tinggi karena kaget siswa 17 tahun bisa merakit bom. Sadness juga tinggi melihat kondisi korban. Anticipation mendominasi dengan harapan polisi usut tuntas radikalisasi daring & bullying.
Apa isu spesifik yang paling banyak dibahas?

Isu utama: Profil pelaku "Lone Wolf" yang teradikalisasi. Dampak medis korban (tuli parsial) memicu simpati & tuntutan biaya. Perdebatan sengit soal ideologi Neo-Nazi vs teori pengalihan isu politik.
Apa isu lain yang memicu kritik keras?

Kritik tajam pada lemahnya pengawasan ortu & sekolah di area militer. Wacana blokir gamemenuai pro-kontra karena dianggap solusi reaktif. Penanganan hukum pelaku anak (ABH) juga jadi sorotan serius.
Siapa influencer paling berpengaruh di X?

Peta influencer dikuasai Publik Kritis (@tilehopper) yang mengungkap sisi ideologis, dan Akun Base (@tanyarlfes) sebagai wadah diskusi massa. Aktivis seperti @barengwarga vokal mengawal isu ini.
Mari lihat daftar lengkapnya.

Publik kritis memimpin engagement. Akun media dan base besar menyusul dengan volume tinggi. Dominasi akun non-pemerintah menunjukkan tingginya dominasi percakapan publik tentang isu ini.
Bagaimana dengan Facebook?

Di Facebook, KotakGame memimpin interaksi. Akun resmi pemerintah (Setneg) juga masuk top list.
Bagaimana di Instagram?

Akun agregator berita mendominasi. Fokus visual mereka pada profil keluarga pelaku (broken home/ibu TKI) dan wacana pembatasan game memancing diskusi luas.
Bagaimana dengan di Youtube?

Media mainstream merajai Youtube. Video berita tentang CCTV pelaku dan kondisi korban mendapat jutaan views, menunjukkan publik penasaran akan bukti visual kejadian.
Bagaimana dengan TikTok?

Di TikTok, konten kreator individual bersaing dengan akun berita resmi. Video pendek tentang keseharian pelaku dan kepanikan di lokasi sangat viral secara organik.
Konten X mana yang paling banyak dibagikan?

Unggahan netizen yang membongkar jejak digital "Terrorgram" pelaku menjadi yang paling viral. Ini mengubah arah diskusi dari kenakalan remaja menjadi ancaman teror serius.
Apa unggahan viral lainnya?

Publik mengaitkan ledakan ini dengan budaya kekerasan pejabat publik. Sementara warga lain fokus pada visual ledakan. Narasi politik dan bukti lapangan saling bersahutan.
Bagaimana dengan breaking news awal?

Informasi awal dari akun base menjadi rujukan utama saat kejadian berlangsung.
Apa lagi yang disorot netizen?

Netizen mulai menghubungkan kasus ini dengan isu nasional lain (Kwitang, Ijazah). Spekulasi pengalihan isu menyeruak.
Bagaimana analisis teknis senjata pelaku?

Analisis teknis senjata akun tentang perang meredam kepanikan soal "school shooting", menegaskan ini bom rakitan. Media mainstream mulai konfirmasi fakta medis korban.
Apa status Facebook yang paling ramai?

Postingan KotakGame soal arahan Presiden membatasi PUBG menuai interaksi tertinggi. Netizen berdebat keras: apakah game penyebabnya, atau pola asuh yang salah?
Apa yang viral di Instagram?

Akun agregator berita mengangkat isu pembatasan game, memicu diskusi luas. Sementara akun lainnya menyoroti latar belakang keluarga pelaku (broken home/ibu TKI), memancing simpati sosial yang dalam.
Video apa yang trending di Youtube?

Publik curiga dengan pemindahan pelaku yang diam-diam. Video CCTV dan jejak digital kode tangan "OK" pelaku sebelum beraksi juga ditonton ratusan ribu kali.
Apa yang ramai di TikTok?

Video tentang sosok pelaku yang "berbeda" ditonton jutaan kali! TikTok menjadi platform utama penyebaran profil pelaku, teori konspirasi, dan spekulasi liar dengan kecepatan viralitas tertinggi.
Kata apa yang paling sering muncul?

"Jakarta" dan "ledakan" mendominasi percakapan tentang bom rakitan siswa korban bullying yang belajar dari dark web. Publik marah atas akses konten ekstrem dan menuntut reformasi anti-bullying demi 96 korban.
Tagar apa yang digunakan untuk mengawal isu ini?

#SMA72Jakarta dan #ledakanbom menjadi payung informasi utama. Tagar ini menyatukan laporan pandangan mata, doa untuk 96 korban, hingga kritik pedas terhadap standar keamanan sekolah.
Media mana yang paling aktif memberitakan?

Media mainstream seperti Antara, Liputan6, dan TVOne mendominasi volume berita. Mereka fokus pada update resmi kepolisian dan pemerintah, berusaha menjadi penyeimbang informasi di medsos.
Apa topik utama pemberitaan mereka?

Pemberitaan terpusat seputar "SMAN 72" dan "Ledakan". Fokus media adalah investigasi Densus 88, motif bom rakitan, dan dampak trauma korban. Sangat berbasis fakta investigasi.
Apakah ada berita bersentimen positif?

Nihil. Ini indikator kuat bahwa peristiwa ini dianggap tragedi kemanusiaan dan kegagalan sistemik tanpa ada sisi yang bisa diapresiasi publik.
Bagaimana contoh sentimen negatif?

Pernyataan Eks Kapolri Da'i Bachtiar tentang bahaya teror anak yang tak terdeteksi, serta kritik P2G soal gagalnya aturan anti-kekerasan, menjadi representasi valid kekecewaan publik terhadap kegagalan sistem keamanan sekolah.

Link: https://x.com/DroneEmpritOffc/status/1989203833491451938?t=no73GF4G_-kb2hRBeflfWA&s=19