Sentimen Publik terhadap Penanganan Bencana di Sumatera
Banjir & longsor sejak 25 Nov 2025 tewaskan ratusan jiwa. Publik soroti respons pemerintah, isolasi wilayah, hingga akar kerusakan ekologis.
Bagaimana publik menanggapi fenomena ini?
By DE (@ismailfahmi)

Banjir & longsor landa Sumut, Aceh, Sumbar akibat Siklon Senyar. Ratusan korban jiwa, ribuan rumah rusak, jalan nasional putus, banyak wilayah terisolasi. Publik desak status bencana nasional lewat #PrayForSumatera.
Bagaimana metode kami untuk memahami dinamika opini publik ini?

Untuk memahami sentimen publik terhadap penanganan bencana di Sumatera, kami menganalisis puluhan ribu percakapan di media sosial & online news, 25 Nov-29 Nov 2025.
Dengan kata kunci seperti “Sumbar”, “PrayForSumatera”, “PrayForSumatra”, “Alleyesonsumatera”, kami memetakan tren isu, sentimen, tokoh kunci, dan alasan mengapa topik ini begitu ramai.
Lalu, seperti apa peta sentimennya di ruang digital?

Sentimen media online: 60% positif, 17% negatif. Media sosial: 48% positif, 35% negatif. Isu dominan: respons pemerintah, isolasi wilayah & kerusakan ekologi.
Apa saja temuan kunci dari percakapan ini?

Tiga poin utama:
1) Narasi Jawasentrisme & desakan status bencana nasional
2) Pergeseran isu dari bencana alam ke kejahatan ekologis (deforestasi, tambang, sawit)
3) Kesenjangan citra media online (positif) vs medsos (kritis)
Apa temuan berikutnya?

Temuan Lanjutan:
4) Solidaritas publik & korporasi jadi penopang utama
5) Krisis infrastruktur picu ketakutan isolasi total
6) Politisasi respons pemerintah: apresiasi TNI/Basarnas vs kritik lambatnya status nasional
Bagaimana pandangan para tokoh terhadapnya?

Tokoh seperti Presiden Prabowo menyatakan terus memantau & mengirim bantuan, sambil mengevaluasi kemungkinan status bencana nasional. Menhut Raja Juli Antoni akan lakukan evaluasi menyeluruh kebijakan kehutanan pasca-bencana.
Tapi bagaimana suara dari aktor lain?

Marwan Dasopang (Ketua Komisi VIII DPR) sebut banjir bandang bawa kayu gelondongan, indikasi illegal logging di hulu. Rianda Purba (WALHI Sumut) tekankan bencana ini akibat deforestasi masif & campur tangan manusia.
Lantas, apa kesimpulan akhirnya?

Tiga poin utama:
1) Urgensi status bencana nasional belum terpenuhi meski skala masif.
2) Isu bergeser ke akuntabilitas ekologis & korporat.
3) Solidaritas publik jadi substitusi saat infrastruktur lumpuh.
Seberapa besar perhatian publik terhadap bencana Sumatera?

#PrayForSumatera langsung trending saat kabar bencana menyebar. Topik Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat juga melonjak tajam 25–29 Nov 2025.
Seberapa besar percakapan publik tentang peristiwa ini?

Lebih dari 100 ribu mentions & 300.00.000 interaksi. Menunjukkan perhatian sangat tinggi terhadap banjir & longsor Sumatera.
Kapan atensi publik terhadap isu ini mencapai titik tertingginya?

Puncak mentions:
• Media online (28 Nov) – respons pemerintah & BUMN.
• Media sosial (28 Nov) – kerusakan infrastruktur, korban bertambah, deforestasi & perbandingan respons bencana.
Siapa saja yang membentuk opini di X terkait bencana Sumatera?

Percakapan terbagi 4 kelompok:
● Media (laporan faktual)
● Aktivis & publik kritis (tuntut status nasional + akuntabilitas ekologis)
● Pemerintah (update evakuasi)
● Publik positif (galang dana & apresiasi TNI)
Bagaimana nada dan fokus narasi dari setiap kelompok?

Media soroti siklon & deforestasi. Aktivis kritik Jawasentrisme & izin sawit/tambang. Pemerintah update evakuasi. Publik positif apresiasi TNI, helikopter SAR & galang dana.
Bagaimana persepsi ini tercermin dalam sentimen tiap platform?

Twitter/X & Threads paling kritis:
X → 36% positif, 46% negatif
Threads → hanya 4% positif, 84% negatif (dominasi kritik Jawasentrisme & ekologis)
Bagaimana di platform lain seperti Facebook dan Instagram?

Facebook & Instagram:
FB → 31% positif, 56% negatif (banyak duka & tuduhan kerusakan alam)
IG → 23% positif, 61% negatif (fokus keresahan keluarga & infrastruktur rusak)
Bagaimana di platform lain seperti Youtube dan TikTok?

YouTube & TikTok relatif lebih positif:
YT → 30% positif, 55% negatif
TikTok → 46% positif, 40% negatif (banyak apresiasi visual TNI & distribusi bantuan)
Bagaimana di platform lain seperti Media Online?

Media Online:
Didominasi sentimen positif 60% dengan narasi memuji respons cepat TNI, Basarnas, helikopter SAR, bantuan BUMN/swasta & seruan refleksi MUI. Sentimen negatif hanya 17% (lambat logistik & belum status nasional).
Emosi apa yang paling dominan muncul dari fenomena ini?

Tiga emosi paling dominan:
1) Anticipation: menanti bantuan & status nasional.
2) Fear: isolasi, korban bertambah, abaikan non-Jawa.
3) Sadness: duka korban, rumah hanyut, satwa terdampak.
Lalu, isu apa saja yang banyak dibicarakan oleh publik?

Tiga isu utama mendominasi percakapan:
1) Skala bencana masif: ratusan korban jiwa, puluhan ribu mengungsi, puluhan kecamatan terisolasi.
2) Respons cepat TNI/Basarnas & airdrop logistik oleh Presiden.
3) Solidaritas nasional: donasi korporasi, MUI, & tagar #PrayForSumatera.
Selain tiga isu itu, topik apa lagi yang ramai dibahas publik?

4) Akses terputus total & kelumpuhan logistik di lapangan.
5) Penyebab akar: deforestasi, illegal logging, izin tambang/sawit.
6) Tuntutan kuat penetapan status bencana nasional dari DPR, DPD & gubernur.
Siapa yang berpengaruh dalam menggerakkan isu di ruang digital?

Lima akun teratas didominasi oleh aktivis dan akun informasi. Ada suara publik seperti @flofloret hingga akun info daerah seperti @Aceh yang sangat aktif mengawal isu ini.
Bagaimana dengan peta aktor digital selengkapnya?

Ini dia lanskap lengkap aktor digital di X. Mulai dari akun komunitas K-Pop, akun mitigasi bencana, hingga institusi resmi turut bersuara lantang.
Namun, siapa yang paling vokal di platform tetangga seperti Facebook?

Akun berita BBC News Indonesia dan badan resmi BNPB memimpin interaksi di Facebook, menyeimbangkan informasi cepat dengan kredibilitas data.
Apakah tren serupa juga terjadi di Instagram?

Di Instagram, @FOLKATIVE memimpin interaksi, disusul oleh akun berita dan instansi pemerintah. Platform ini mulai menjadi alternatif diskusi serius yang responsif.
Lalu, bagaimana dengan ranah video berita di YouTube?

Media arus utama seperti Tribunnews dan iNews mendominasi YouTube. Publik menjadikan kanal ini rujukan utama untuk visual berita dan update resmi terkini.
Beralih ke video vertikal, siapa rajanya di TikTok?

TikTok dikuasai akun dengan basis massa besar. @kang.so_ra dan @wazowsky_15 mencatat jutaan likes, menunjukkan jangkauan visual yang masif dalam penyebaran isu.
Bagaimana dengan tren di platform berbasis teks terbaru, Threads?

Akun personal seperti @Putri Yuliyanti dan komunitas lokal @SIANTAR KOTA KITA memimpin percakapan dengan interaksi yang sangat tinggi.
Sekarang, konten X apa saja yang paling banyak dibagikan netizen?

Unggahan viral didominasi amarah publik atas minimnya sorotan nasional pada banjir Sumatera dibanding Jawa. Narasi ketimpangan penanganan bencana mencuat tajam.
Namun, apakah kepedulian ini hanya datang dari akun aktivis atau meluas ke komunitas lain?

Solidaritas meluas tak terduga; akun basis penggemar K-Drama turut mendoakan pemulihan Sumatera. Di sisi lain, fakta lapangan dan visual longsor mulai disebar masif.
Lantas, seberapa tajam kritik netizen terhadap prioritas pemerintah di tengah krisis ini?

Kritik memanas. Netizen membandingkan respon cepat banjir Jakarta vs lambatnya bantuan di Sumatera, hingga menyentil pejabat yang dianggap abai pada korban jiwa.
Di tengah polemik politik ini, bagaimana kondisi riil warga yang terisolasi di lokasi?

Seruan putus asa menggema. Warga melaporkan mati listrik dan sinyal, memohon bantuan logistik segera via tagar donasi yang viral.
Fokus publik kini bergeser ke akar masalah; apakah isu kerusakan lingkungan mulai disorot sebagai penyebab utama?

Gerakan #AllEyesOnSumatera memuncak. Publik tak hanya berdoa, tapi menuntut pertanggungjawaban pejabat atas deforestasi dan tambang yang dituding sebagai pemicu bencana.
Bagaimana dengan Facebook?

BBC News Indonesia dan BNPB memimpin interaksi di Facebook dengan pembaruan resmi situasi banjir. Narasi duka dari media lokal seperti Sumbarkita juga memancing simpati publik yang besar.
Namun, bagaimana visualisasi bencana ini menarik perhatian di platform berbasis gambar?

Visual dramatis dan grafis "Pray for Sumatra" dari akun besar seperti @FOLKATIVE dan @kang.so_ra mendominasi Instagram. Solidaritas visual ini efektif menggalang kepedulian netizen.
Lalu, konten video seperti apa yang paling banyak ditonton warga di YouTube?

Video pendek (Shorts) berisi rekaman amatir warga dan laporan cepat media seperti Tribunnews merajai tren YouTube. Publik mencari visual nyata dan terkini langsung dari lokasi kejadian.
Bagaimana dengan TikTok?

Video aksi TNI dan evakuasi dramatis di Sibolga menyita perhatian jutaan penonton. Visual penanganan darurat menjadi magnet emosional utama bagi audiens digital.
Postingan seperti apa yang paling banyak mendapat likes netizen di threads?

Lima postingan paling banyak mendapat likes di threads menyoroti kritik netizen atas lambatnya respon pemerintah terhadap bencana di Sumatera. Publik menilai penanganan 'Jawa-sentris' dibanding daerah lain.
Kata-kata kunci apa yang paling sering muncul di X?

Kata "Pemerintah" dan "Prabowo" mendominasi, menandakan sorotan tajam publik pada respons kebijakan negara di tengah diskursus "banjir" dan "Aceh".
Di balik kata-kata ini, tagar spesifik apa yang digalang netizen untuk memobilisasi isu tersebut?

#PrayForSumatera jadi simbol solidaritas, sementara #BPBD dan #Prabowo menyuarakan tuntutan aksi cepat. Muncul pula #SaveOrangUtanTapanuli yang menyoroti aspek ekologis penyebab banjir.
Media mana saja yang paling aktif memberitakan rentetan peristiwa ini?

Media arus utama seperti Antara dan CNN Indonesia menjadi rujukan utama, didukung media lokal seperti Dialeksis yang memberi perspektif daerah. Informasi mengalir deras dari berbagai kanal.
Topik spesifik apa yang sebenarnya jadi fokus utama pemberitaan media?

Pemberitaan mengerucut pada dampak fisik banjir di Aceh, Sumbar, dan Sumut, serta sorotan intens terhadap langkah penanganan pemerintah. Media membingkai bencana ini sebagai isu nasional.
Bagaimana respons positif dari tokoh pemerintah menanggapi krisis ini?

Presiden Prabowo dan Mendagri Tito Karnavian menegaskan komitmen pemerintah lewat pemantauan langsung dan pendataan kebutuhan korban. Narasi ini berupaya menenangkan publik.
Namun, apakah ada pandangan kritis dari pihak lain terkait akar penyebab bencana?

Kritik tajam muncul dari DPR dan Walhi. Banjir disebut sebagai bencana ekologis akibat deforestasi dan pembalakan liar, bukan sekadar cuaca. Temuan kayu gelondongan menjadi bukti kuat adanya kerusakan alam akibat ulah manusia yang memperparah dampak bencana.

Link: https://x.com/DroneEmpritOffc/status/1995487644999139344