SENTIMEN PUBLIK TERHADAP PROGRAM IFP
Program Interactive Flat Panel (IFP) disorot: ada dukungan digitalisasi, tapi kritik anggaran turut muncul. Percakapan ramai di medsos & berita sejak peluncuran.
Bagaimana respons publik terhadap program ini?
Simak analisis 1 Meiβ20 Nov 2025. π
By DE (@ismailfahmi)

Visi Prabowo hadirkan IFP (layar sentuh paduan proyektor, papan tulis digital & Smart TV) mulai Agt 2025 demi pemerataan. Publik terbelah: apresiasi teknologi vs kritik urgensi anggaran.
Lantas, bagaimana metode analisis data ini?

Kami membedah ribuan data dari X, FB, IG, TikTok, YouTube & berita online (1 Mei-20 Nov 2025). Riset fokus pada tren, sentimen, & peta percakapan dengan kata kunci utama seperti "IFP", "Smart Board", hingga "Papan Interaktif".
Apa hasil ringkasan datanya?

Dari 2.119 artikel & 4.670 sample percakapan sosmed, media online dominan positif (96%). Di sosmed, sentimen lebih dinamis: 64% positif dukung digitalisasi, tapi 34% negatif kritisi urgensi & kesiapan guru.
Apa temuan menarik soal peran Presiden di sini?

Kehadiran Presiden memicu sorotan masif. Narasi positif bergeser dari sekadar "janji" ke "dampak fungsional" di kelas. Namun, isu anggaran Rp2T & trauma kasus "Chromebook" memicu skeptisisme tajam di sebagian publik.
Bagaimana dengan isu pemerataan & pendanaannya?

Klaim prioritas 3T sempat tercoreng isu salah sasaran ke sekolah elite. Uniknya, penggunaan "dana sitaan koruptor" jadi narasi positif baru yang kuat. Tantangannya kini: memastikan alat tak mangkrak karena kendala listrik/SDM.
Apa kata tokoh kunci soal ini?

Presiden Prabowo & Mendikdasmen Abdul Mu'ti optimis capaian 75% distribusi adalah prestasi besar. Dukungan juga datang dari KPK soal penggunaan aset recovery, serta DPR yang menyambut baik modernisasi ini.
Lalu, siapa saja tokoh yang bersuara kritis?

Suara kritis datang dari P2G & JPPI yang khawatir "Chromebook Jilid II" & celah korupsi. Pengamat menilai kebijakan ini miskin prioritas dibanding masalah fundamental guru. Namun, siswa di Papua justru bersyukur. Mari kita bedah datanya lebih dalam.
Seberapa besar atensi publik sebenarnya?

Total 9.839 sample mentions menghasilkan interaksi masif hingga 65 juta lebih! Angka ini membuktikan isu pendidikan & teknologi sangat memantik atensi publik luas, baik pro maupun kontra.
Kapan puncak percakapan ini terjadi?

Puncak percakapan terjadi 17 Nov saat peluncuran resmi di Bekasi. Sebelumnya, lonjakan terjadi 3 Mei pasca pidato Hardiknas. Pemicunya selalu dua sisi: antusiasme program baru vs kritik anggaran yang dinilai mahal.
Bagaimana peta kubu netizen di X?

Di X, "Kubu Kritis" menyoroti pemborosan & harga unit. Sebaliknya, "Kubu Positif" melihat ini investasi generasi emas & metode belajar seru. Pemerintah & Media berperan sebagai penyeimbang informasi distribusi & edukasi fitur.
Siapa saja aktor kuncinya?

Klaster terbentuk jelas. Influencer kritis menyoroti anggaran & prioritas, sementara akun positif fokus pada testimoni manfaat belajar. Akun resmi kementerian & media aktif melawan misinformasi.
Bagaimana perbandingan sentimen di tiap kanal medsos?

Media Online hampir mutlak positif (96%) memberitakan inovasi. Tapi Twitter (X) jadi medan tempur sengit: 51% negatif mengeluh sekolah rusak/gaji guru vs 47% positif mendukung kemajuan teknologi kelas.
Bagaimana dengan Facebook & Instagram?

Berbeda dengan X, Facebook (93%) & Instagram (89%) dibanjiri sentimen positif. Publik di sini lebih apresiatif terhadap visual pembelajaran interaktif & pemerataan ke desa, meski ada sedikit kritik salah sasaran.
Apa kabar YouTube & TikTok?

YouTube & TikTok jadi lumbung dukungan tertinggi (>96%). Konten visual fitur canggih IFP & momen Presiden di kelas sukses merebut hati netizen muda. Isu negatif sangat minim di platform berbasis video ini.
Emosi apa yang paling dominan dirasakan publik?

"Anticipation" mendominasi harapan pemerataan ke daerah 3T. "Joy" muncul dari siswa yang menikmati belajar interaktif. Ada juga "Surprise" melihat fitur canggih & gaya santai Presiden saat berinteraksi.
Apa isu utama yang paling panas diperdebatkan?

Tiga isu panas: 1) Anggaran Rp2T dianggap boros vs bukti komitmen pemerintah. 2) Urgensi alat canggih di tengah kompetensi guru yang minim. 3) Ambisi target 1 juta unit vs realitas kesiapan di lapangan.
Ada isu lain yang lebih sensitif?

Isu distribusi salah sasaran ke sekolah elite sempat viral. Skeptisisme korupsi ala "Chromebook" juga membayangi. Namun, narasi penggunaan uang sitaan koruptor oleh Presiden sedikit meredakan ketegangan ini.
Bagaimana tren sentimen positif bergerak?

Sebelum peluncuran, sentimen positif stabil berisi harapan. Pasca distribusi, tren fluktuatif namun melonjak tajam saat peluncuran resmi 17 Nov, didorong testimoni nyata penggunaan IFP di kelas-kelas.
Lalu, kapan sentimen negatif memuncak?

Awal program panen kritik soal harga unit mahal. Saat pelaksanaan, sentimen negatif naik turun dipicu laporan distribusi salah sasaran & narasi "belum butuh" dari pengamat pendidikan.
Siapa sebenarnya yang menyuarakan pro dan kontra ini?

Guru & siswa (Penerima Manfaat) menunjukkan pergeseran narasi alami: dari sekadar dukung janji, menjadi testimoni pengalaman nyata yang seru di kelas. Akun-akun guru organik aktif membagikan momen ini.
Apakah mereka ada yang mengeluh?

Menariknya, nyaris tak ada penolakan dari penerima manfaat. Kritik hanya seputar kekhawatiran alat jadi pajangan atau preferensi kebutuhan laptop dibanding papan tulis. Bukan penolakan program, tapi harapan optimalisasi.
Bagaimana dengan publik umum?

Publik umum yang mendukung program melihat IFP sebagai simbol keadilan pendidikan bagi daerah 3T & investasi SDM. Narasi ini kuat diamplifikasi oleh akun pro-pemerintah & media sebagai bukti kerja nyata.
Bagaimana dengan kubu kontra dari luar sekolah?

Narasi kontra dari luar sekolah jauh lebih tajam: "Program elitis yang lupakan masalah atap bocor". Kritik bergeser dari kecurigaan korupsi menjadi serangan pada prioritas kebijakan yang dinilai tak relevan.
Siapa influencer paling vokal di X?

Top influencer di X didominasi suara kritis seperti @WagimanDeep212_ & @ferrykoto yang tajam menyorot anggaran. Namun, akun positif @hermionyyye juga kuat mengimbangi dengan narasi masa depan pendidikan.
Lihat daftar lengkapnya di slide berikut.

Berikut deretan akun paling berpengaruh di X. Dari pengamat, netizen kritis, hingga akun resmi kementerian, semuanya berebut atensi dalam diskursus IFP ini.
Bagaimana peta pemengaruh di Facebook?

Di Facebook, akun komunitas lokal & portal berita mendominasi dengan nada positif. Akun resmi Kementerian juga efektif menjangkau publik di sini, berbeda dengan suasana "panas" di X.
Siapa penguasa Instagram?

Akun Presiden RI & @Folkative memimpin interaksi di Instagram. Pendekatan visual membuat narasi IFP diterima sangat baik oleh audiens muda di platform ini.
Bagaimana dengan YouTube?

@Schoolpedia merajai YouTube dengan konten tutorial! Ini indikasi kuat bahwa guru/sekolah haus konten cara teknis pakai alat ini. Media berita mengekor di posisi berikutnya.
Tren TikTok tak kalah menarik, siapa juaranya?

Kreator TikTok & akun berita sukses memviralkan momen peluncuran IFP. Narasi "uang korupsi untuk sekolah" sangat laku & mendulang jutaan views positif di sini.
Tweet mana yang paling viral dibagikan?

Pertarungan narasi terlihat dari tweet viral ini. Ada yang memuja "Masa Depan", tapi viral juga foto sekolah bambu yang dikontraskan dengan harga smartboard. Isu "Chromebook Jilid II" juga mencuat.
Masih ada lagi tweet viral lainnya?

Sindiran keras soal "gaji guru honorer vs harga smartboard" dan meme pengambilan kebijakan mendadak mendominasi share. Publik kritis menuntut perbaikan kesejahteraan guru dulu.
Bagaimana dengan tweet positif yang viral?

Tweet positif menyoroti momen hangat Presiden dengan siswa & antusiasme warga Bekasi. Namun, kritik soal kebutuhan primer vs tersier pendidikan juga tetap mendapat panggung besar.
Apa kata tokoh politik di medsos?

Dukungan Ketua DPR Puan Maharani sempat ramai dibagikan. Di sisi lain, klarifikasi Menteri Abdul Mu'ti bahwa "ini bukan TV biasa" juga viral meluruskan mispersepsi publik.
Bagaimana dengan momen unik Presiden lainnya?

Momen Prabowo turun ke SMP dipuji. Tapi, kabar pembatalan IFP ke sekolah internasional karena viral kritik netizen juga ramai dibahas, bersanding dengan berita dugaan korupsi dinas di daerah.
Status FB mana yang juara like?

Narasi keberhasilan 1 tahun pemerintahan Prabowo (renovasi sekolah + smartboard) panen 14 ribu likes! Di FB, IFP dilihat sebagai paket lengkap perbaikan pendidikan, bukan program parsial.
Bagaimana dengan IG?

Foto resmi Presiden & momen "pose tinju" Prabowo bareng siswa di akun @Folkative meledak hingga 100 ribu likes. Sisi humanis & kepedulian pemimpin jadi magnet utama interaksi positif di Instagram.
Video apa yang paling dicari di YouTube?

Unik! Video paling ditonton bukan berita politik, tapi tutorial "Game Tarik Tambang di IFP". Ini bukti guru/sekolah butuh konten cara pakai alat agar pembelajaran benar-benar seru.
Kalau di TikTok, video apa yang menang?

TikTok dikuasai narasi "Robin Hood": Uang koruptor dipakai beli Smartboard. Video ini tembus belasan juta views, sukses membalikkan isu korupsi menjadi dukungan moral bagi program pemerintah.
Apa kata kunci yang mendominasi?

"Triliun" & "TV" mendominasi awan kata, tanda diskusi berat di anggaran & fungsi alat. Nama "Prabowo" lekat sebagai penanggung jawab utama. Publik masih sering menyamakan IFP dengan TV biasa.
Tagar apa yang paling sering dipakai?

#SobatBelajar jadi andalan pemerintah untuk edukasi fitur. Sementara #Smartboard jadi tagar umum netizen. Menariknya, tagar #Prabowo & #DigitalisasiPendidikan bersaing ketat sebagai identitas program ini.
Media mana yang paling aktif?

Media mainstream (Antara, Tempo, Kompas) masih jadi rujukan utama verifikasi informasi di tengah hiruk pikuk sosmed. Mereka berperan penting meluruskan isu spesifikasi & distribusi.
Isu apa yang spesifik mereka angkat?

Pemberitaan berpusat pada event peluncuran di Bekasi & peran Kemendikdasmen. Media berusaha menggeser framing "Smart TV Mahal" menjadi "Alat Interaktif Revolusioner" lewat liputan fitur & manfaat.
Bagaimana contoh beritanya?

Berita positif fokus pada apresiasi DPR soal modernisasi & testimoni guru yang merasa terbantu. IFP dinilai relevan dengan kebutuhan Gen Z & bikin kelas hidup. Tapi, kritik media juga tajam.
Seperti apa sudut pandangnya?

Berita negatif mengamplifikasi suara P2G & pengamat: Kebijakan dinilai tanpa basis data urgensi, sekadar distribusi massal, & abai pada kesejahteraan guru. Debat ini sehat untuk mengawal keberhasilan program ke depannya.

Link: https://x.com/DroneEmpritOffc/status/1993148959372743056