Oleh: Windo W

Siti Aisyah (SA), warga negara Indonesia yang didakwa beberapa tahun lalu sebagai pembunuh Kim Jong Nam, saudara tiri pemimpin Korea Utara, Kim Jong Un, dibebaskan dari tuntutan hukum karena tidak cukup bukti oleh pengadilan tinggi Malaysia pada hari Senin, 11 Maret 2019.

Drone Emprit (DE) memantau pemberitaan dan percakapan tentang SA. Untuk menarik, kata kunci yang digunakan: Siti Aisyah, tanpa kata kunci filter. Dengan periode pemantauan, 11 hingga 13 Maret 2019. Pemantaun dilakukan di kanal di kanal percakapan (Twitter) dan pemberitaan (online news).

Bagaimana volume dan tren pemberitaan? Bagaimana tingkat interaksi percakapan hingga topik dan SNA-nya? Dari data yang diperoleh, DE akan menyampaikan beberapa kesimpulan dari monitoring terhadap percakapan dan pemberitaan tentang SA.

VOLUME DAN TREN

Berdasarkan kata kunci dan periode pemantauan, data yang berhasil ditarik sebanyak 70.938 mentions. Dengan perincian, 68.369 mention di kanal percakapan dan 2.569 mentions di kanal pemberitaan.

Dari grafik tren, tampak pada hari pertama (Senin/11 Maret) pengumuman pembebasan SA, baik di kanal pemberitaan maupun percakapan, volume sudah tinggi. Pada hari berikutnya, di kanal pemberitaan, tren alami penurunan, demikian pula hari setelahnya. Sementara di kanal percakapan, tren naik pada berikutnya, lalu turun setelahnya walaupun masih dalam volume yang masih tinggi.

DISTRIBUSI DAN TOPIK PEMBERITAAN

Kita lihat media apa saja yang memberitakan tentang SA. Dari daftar media, baik media mainstream maupun non-mainstream sama-sama mengangkat pemberitaan tentang SA. Tingkat jumlah artikel pemberitaan cukup tinggi. Jika melihat lima top media berdasarkan jumlah artikel yang paling dimuat terkait SA, media mainstream liputan6.com, news.detik.com, tribunnews.com, okezone.com dan antaranews.com merupakan lima media paling banyak memberitakan tentang SA.

Topik pemberitaan tentang pembebasan SA diwarnai oleh beberapa topik. Tiga topik paling menonjol yakni polemik TKN dan BPN terkait pembebasan SA, Mahathir (Perdana Menteri Malaysia) bantah ada lobi dari Indonesia di balik bebasnya SA, dan pertemuan SA dengan Jokowi.    

TINGKAT INTERAKSI PERCAKAPAN

Dari data yang tertangkap, interaksi percakapan selama 3 hari pemantauan per twitnya tidak rendah, yakni 3,26. Bila dilihat dari pergerakan tren interaksi percakapan hari per hari selama pemantauan menunjukan tren meningkat, yakni 2,3 pada Senin, 2,32 pada Selasa, kemudian 7,77 pada Rabu. Ini mengindikasikan, topik percakapan terkait SA mendapat perhatian atau respons dari sebagian besar warga net. Artinya, kita dapat mengatakan, topik ini memiliki familiriatas.

TOPIK PERCAKAPAN

Topik apa saja yang dominan dalam percakapan?

Dilihat dari Top Five Most Retweet, ada dua topik utama.

Pertama, terkait percakapan tentang Mahathir bantah ada lobi dari indonesia di balik bebasnya Siti Aisyah (ditandai warna merah). Kedua, percakapan tentang upaya pendampingan hukum yang panjang, lama, dan terus menerus yang dilakukan pemerintah hingga SA terbebas dari hukuman mati (ditandai warna biru).

@VIVAcoid: Mahathir Bantah Ada Lobi dari Indonesia di Balik Bebasnya Siti Aisyah https://t.co/Fb5dtjReyz
13/Mar/2019 00:50 WIB
@rmolco : Bantah Ada Lobi Indonesia, Mahathir Mohamad: Pembebasan Siti Aisyah Murni Sesuai Hukum #KlikRMOL https://t.co/VySyOMNjhU. 12/Mar/2019 15:10 WIB
@Ferdinand_Haean: Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad membantah pernah dilobi Pemerintah Indonesia untuk membebaskan Siti Aisyah, WNI yang dituduh membunuh Kim Jong-nam, saudara tiri Pemimpin Korut Kim Jong-un. "Saya tak dapat maklumat (saya tidak tahu ada lobi) https://t.co/FwGUCcr4jt
12/Mar/2019 15:04 WIB
@CakKhum : Saya tidak diberitahu oleh Jokowi untuk membebaskan Siti Aisyah. Ini adalah keputusan pengadilan. Dia dibicarakan dan tuduhan itu ditarik. Ini adalah proses yang sesuai undang-², ada hak untuk mencabut tuntutan, itu dilakukan," ~Dr. M @chedetofficial~ #PrabowoTheNextLeader https://t.co/HamQBHZWQE
12/Mar/2019 16:43 WIB
@jokowi : Syukur Alhamdulillah, Siti Aisyah akhirnya terbebas dari ancaman hukuman yang berat di Malaysia. Sejak masalahnya muncul pada Februari 2017, pemerintah telah turun mengupayakan pendampingan hukum yang panjang, lama, dan terus menerus. Selamat kembali ke Tanah Air, Siti Aisyah. https://t.co/l6WEpcQpPZ. 12/Mar/2019 21:39 WIB

TAGAR dan SNA

Hestek yang paling dominan muncul dalam percakapan yakni #JokowiSaveAisyah. Hestek ini mempromosikan peran Jokowi dalam pembebasan SA. Sementara hestek dari kubu 02 juga muncul, seperti #PrabowoTheNextLeader dan #2019GantiPresiden, namun kedua hestek ini kalah dominan dibandingkan #JokowiSaveAisyah.

Walaupun dari peta hestek pendukung 01 lebih dominan, tapi dilihat dari peta SNA, justru peta sebaliknya. Ukuran Klaster 02 tampak lebih besar dan padat dari klaster 01. Klaster 02 tampak tidak terlalu banya memainkan tagar dalam percakapan tentang SA, namun sangat aktif dan padat membicarakan soal Mahhatir yang bantah ada lobi pemerintah dalam membebaskan SA. Serangan (kritikan) dari kubu 02 tampak besar terkait hal ini untuk menyerang narasi “kepahlawanan” pemerintah dalam pembebasan SA.

KESIMPULAN

Pertama, pemberitaan tentang SA memiliki visibilialitas (tingkat menonjol) di pemberitaan. Dapat dilihat di volume dan distribusi pemberitaannya. Sementara di kanal percakapan juga menunjukan hal yang sama, yakni topik tentang SA memiliki familiriatas di kanal percakapan.

Kedua, isu dominan di kanal percakapan dan pemberitaan hampir sama, yakni terkait Mahatir bantah ada lobi pemerintah Indonesia untuk pembebasan.

Ketiga, dari sisi hestek, kubu 01 lebih menonjol dengan menghadirkan hestek #JokowiSaveAisyah. Namun, dari sisi ukuran dan kepadatan klaster, kubu 02 lebih menonjol ketimbang 02. Artinya, kubu 02 menjadikan isu SA (berbasis berita mahatir) sebagai serangan untuk Jokowi.

CLOSING

Di luar polemik pembebasan SA apakah merupakan hasil perjuangan pemerintah Indonesia ataupun murni hasil persidangan di negeri Jiran, kita patut berbahagia mendengar kabar pembebasan SA. Rasa bahagia karena mendengar SA bebas (dan rasa bahagia yang dialami SA dan keluarga), jauh lebih penting dari sekadar polemik tersebut.