Oleh: Abdi Halim Munggaran

Data menyebutkan kasus stunting di Indonesia menunjukkan angka 37,2 persen. Artinya, 4 dari 10 anak di Indonesia dipastikan mengalami stunting. Isu ini muncul dari data yang diperoleh Menkes. Stunting adalah masalah gizi kronis (gizi buruk) yang disebabkan oleh asupan gizi yang kurang dalam waktu lama. Umumnya, karena asupan makan yang tidak sesuai kebutuhan gizi. Stunting terjadi mulai dari dalam kandungan dan baru terlihat saat anak berusia dua tahun.

Media massa dan media sosial merespons isu stunting ini dengan beragam. Tulisan Drone Emprit (DE) kali ini bertujuan untuk menampilkan/menunjukkan bagaimana isu ini disikapi oleh pemberitaan di media massa dan percakapan di media sosial. Rentang waktu pemantauan yakni 10 November hingga 15 Desember 2018. Dari data yang diperoleh, seperti apa kesimpulan atau poin-poin apa saja yang bisa ditarik?

DATA

Volume dan Tren

Volume mentionpemberitaan dan perbincangan tentang Stuntingtanggal 10 November sampai 15 Desember 2018 sebanyak 15.389 mentions. Terdiri dari 2.498 mentions di media online dan 12.891 mentions di sosial media (twitter). Peak mention di pemberitaan terjadi pada tanggal 6 Desember 2018. Muncul berita tentang perang melawan stunting di Aceh. Bupati Pidie mengajak warga terapkan pola hidup sehat untuk mencegah stunting. Di twitter peak mention terjadi tanggal 22 November. Perbincangan yang muncul tentang program Pemprov Jabar dalam memerangi stunting.

Media

Antaranews.com menjadi situ yang paling rajin membahas isu stunting. Diikuti oleh tribunnews.com. Sayangnya detik.com, Republika, Kumparan kurang tertarik dengan isu ini. Portal berita Jawa Timur di lain pihak, justru terlihat cukup proaktif seperti jatimtimes, beritajatim, dan malangtimes.

Most Retweeted

Isu stuntingdi media sosial dimanfaatkan betul oleh oposisi untuk mengkritik pemerintah. Terlihat dari most retweeted percakapan tentang stunting didominasi oleh twit-twit dari influencer oposisi.

SNA

Dari peta SNA tampak percakapan tentang Stunting. Percakapan nampak begitu cair. Ditemukan tiga klaster besar. Klaster terbesar dan terpadat adalah interaksi antar pendukung Prabowo. Klaster ini menunjuk isu stunting sebagai manifestasi kegagalan pemerintah. Klaster pemerintah, di sisi lain, minim dan terkesan tanpa reaksi, bahkan lebih kecil dibanding klaster masyarakat yang peduli kesehatan tanpa embel-embel politik.

Influencer

Nampak akun @Tasyabunga7 menjadi akun yang paling aktif mentwit. Akun tersebut gencar mengangkat upaya Pemprov Sumut dalam menyelesaikan permasalahan stunting.

Nampak akun @Gerindra menjadi akun yang paling tinggi mendapat respons dari netizen. Akun tersebut mengangkat program pasangan Capres & Cawapres Gerindra berkenaan dengan masalah stunting di Indonesia.  

ANALISIS

Dari paparan data tersebut, ada sejumlah poin yang bisa disampaikan di sini.

Pertama, Isu stunting kurang disikapi serius oleh pemerintah. Hal ini terlihat dari minimnya rilis pers yang menyebabkan isu ini tidak berkembang di media massa.

Kedua, peta perbincangan juga menunjukkan hal yang linear. Akun pemerintah tidak terlihat merespons isu ini.

Ketiga, di sisi lain, terkait isu politik, kubu pendukung Prabowo justru memanfaatkan isu ini sebagai manifestasi kegagalan pemerintah saat ini.

CLOSING

Stunting adalah persoalan serius. Ia bukan sekadar persoalan gizi buruk yang dapat menyebabkan bayi kuntet atau IQ rendah, tetapi juga hilangnya generasi berkualitas. Hilangnya generasi berkualitas tentu dapat menyebakan ke depan daya saing bangsa menjadi menurun. Karena itu, pemerintah harus serius menyikapi persoalan ini, menyatukan langkah mencari solusi dengan berbagai elemen masyarkat lainnya.