Oleh: Ismail Fahmi

Siapa yang sempat nge-share artikel dari CNBC Indonesia soal Anies dan Aturan Gaji Tambahan di bawah ini sebelum direvisi? Anda tidak salah, sangat wajar, karena memang judulnya sangat cocok dengan persepsi Anda tentang Anies. Meski setelah dibaca isinya, berbeda persepsi dengan  judul.

"Keputusan Gubernur tersebut bernomor 879 tahun 2019 yang ditandatangani pada 24 Mei 2019. Namun sejatinya pemberian penghasilan tambahan tersebut bukanlah hal yang janggal, sebab merupakan mandat dari Peraturan Presiden (PP) dan aturan ini juga dikeluarkan Gubernur sebelumnya Djarot Syaiful Hidayat."

Biar artikel ini viral, dibuatlah judul seolah-oleh Anies menaikkan gaji untuk dirinya sendiri dan wagub. Setelah beberapa hari dan viral, baru judulnya diganti dengan yang lebih tepat.

Judul awal yang viral:
"Gubernur Anies Keluarkan Aturan Gaji Tambahan Baginya & Wagub"

Sesudah diedit:
"Ikuti PP, Anies Keluarkan Aturan Penghasilan Tambahan"

Saya perhatikan, artikel ini di-share kemana-mana, bahkan oleh mereka yang sangat terdidik, melek internet, anti hoaks. Bukan sepenuhnya salah mereka, karena media mainstream yang membuat judul.

Itu lah yang  disebut "post-truth". Kita tidak lagi kritis ketika menerima informasi  dari media mainstream, apalagi kalau informasi itu cocok dengan perasaan kita. Peduli amat dengan verifikasi, toh media mainstream sudah memberitakannya, pasti benar. Benar dan tidak perlu diverifikasi, karena cocok dengan perasaan.

Betapa susah ya, kita lepas dari  post-truth. Meski kita tahu post-truth itu tak baik. Selama perasaan kita yang menjadi leader dalam pengambilan keputusan, selama itu pula kita tidak akan lepas dari post-truth.

Termasuk status ini, akan lebih banyak disukai dan di-share oleh mereka yang perasaannya cocok dengan isi status ini. Peace.

Live long "post-truth"!