Oleh Ismail Fahmi

Apakabar Percakapan Netizen Tentang Omnibus Law?  Data Drone Emprit dari 1 - 16 Oktober memperlihatkan:  TREN PENOLAKAN TERHADAP OMNIBUS LAW SEMAKIN TURUN  Seperti apa gambarannya? Adakah dampak dari penangkapan petinggi KAMI terhadap volume penolakan?

RESEARCH QUESTIONS  
1/  Bagaimana tren percakapan tentang “Omnibus Law, Cipta Kerja” sejak sebelum disahkan hingga sekarang?
2/  Sejak K-poppers tidak lagi mengangkat isu Omnibus Law ini, bagaimana trennya?
3/ Mengapa dua demo setelah demo besar 8 Oktober, yaitu demo PA 212 (13 Oktober) dan demo BEM SI (16 Oktober) kurang terdengar gaungnya di media sosial?
4/ Bagaimana dampak penangkapan terhadap petinggi KAMI terhadap percakapan netizen tentang Omnibus Law?

SETTING  Keywords:
• OmnibusLaw  
• Omnibus Law  
• Ciptaker
• Cipta Kerja

VOLUME BERDASARKAN KANAL  
Percakapan tertinggi ada di Twitter (2,65 juta), berita online (136k), Instagram (34.7k postingan), dan YouTube (4.1k video).   Jika jumlah komentar di Instagram dihitung, totalnya bisa sangat tinggi.

TREN PERCAKAPAN OMNIBUS LAW  
Dalam periode pengamatan ini, tampak ada 4 episode.   Pertama, sebelum 4 Oktober, tren percakapan tentang Omnibus Law cenderung sangat sepi. Publik/netizen cenderung kurang minat membahas isu hukum dan undang2, meski itu berdampak pada mereka.

Pada tanggal 4 Oktober mulai naik, setelah ada breaking news bahwa RUU OL akan dibawa ke sidang paripurna. Yang meramaikan adalah aktivis, mahasiswa, dan netizen yang sebelumnya sudah aware tentang RUU OL ini.

Kedua, dari 5 - 10 Oktober saat Kpoppers turun tangan setelah tahu UU OL resmi disahkan, mereka mengangkat tagar-tagar penolakan seperti #MosiTidakPercaya, #TolakOmnibusLaw, dll, tren sangat tinggi. Puncaknya 6 Oktober yang mencapai trending internasional.

Saat demo mahasiswa dan buruh pada 8 Oktober, tren yang sebelumnya sempat turun, kembali naik. Saat itu bersatu semua elemen yang menolak di media sosial, baik dari akademisi (pusat2 kajian di Unvi2), mahasiswa, aktivis, oposisi, dan didukung oleh Kpoppers.

Episode ketiga dari 10-13 Oktober, ketika Kpoppers sudah tidak lagi aktif mengangkat tagar penolakan, dan mahasiswa serta aktivis tidak ada tagar yang diviralkan, tren percakapan cenderung stagnan. Bahkan yang trending setiap hari adalah tagar dukungan, meski volumenya kecil.

Yang menarik, saat ada demo penolakan terhadap omnibus law tanggal 13 Oktober oleh PA 212, di media seperti sepi. Tidak terlalu terdengar gaungnya jika dibandingkan dengan demo 8 Oktober. Ini mungkin karena mereka kurang memainkan media sosial, lebih fokus aksi lapangan.

Pada tanggal 13 itu pula, beberapa petinggi KAMI ditangkap. Hal ini membuat percakapan pada hari itu tidak fokus pada demo, tetapi pada berita yang sangat mengagetkan ini.  Apa dampaknya?

Episode keempat, setelah penangkapan petinggi KAMI tanggal 13 Oktober, tren percakapan tentang Omnibus Law cenderung turun secara signifikan. Setelah konpers penangkapan pada 15 Okt, percakapan turun lagi. Padahal besoknya, 16 Oktober, BEM SI turun demo, tp tren malah turun.

Tampaknya, penangkapan petinggi KAMI secara signifikan berhasil menurunkan volume percakapan tentang Omnibus Law.   Jika percakapan ini didominasi oleh mereka yang menolak OL, berarti penangkapan itu membuat percakapan penolakan semakin menurun pula.

SNA OMNIBUS LAW (16 OKTOBER 2020)  
Peta SNA tanggal 16 Oktober, saat demo BEM SI, tampak dua cluster. Yang Kontra masih yang paling besar. Namun yang Pro, sebelumnya sangat kecil, kini tampak lebih besar.

TOP HASHTAGS (16 OKTOBER 2020)  
Mengapa cluster Pro makin besar?   Dilihat dari top hashtags, saat demo BEM SI, hashtags yang kontra tidak dominan, spt #TolakUUOmnibusLaw dll. Sebaliknya hashtags pro dominan, spt #OmnibusLawBasmiKorupsi, dll. Cluster Pro fokus kontra narasi.

TREN TAGAR TERKAIT OMNIBUS LAW  
Bagaimana narasi vs kontra narasi terkait OL ini terjadi di media sosial? Dari timeline hashtags pada tanggal2 pilihan di bawah ini, tampak awalnya (4 Okt) yg trending #BatalkanOmnibusLaw, #DemokratTolakRUUCiptaker, #MosiTidakPercaya.

Tanggal 5 dan 6 Oktober, saat Kpoppers terjun, tagar #MosiTidakPercaya, #GagalkanOmnibusLaw, #JEGALSAMPAIBATAL, #JegalSampaiGagal, dll yang trending. Tagar kontra Omnibus Law trending hingga 10 Oktober.

Tanggal 11-12 Oktober adalah saat pergeseran narasi dalam tagar yang dikampanyekan oleh masing-masing cluster terjadi. Setelah itu tagar dukungan selalu paling atas, seperti #OmnibusLawHalal, #OmnibusLawBerkah, #OmnibusLawTransparan, #OmnibusLawPetaniSejahtera

KESIMPULAN  
Kembali ke pertanyaan riset awal, berikut ini kesimpulan DE.  
1/ Tren percakapan tentang “Omnibus Law, Cipta Kerja” sejak sebelum disahkan hingga 16 Oktober, mengalami peak beberapa hari setelah UU ini disahkan (5-11 Okt), dan trennya sangat terbantu oleh K-poppers.
2/  Sejak K-poppers tidak lagi mengangkat isu Omnibus Law (10 Okt), trennya turun meski masih jauh lebih tinggi dibanding sebelum 4 Okt. Namun percakapan penolakan tidak lagi punya tagar yang diangkat bersama. Akibatnya terjadi pergeseran narasi dalam tagar dari kontra ke pro OL.
3/ Dua demo setelah demo besar 8 Okt, yaitu demo PA 212 (13 Okt) dan demo BEM SI (16 Okt) kurang terdengar gaungnya di media sosial kemungkinan karena mereka kurang memainkan media sosial, dan/atau netizen menjadi lebih berhati-hati setelah petinggi KAMI ditangkap karena UU ITE.
4/ Penangkapan petinggi KAMI tampaknya sangat berdampak pada turunnya volume percakapan netizen tentang Omnibus Law. Netizen kemungkinan menjadi lebih berhati-hati (atau mungkin takut) agar tidak terkena UU ITE.

CLOSING  
Saya tahu, ketika DE memperlihatkan tren penolakan UU OL meningkat pesat, banyak yang suka. Dan kali ini data memperlihatkan sebaliknya. Akan ada yang kecewa, atau menganggap ini bagian dari buzzerp.

We don’t claim to be neutral,  but insist on being truthful.

Link: https://twitter.com/ismailfahmi/status/1317462938563661824