Oleh: Ismail Fahmi

Di tulisan sebelumnya, (bisa dilihat di sini https://pers.droneemprit.id/timeline-banjir-jakarta-1-desember-2018-27-april-2019/) sudah disampaikan terkait banjir Jakarta.

Kali ini, di tulisan ini, Drone Emprit mengambil data agak jauh ke belakang, sejak 1 Mei 2016. Data ini membandingkan tren di media sosial Twitter dan media online.

Tampak ada korelasi antara pemberitaan vs percakapan di kedua jenis media.

  • 21 Februari 2017
    Pemberitaan tertinggi terjadi tanggal ini, dengan 3,3k mention. dan percakapan di media sosial tercatat 24k mention.
  • 12 Desember 2017
    Media online hanya mencatat 783 mention. Namun di media sosial lebih tinggi dari awal tahun, 25k mention.
  • 6-7 Februari 2018
    Pemberitaan cukup tinggi pada 6 Februari, dengan 2k mention. Medsos baru ramai pada hari berikutnya, namun hanya 12k mention.
  • 27 April 2019
    Banjir terakhir, di media online hanya 841 mention. Namun di medsos hampir dua kali saat 12 Desesember 17, dengan 46k mention.

Pada 12 Desember 2017, ada 39 titik banjir. Dan banjir yang sekarang, hingga 26 April 2019, terdapat 32 titik banjir.

TOP INFLUENCER

Warganet yang paling besar mendapat engagement dalam percakapan banjir kali ini bisa dilihat dalam grafik dan tabel. Tampak kebanyakan adalah dari influencer yang kontra dengan Anies.

SNA BANJIR JAKARTA

Kalau dipetakan dalam SNA, tampak hanya ada satu cluster besar dari warganet yang banyak mengkritik penanganan banjir oleh Anies. Mereka banyak membandingkan dengan cara Ahok mengatasi banjir.

Anies tidak memiliki pasukan medsos khusus untuk membelanya.

TOP HASHTAGS

Kritikan kepada Anies disatukan dalam tagar #.dimanaAnies. Tampak juga tagar #.ahok cukup tinggi volumenya.

ANALISIS

Media online cenderung memberitakan fakta di lapangan. Makin tinggi pemberitaan, makin banyak fakta yang diangkat. Media sosial lebih banyak berdasarkan persepsi dan opini publik. Kadang didorong oleh berita di lapangan, namun tak jarang pula mereka membuat topik percakapan sendiri.

Dari data tren sejak Mei 2016 hingga April 2019, tampak ada korelasi antara berita di media online dengan percakapan di media sosial. Ketika terjadi banjir, baik media online maupun media sosial sama-sama ramai membahasnya. Pada kebanyakan peak, semakin tinggi berita online, tinggi juga di media sosial.

Namun khusus untuk banjir bulan April 2019 ini ada anomali. Respons warganet luar biasa. Dan tampaknya volume percakapannya adalah yang tertinggi dalam sejarah banjir selama ini di Jakarta sejak Mei 2016. Sementara itu pemberitaan di media online cenderung sangat rendah dibanding kejadian banjir sebelum-sebelumnya.

Mayoritas twit berupa kritik tentang penanganan banjir oleh Anies. Mereka banyak membandingkan cara Anies dengan cara Ahok dalam menangani banjir.

Namun ada juga pembelaan kepada Anies dari beberapa warganet.