Oleh: Ismail Fahmi

Apakah GenZ dan K-Poppers tidak tahu dan tidak peduli masalah negeri ini? Jangan salah, temuan DE sangat mengejutkan!  Gen Z/K-Poppers ternyata turut bersuara lantang bersama mahasiswa, aktivis, dan oposisi.  Top influencer-nya bikin kamu tidak percaya!

Kita analisis berbagai tagar yang berisi kritikan kepada DPR dan pemerintah dan dukungan kepada Jokowi. Ada 7 tagar yang dianalisis:

VOLUME DAN TREN

Dari semua tagar itu, volume percakapan tagar yang mengkritik jauh lebih besar dari tagar dukungan. #ReformasiDikorupsi paling tinggi, diikuti #TurunkanJokowi dan #DiperkosaNegara.  Tagar dukungan yang paling ramai adalah #SayaBersamaJokowi. Lainnya volume sangat kecil.

SNA

Peta SNA dari semua tagar memperlihatkan bagaimana user Twitter berkelompok berdasarkan isu yang diangkat. Ada 4 cluster: Pro Rezim dan Give Away, GenZ/K-Poppers, Aktivis, dan Oposisi. Semua tagar yg mendukung berada di cluster Pro Rezim. Yang mengritik membentuk 3 cluster.

Tagar #DiperkosaNegara membentuk cluster dengan lead @awkarin dan @BEAUTIFULYOONGO. Network mereka adalah GenZ dan fans K-Pop. Tagar #TurunkanJokowi oleh oposisi, dan #ReformasiDikorupsi oleh para aktivis dan artis seperti @ernestprakasa, @Arie_Kriting, @Dandhy_Laksono, dll.

Sedangkan 4 tagar lainnya yang mendukung, semua bersatu dalam cluster Pro Rezim. Top influencer mereka seperti @permadiaktivis, @Dwiyana_DKM, @BiLLRaY2019, @BamsBulaksumur. Yang menarik, ada sub cluster Give Away, setidaknya ada 3 akun manager GA yang bekerjasama.

TAGAR KRITIKAN (CLUSTER  GEN-Z dan K-POPPERS)

Kita fokus ke cluster GenZ dan K-Poppers saja. Cluster lain sudah sering dibahas. Untuk tagar #DiperkosaNegara, top influencer-nya adalah @BEAUTIFULYOONGO, @awkarin, @chitralka, @yogacaesarekaa, dan @JDAgraria.   Tak semua K-Poppers, tapi mereka mendominasi.

Profile 2 top influencer #DiperkosaNegara bisa dilihat di bawah. Yang menarik, follower @beautifulyoongo tidak banyak, hanya 133. Jauh dibanding @awkarin yang 372K.  Namun, dia mendapat respons paling besar.

Selengkapnya, top influencer #DiperkosaNegara bisa dilihat di bawah. Mungkin ada akun Anda di sana.  Saya sebenarnya heran, kenapa tagar ini bisa menarik perhatian mereka.

Dalam contoh narasi #DiperkosaNegara tampak mereka memposisikan diri sebagai supporter, pendukung para mahasiswa yang terjun ke lapangan. Bahkan @awkarin sendiri turut terjun, bersama para GenZ yang baru kuliah. Mereka melihat peristiwa yang terjadi di depan mata, dan membaginya.

Kpop concert, mahasiswa protes RUU, dan tagar #DiperkosaNegara. Sungguh sebuah nuansa aksi mahasiswa yang sangat baru, jauh berbeda dengan 1998. Sama-sama peduli, tanpa meninggalkan minat mereka pada K-pop. @awkarin cerdas, "Jangan sampai kita #DiperkosaNegara di negeri sendiri."

Tampaknya, aksi mahasiswa ini memperlihatkan pada kita sebuah pelajaran.   Jangan menyepelekan GenZ dan K-Poppers. Mereka juga sangat concern dengan masalah bangsa. Dengan cara mereka sendiri. Dengan balutan kreativitas dan minat mereka akan Kpop.

TAGAR MENDUKUNG PEMERINTAH

Sementara dari cluster yang mendukung pemerintah (Jokowi), kita ambil contoh #PercayaLangkahJokowi yang cukup banyak user-nya. Ada 3 top influencer-nya yg terkait GA, seperti @SetiapHariGA, @pelangiputihh, dan @CatatanTj. Akun @R4jaPurwa ini dari oposisi.

Dari top most retweeted untuk #PercayaLangkahJokowi, memang sebagian besar adalah promosi give away. Satu sesi GA nilainya 50K untuk 2 orang. Dengan metode ini, tagar sudah bisa trending di Twitter untuk beberapa saat. Meski kalau diplot di SNA, hasilnya menyendiri.

CLOSING

Tagar-tagar yang berisi kritikan sifat serangannya beragam: ke negara, reformasi, dan sosok Jokowi sebagai Presiden. Sedangkan tagar dukungan, semuanya tentang Jokowi, yang menjadi sentral dari gerakan cluster ini. GenZ dan Kpoppers, memilih isu besar, terkait negara.

Dulu saat akses data medsos diblokir di seluruh Indonesia, bangsa ini belajar VPN.   Sekarang dari aksi demo yang dimotori mahasiswa ini, GenZ & Kpoppers belajar tentang sebagian masalah bangsa: hukum, keadilan, dan korupsi.  Jalan pun bisa jadi ruang kelas.

Strategi menghadapi mereka harusnya tidak konvensional. Bukan melalui kekerasan. Tetapi kreativitas.

Semoga utas ini dibaca oleh Pak Polisi yang "Melindungi, Mengayomi, dan Melayani Masyarakat."